Palembang Kota Tua, Banyak Situs Bersejarah Hilang

49
BP/DUDY OSKANDAR
Suasana acara talk show mengenai penyelamatan cagar budaya di kota Palembang di Radio BP Trijaya Palembang, Selasa (2/1).

Palembang, BP

Kota Palembang sebagai salah satu kota tua di Indonesia dan memiliki sejarah tidak terlihat isi tuanya, karena banyak situs bersejarah di kota Palembang dalam bentuk bangunan, makam bersejarah, artefek banyak hilang, hancur dan tak terawat akibat pembangunan di kota Palembang.
“Padahal pembangunan di kota Palembang harusnya bisa di seimbangkan, sama seperti kota tua dan besar di dunia yang ada kota seperti Yunani bisa menyeimbangkan bangunan tua dan bangunan baru,” kata pengamat sejarah kota Palembang, Kemas Ari Panji dalam acara talk show mengenai penyelamatan cagar budaya di kota Palembang di Radio BP Trijaya Palembang, Selasa (2/1).
Menurutnya, tugas berat penyelamatan cagar budaya ini harus menjadi tanggungjawab bersama bagi semua pihak.
“Pekerjaan ini berat perlu ada bersinergi semua pihak, kita buruh pemerintah daerah sebagai legal formal atau keabsahan hukum sebagai upaya penyelamatan tapi tidak bisa kita hanya mengandalkan pemerintah saja dan selama ini hanya menunggu-menunggu saja tanpa ada gerakan dari pemerintah daerah,” katanya.
Mengenai makam bersejarah di kota Palembang menurutnya, banyak hilang, tidak terawat yang diakibatkan salah satunya karena ada kesalahan zuriat yang lupa dengan leluhurnta sehingga tidak menjaga makam tersebut dan pembiaran dari pemerintah daerah yang kurang peduli dengan makam-makam bersejarah ini,
“Contoh kenapa ada bangunan di atas kuburan bersejarah ini disayangkan kenapa pemerintah tidak melakukan penyetopan, makam Pangeran Kramajaya yang tahu lokasi itu makam tapi ditimbun tapi kenapa pemerintah tidak peduli,” katanya.

Baca Juga:  Kapitan Bong Su We di Pulau Kemaro dan Pangeran Saudagar Kutjing Palembang (Pertengahan abad ke-17 M hgg Pertengahan Abad ke-19 M) (Bagian Terakhir)
BP/DUDY OSKANDAR
Suasana acara talk show mengenai penyelamatan cagar budaya di kota Palembang di Radio BP Trijaya Palembang, Selasa (2/1).

Dosen UIN Raden Fatah ini mengajak, semua kalangan masyarakat dan komunitas peduli dengan penyelamatan cagar budaya di kota Palembang.
“Biarkan masyarakat dan komunitas bergerak dengan cara masing-masing dalam penyelamatan cagar budaya, tidak harus terpaku dengan pemerintah , ini langkah efektif, malahan masyarakat bisa mendaftar cagar budaya langsung kalau sekarang,” katanya.
Selain itu generasi muda menurutnya perlu diberikan edukasi mengenai cagar budaya yang ada sehingga mereka tahu sejarah kotanya.
Anggota Komunitas Pecinta Ziarah Palembang, M Ridlwan Setiawan mengatakan, mengatakan sudah ada sekitar 21o makam tua dan bersejarah yang terdata oleh komunitasnya.
“Infonya kami dapat dari kawan kawan komunitas sejarah, komunitas ziarah dan masyarakat.Untuk pencarian lokasi kita survey dulu didata dan dilakukan ziarah,” katanya.
Hingga kini Komunitasnya sudah empat kali melakukan ziarah dan masih melakukan penyisiran di kawasan Seberang Ulu. Sebelumnya Senin (/1) 1 komunitasnya melakukan ziarah keempat kali dengan Start di mulai dari para anggota mengikuti peringatan maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus ulang tahun majelis ta’lim An-Nur yang ke-25 di kediaman Ust.H.M.Nurdin Mansur. Pada pukul 08.00-12.00 di Jalan Faqih Usman 1 Ulu Laut bawah Tanjung dan baru melakukan ziarah.
Sedangkan lokasi yang di ziarahi, diantaranya ungkonan Makam Tuo yang belum teridentifikasi ungkonan Talang Mampiri di 1 Ulu Laut makam Datuk / sebuah makam tua yang belum teridentifikasi di depan lorong sintren. Di 4 Ulu, ungkonan Makam Wak Aji / Syekh Abdurrahman. Di belakang klinik Gita 4 Ulu.
Lalu Gubah Makam Tuo yang belum teridentifikasi di lorong lakso 4 Ulu, makam Habib Abdurrahman Al-Aidrus / Tuan Uyah di belakang musholla Darussa’adah 13 Ulu.#osk

Komentar Anda
Loading...