Polisi Harus Lakukan Penyelidikan Ulang Dugaan Ijazah Palsu Mawardi Yahya

5
BP/DUDY OSKANDAR
Syamsul Rizal didampingi Ketua Ormas Putra Sriwijaya Sumsel, Mas Agus Rudi saat menunjukkan bukti dugaan ijasah palsu Mawardi Yahya, Minggu (3/6)

Palembang, BP–Tekanan terhadap Calon Wakil Gubernur Sumatera Selatan H Mawardi Yahya dengan persoalan dugaan ijazah palsu terus bergulir hingga kini.
Meski pencoblosan Pilkada Sumsel kurang dari sebulan lagi, namun dugaan penggunaan ijazah yang dilakukan calon wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya terus bergulir.
Syamsul Rizal yang memiliki data dan informasi dugaan penggunaan ijazah palsu oleh Mawardi Yahya menegaskan jika masalah ini sudah lama dipersoalkannya, dan tidak ada dendam pribadi dirinya dengan Mawardi. Namun lebih ke tanggung jawab dirinya selaku masyarakat untuk Pilkada yang demokratis.
Syamsul memastikan kalau dia adalah seorang pensiunan PT Pusri dan tidak ada kaitan dengan Mawardi Yahya baik sebagai teman sekolah atau warga satu dusun dengan Mawardi Yahya.
“Pada saat Mawardi mencalonkan diri sebagai anggota DPRD, ijasah yang yang dia cantumkan saat itu SMEA sedangkan dia insinyur, jadi salah satu TU nyeletuklah , ngapo pak Mawardi Insinyur menyodorkan SMEA , lalu di ganti di ganti dengan ijasah STM Tambang, “ katanya kepada wartawan, Minggu (3/6).
Selain itu pihaknya, menuntut tim forensik Polda Sumsel yang melakukan penyelidikan ulang, meski kasus ini sudah dilakukan pada 2004 lalu. Namun karena dirinya orang lemah tidak bisa berbuat apa- apa, apalagi kabarnya terduga (Mawardi) menggunakan pengaruh uangnya untuk kasus dugaan ijazah palsu itu dihentikan kepolisian.
Dijelaskannya , dari ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang dikeluarkan Sekolah Teknologi Menengah (STM) jurusan Pertambangan pada 1977 lalu, dirinya mengetahui jika tidak pernah ada siswa bernama Mawardi atau Mawardi Yahya saat itu.
Namun nyatanya, terdapat ijazah VI Cm no: 1489 atas nama Mawardi, yang dikeluarkan pada 1 Desember 1977 dengan ditandatangani Kepala Sekolah Ir Syarbini Husein Alam.
“Ijazah itu kita lihat memang asli tapi tidak berlaku, karena dari 110 siswa saat itu yang lulus hanya 90 orang dan tidak ada nama Mawardi. Tapi tiba- tiba kok ada,” katanya.
Kejanggalan lainnya, diungkapkan Syamsul foto di ijazah milik Mawardi itu, ukuran fotonya lebih besar dibanding alumni lainnya yaitu menggunakan ukuran 4×6 semetara alumni tahun 1977 menggunakan pas foto ukuran 3×4.
“Lalu sidik jari yang ada kena dagunya, padahal kalai kena harus dilakukan ulang, termasuk foto yang ditempel semuanya foto sama. Kemudin daftar induk siswa, harusnya berurutan, namunya nyatanya tidak,” katanya.
Dilanjutkan Syamsul, pihaknya menyayangkan sikap yang dilakukan pihak kepolisian dan Diknas Pendidikan Sumsel selama ini yang terkesan “masuk angin”, sehingga kasusnya tidak jelas.
“Dinas Pendidikan dak jelas selama ini dan terkesan masuk angin. Padahal jika ada temuan baru, seharusnya Diknas bisa melakukan peninjauan atau verifikasi lagi ijazah yang ada itu,” katanya.
Mawardi Yahya menurutnya, tamat SD masuk SMP 6, Palembang namun hanya beberapa bulan saja belajar lalu pindah ke SMP YP Kerja Kerinjing dan melanjutkan sekolah ke SMA YP Kerinjing tahun 1975 di OKI.
Tahun 1976 naik kelas II IPS, hanya tiga bulan , dia berhenti sekolah baru Mawardi keliling ke Sekayu, Jambi.
“Menurut cerita dia nyopir truk bawa kayu di hutan, kemudian sekian tahun pulang dan berhenti kerja disana, pulang ke dusun kemudian dia masuk Golkar dan cari ijasah ini dan dapatlah ijasah STM itu , dia menurut informasi punya 3 , STM Lahat, SMEA tidak tahu SMEA mana, terakhir STM Tambang, jadi 3 ijasah yang dimiliki Mawardi,” katanya.
Menurutnya, Mawardi masuk STM tahun 1976, padahal tahun 1975, Mawardi ada di SMA Kerinjing, lalu masuk STM tahun 1975 juga,” Mungkin dak dia di STM itu tahun 1975, jadi ditahun yang sama dia terdaftar sebagai siswa SMA Kerinjing 1975 dan tahun 1975 juga terdaftar di STM Pertambangan,” katanya.
Sedangkan Ketua Ormas Putra Sriwijaya Sumsel, Mas Agus Rudi yang telah melaporkan kasus dugaan ijazah palsu tersebut ke Bareskrim Mabes Polri, pada 25 Mei lalu.
“Kami menanggapi keluhan element masyarakat Sumsel selama ini, dan pada 25 Mei lalu, kami sudah melakukan audensi ke Mabes Polri dan disarankan Sespri Kapolri diarahkan ke Bareskrim dan telah diterima staff Bareskrim Mabes Polri, laporan kami,” kata Agus.
Diterangkan Agus, pihaknya mempersoalkan hal tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap sosok calon kepala daerah yang ada, dan telah dianggap membohongi publik selama ini.
“Kita menuntut pengungkapan kasus dugaan ijazah palsu ini dituntaskan, dan dalam waktu dekat kami akan kembali ke Bareskrim Mabes Polri,” katanya.
Sebelumnya Calon Wakil Gubernur Sumsel, H. Mawardi Yahya menilai fitnah terkait ijasah palsu kepada dirinya merupakan bentuk black Campaign yang sengaja dihembuskan oleh lawan politik. Selain itu juga dinilainya sebagai bentuk pembunuhan karakter dirinya.
Menurut mantan Bupati Ogan Ilir ini, tuduhan dan fitnah ijasah palsu dinilai untuk melemahkan dirinya di mata masyarakat.
“Kalau mau tahu tentang ijasah saya , silahkan ditanyakan ke Diknas Sumsel,” katanya.
Mawardi menambahkan, dirinya pernah dua kali kali menjadi Ketua DPRD OKI, dua kali menjadi Bupati Ogan Ilir dan ijasahnya selalu diverifikasi oleh Diknas Sumsel dan dinyatakan tidak ada masalah.
“Masyarakat Sumsel tidak bisa di bodohi lagi karena masyarakat Sumsel sudah cerdas, biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu,” katanya.#osk

Komentar Anda
Loading...