Akibat Radang Otak

7
Kepala Dinkes Kota Palembang dr. Letizia, didampingi Komisi Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Pasca Imunisasi (Komda KIPI) dan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (PPOMN-BPOM) Kota Palembang, saat memaparkan hasil diagnosa meninggalnya siswi J, di ruang Parameswara Kantor Walikota Palembang, Selasa (16/1).

Palembang, BP — Dinas Kwsehatan Kota Palembang menyatakan hasil diagnosa penyebab meninggalnya siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yayasan Al Hikmah Palembang berinisial J (8) diakibatkan oleh Acute Disseminated Encephalomyelitis atau peradangan otak.

Sebelumnya, sekitar November lalu, siswi J melakukan suntik vaksinasi yang di sekolah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang melalui Puskesmas 7 Ulu. Setelah imunisasi itu, J mengalami sakit dan meninggal dunia yang diduga akibat setelah mendapatkan vaksinasi di sekolah.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinkes Kota Palembang dr. Letizia, didampingi Komisi Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Pasca Imunisasi (Komda KIPI) dan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (PPOMN-BPOM) Kota Palembang, di ruang Parameswara Kantor Walikota Palembang, Selasa (16/1).

Baca Juga:  Vaksin Moderna Tiba di Indonesia, Prioritas untuk Tenaga Kesehatan

Letizia mengatakan, setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan hasil diagnosa, bahwa anak tersebut mengalami accute disseminated encephalomyelitis atau radang otak. “Bertepatan hari J melakukan imunisasi kondisi tubuhnya saat itu baik-baik saja, tidak ada demam dan sebagainya. Penyakitnya ini tidak diketahui sebelumnya,” katanya.

Dikatakannya, berdasarkan kajian lapangan, kebetulan kejadian bersama-sama dengan pemberian imunisasi. Selain itu, dengan adanya hasil diagnosis dan kajian kausalitas, artinya tidak ada hubungan sebab akibat antara pemberian vaksin dangan kejadian pasca imunisasi yang dialami oleh J.

“Jadi kajian dilapangan, terjadi koinsiden atau kebetulan kejadian bersama-sama dengan pemberian imunisasi yang dilakukan Puskesmas 7 Ulu,” jelasnya.

Baca Juga:  Stok Vaksin Covid-19 Jadi Kendala Percepatan Vaksinasi di Sumsel

Terkait diagnosis radang otak, ditambahkan Dokter Spesialis Anak, dr Yusmala Dewi SpA (K), penyakit ini akut artinya perjalanan penyakit secara tiba-tiba tanpa menunjukkan gejala khusus. Saat pemberian vaksin, anak tersebut dalam kondisi sehat, maka diberikan vaksin. “Ini penyakit yang jarang dan kejadian seperti ini langka,” katanya.

Hasil diagnosa ini berdasarkan pemeriksaan seperti cek feses, darah, air liur selama pasien dirawat. “Tidak ada pemeriksaan ketika pasien sudah meninggal, biasanya pemeriksaan pada orang meninggal sudah dilakukan oleh polisi,” katanya.

Ditambahkan, Kepala Puskemas 7 Ulu, dr Rustina mengatakan, pemberian vaksin dalam satu vial untuk 8-9 anak. Anak lain yang mendapatkan vaksin satu vial dengan korban kondisinya sehat. Ketika diberikan vaksin, siswi ini tidak merasa takut atau tegang dan kondisinya sehat. “Dia biasa saja, karena terlihat anaknya periang,” katanya.

Baca Juga:  Jelang Angkutan Nataru, Tiket KA Bukit Serelo Habis sampai akhir Tahun

Sebelum dilakukan vaksin, pihaknya mengamati dan memeriksa siswa yang kondisi tubuhnya kurang sehat. Demam terutama di atas 38 derajat tidak dianjurkan untuk melakukan vaksin. “Kebetulan, J ini tidak mengeluhkan apa-apa,” ujarnya.

Sehari setelah dilakukan vaksin, J mengeluhkan kaku di bagian kaki. Kemudian keluarga mendatangi sekolah dan pihaknya menganjurkan untuk dirujuk ke RS. Dari kejadian ini, masyarakat tetap diharapkan mengajak anaknya untuk dilakukan vaksin. “Sejauh ini masyarakat tetap melakukan vaksinasi, hanya memang banyak tanya-tanya saja,” tukasnya. #pit

Komentar Anda
Loading...