
- Dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno 2025, DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar Sarasehan dan Diskusi Kebangsaan bertema “Pancasila dalam Realitas Kekinian Menuju Masa Depan: Antara Realitas dan Cita-Cita”, bertempat di Venue Kebon Gede, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Jumat (20/6/2025).(BP/udi)

Palembang BP – Dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno 2025, DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar Sarasehan dan Diskusi Kebangsaan bertema “Pancasila dalam Realitas Kekinian Menuju Masa Depan: Antara Realitas dan Cita-Cita”, bertempat di Venue Kebon Gede, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Jumat (20/6/2025).
Acara ini menghadirkan narasumber: Dr. Tarech Rasyid, Dr. Zulfikar Suleman, dan Susanto Adjis, SH. Hadir pula Ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel HM Giri Ramandha N. Kiemas, Bendahara DPD Yuda Rinaldi, jajaran pengurus dan kader PDI Perjuangan se-Sumsel, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Palembang.
Dalam pemaparannya, Dr. Tarech Rasyid menegaskan bahwa Pancasila tetap menjadi fondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Namun, ia juga mengingatkan bahwa implementasinya masih menghadapi banyak tantangan.
“Masih ada intoleransi, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, ketimpangan sosial-ekonomi, hingga polarisasi politik yang merusak persatuan nasional,” ujarnya.
Ia juga menyoroti lemahnya partisipasi publik dalam demokrasi dan belum terwujudnya keadilan sosial yang merata.
Sementara itu, Dr. Zulfikar Suleman mengangkat kembali pidato Presiden Soekarno di Sidang Umum PBB tahun 1960 berjudul “To Build the World Anew”. Dalam pidatonya, Bung Karno menyerukan pembangunan tatanan dunia baru yang lebih adil dan bebas dari kolonialisme serta dominasi kekuatan besar dunia.
“Soekarno mengajak dunia untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar etika global,” jelas Dosen FISIP Universitas Sriwijaya ini. Ia juga mengajak generasi muda untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan memahami sejarah bangsa.
Sedangkan politisi PDI Perjuangan Sumsel Susanto Adjis, SH menekankan bahwa Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali oleh Bung Karno dari akar budaya dan sejarah Nusantara.
“Mengapa masih ada kesenjangan? Karena Pancasila sering ‘ditawar-tawar’ dan tidak dijalankan secara utuh,” ujarnya. Ia mencontohkan mahalnya biaya pendidikan sebagai bukti kebijakan yang belum sejalan dengan semangat keadilan sosial.
Ketua Panitia, Istiwan alias Iwan Impaz, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyentuh kalangan muda.
“Anak-anak muda yang hadir adalah generasi emas masa depan. Harapannya, mereka bisa memahami, mengamalkan, dan menjaga nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.#udi