Melirik Keberhasilan Budidaya Hidroponik
Siapa bilang di daerah perkotaan seperti Palembang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bercocok tanam apalagi sampai memproduksi ke skala bisnis. Semua itu ternyata bukan mimpi belaka melainkan sebuah kenyataan.
BERCOCOK tanam memang biasanya membutuhkan lahan yang luas. Maka tidak heran jika daerah perkotaan yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang menjulang sudah sangat jarang ditemukan lahan pertanian ataupun lahan untuk bercocok tanam.
Tapi semua itu bisa disiasati dengan teknik menanam yang lain dari biasanya. Kalau selama ini menanam mesti menggunakan media tanah kini teknik menanam menggunakan media air juga mulai berkembang di Sumsel.
Inilah yang disebut dengan cara tanam hidroponik. Akhir-akhir ini cara tanam hidroponik terus dikembangkan mengingat semakin sempitnya lahan untuk bisa menghasilkan tanaman yang dibutuhkan oleh manusia.
Di Sumsel, hidroponik sudah mulai berkembang bahkan sudah ada yang bisa menembus pasar modern. Adalah Adie Alqodri dan Perda petani hidroponik yang sudah berhasil memasarkan produk sayur hidroponik ke seluruh mal di Palembang. Bermula dari hobi, pasangan suami istri yang tinggal di daerah Sekip Ujung ini terjun ke bisnis sayur hidroponik.
Keduanya mulai mengembangkan budidaya tanaman dengan cara hidroponik di akhir tahun 2013, dan berlanjut sampai sekarang, di bawah binaan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Sumatera Selatan (Sumsel). Mereka juga mengajak teman-teman atau mereka yang berminat untuk masuk ke skala bisnis sayur hidroponik.
“Kami sedang membina sejumlah warga yang hobi bertanam hidroponik untuk masuk skala bisnis. Diharapkan melalui hobi ini bisa membuka lapangan pekerjaan membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran,” ujar lulusan Fakultas Pertanian Unsri ini.
Ia menjelaskan, menanam dengan cara hidroponik memiliki banyak kelebihan sehingga dirinya sangat antusias mengembangkan cara budidaya dengan sistem ini.
“Kelebihan dari cara hidroponik yakni hemat lahan, pemakaian pupuk lebih hemat, lebih terukur, cara bertanam lebih praktis, tingkat keberhasilan tanam lebih tinggi, hasil produksi lebih bersih, dan tentunya sayur yang dihasilkan lebih sehat karena bebas pestisida,” jelas Perda.
Perda dan suaminya termasuk urban farming (petani kota) yang berhasil mengembangkan budidaya tanam hidroponik di Palembang. Dengan lahan yang hanya seluas 300 meter sebesar halaman rumahnya, mereka memproduksi sayur untuk kebutuhan mal di Palembang.
“Awalnya memang hobi. Tapi lama-kelamaan mulai terpikir untuk memasarkan produk. Alhasil sejak pertengahan tahun 2014 sudah mulai masuk ke supermarket seperti Diamond, Hypermart, Carrefour, dan Giant. Banyak yang mengakui hasil dari budidaya hidroponik ini tidak kalah dengan cara konvensional bahkan lebih praktis, bersih dan pastinya lebih sehat,” ujarnya.
Berbagai jenis sayuran dipasarkan oleh Perda, seperti selada, caisim atau sawi, pakcoy, kailan, kangkung, bayam hijau dan bayam merah. Kini dirinya menambah item jenis tanaman dengan benih sebagian besar impor yang biasa dikonsumsi perhotelan, seperti Lettuce Romaine, Lolorosa, Butter Head dan Pagoda.
“Sebenarnya kalau kita mau mencoba dan menggelutinya akan memberikan hasil yang prima. Selain praktis, hidpronik ini juga ekonomis dan pastinya sayur yang dihasilkan lebih sehat,” tutupnya. #pratiwiekaputri