Nyepi di OKI, Rumah Warga Hindu Tertutup Rapat
Kayuagung, BP
Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1936, bertepatan dengan hari Senin (31/4) April 2014, di masyarakat Hindu Kabupaten OKI berlangsung khidmat. Masyarakat Hindu OKI terpusat di kecamatan Lempuing dan Lempuing Jaya.
Pantauan di Kecamatan Lempuing dan Lempuing Jaya, suasana di dua wilayah tersebut terutama di beberapa desa yang terletak di pinggir Jalan Lintas Timur, terlihat lengang atau sepi dari hari-hari biasanya.
Seperti di Desa Tugu Jaya, Lebuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Desa Tugu Mulyo, Bumi Agung Kecamatan Lempuing benar-benar sepi, bahkan di sepanjang kiri kanan rumah warga di Jalan Lintas Timur banyak tertutup bagaikan tanpa penghuni.
Mereka yang umumnya beragama Hindu berdiam diri melakukan Nyepi atau puasa selama 24 jam sehari semalam mulai dari pukul 05.30 hari Senin hingga pukul 05.30 Wib hari Selasa (1/4). Karena sepinya suasana ini, warga yang beragama non Hindu juga ikut ikutan diam di rumah. Sepertinya menghormati suasana nyepi tersebut.
Begitu juga aktifitas pasar di dua kecamatan tersebut, yakni pasar Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya dan pasar Tugu Mulyo Kecamatan Lempuing tidak seperti hari biasanya dan terlihat sepi.
Ketua Majelis Parisade Hindu Dharma Indonesia Kecamatan Lempuing Jaya OKI, Wayan Karta menjelaskan, serangkaian ritual Nyepi umat Hindu pada hari Jumat (28/4) melakukan Melasti atau penyucian diri secara simbolis bertempat di Sungai Tembesu. Dilakukannya Melasti atau penyucian diri yang dipimpin pemangku (Pendeta -red) Mangku Mekan yang diikuti warga masyarakat dilanjutkan melakukan Pengrupukan atau membuat korban (Caru) ayam atau itik yang dilakukan tiap desa atau dengan cara adat.
Sedangkan tujuan dilakukannya pengrupukan tersebut tak lain untuk menetralisir kondisi yang ada, serta mengusir roh-roh jahat. Setelah melakukan pengrupukan, warga juga kemarin melakukan sembahyang bersama yang dipusatkan di Desa Lubuk Seberuk serta diikuti oleh desa-desa lainnya.
Kemudian, mulai Senin (31/4) pukul 05.30 kata Wayan, warga juga mengadakan Catur Brata penyepian yakni pertama Amatigeni atau tidak boleh menghidupkan api, kedua Amati Lelungan atau tidak boleh bepergian, ketiga Amati Karya atau tidak boleh beraktivitas atau berkarya dan keempat Amati Lelanguan atau tidak boleh bersenang-senang.
Setelah selama 24 jam melakukan Nyepi atau berpuasa , pada Selasa (1/4) warga melakukan Ngembageni atau berbuka puasa dengan dilanjutkan bersilaturahmi atau saling kunjung mengunjungi dari rumah ke rumah dalam rangka saling maaf-memaafkan. #ros