25 Kontainer Kelapa Asal Sumsel Dikembalikan Thailand

55
Sebagian dari 25 kontainer kelapa asal Sumsrl yang ditolak negara tujuan ekspor Thailand karena kondisinya telah tumbuh tunas.

Palembang, BP–Negara Thailand menolak ekspor kelapa sebanyak 25 kontainer dari Sumatera Selatan (Sumsel) karena kondisinya telah tumbuh tunas.
Akibat kejadian tersebut, PT Central Agro Indonesia sebagai eksportir mengalami kerugian sebesar Rp 2,5 miliar.
Direktur PT Central Agro Indonesia Rajief Nasir mengatakan, dikembalikannya 25 kontainer berisi kelapa tersebut karena Pemerintah Thailand menilai kualitas produk menurun. Seluruh kelapa yang dikirim sudah memiliki tunas.
Selama menjadi eksportir kelapa empat tahun belakangan, kata Rajief, baru kali ini ia mengalami kejadian penolakan produk ekspor.
“Tunas kecil saja di-reject (ditolak). Sebelumnya tidak pernah seperti ini sampai 25 kontainer dikembalikan. Standar kelapa yang kita kirim ini bagus semua,” kata Rajief, ketika berada di Pelabuhan Bombaru Palembang, Selasa (19/11).
Rajief menjelaskan, sangat kecil kemungkinan kelapa yang dikirim ke Thailand tidak memiliki tunas. Sebab, proses pemetikan hingga pengiriman memakan waktu sekitar satu bulan.
“Selama ini kelapa bertunas tidak masalah. Namun, pada bulan ini, semua kepala bertunas di kembalikan,” katanya..
Penolakan kelapa bertunas itu, menurut Rajief, datang dari Pemerintah Thailand. Sementara, pihak dari perusahaan importir tidak mempersalahkannya, karena masih dapat digunakan.
“Sebetulnya perusahaan di Thailand tidak mempermasalahkannya. Tapi pemerintah di sana menolak, kita tidak tahu kenapa sampai seperti itu,” katanya.
Veta Aminu, salah seorang eksportir dari PT. Tasindo, mengaku binggung karena baru kali ini Thailand mengembalikan kelapa bulat lantaran ditumbuhi tunas kecil. Pasalnya, dia dan para pengusaha sering juga mengirim kelapa yang ditumbuhi tunas ke Thailand.
Ekspor kelapa bulat terbilang tinggi dari pelabuhan Bombaru. Selama 2019, total ekspor dari Palembang sebanyak 5.054 kontainer dengan total berat 94.070.050 ton. Dengan catatan tersebut, negara bisa mendapatkan devisa US$ 16,2 juta atau setara Rp213 miliar.
Kepala Dinas Perdagangan Sumsel Iwan Gunawan Syaputra mengatakan, pihaknya bersama para pengusaha sepakat untuk memperketat proses sortir sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi. Selain itu pihaknya akan memfasilitasi pengusaha yang akan melakukan negosiasi ulang agar mendapat kepastian dari end user.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan Pemprov Sumsel akan menyiapkan sistem mekanisasi untuk memangkas biaya dan masa produksi. “Proses produksi yang sebulan itu harus dipangkas diantaranya dengan mekanisasi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Penyulihan dan Layanan Informasi Bea cukai Palembang, Dwi Harmawanto menjelaskan, pengembalian kelapa dalam jumlah banyak itu baru pertama kali terjadi.
Sepanjang tahun 2019, sebanyak 5.504 kontainer kelapa dikirim ke beberapa negara seperti Thailand, Tiongkok, Vietnam, Malaysia dan Singapura.
“Dari total tersebut, 37.106 ton dikirim ke Thailand. Karena memang, Thailand merupakan salah satu pengimpor kelapa Sumsel yang besar. Tapi baru kali ini kejadian, 25 kontainer dikembalikan,” katanya.#osk

Komentar Anda
Loading...