Palembang, BP- Pusat Kajian Integrasi , Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang dengan tema Pusat Studi Integrasi Keilmuan Istekpro ( Islam, Sains, Teknologi dan Produk) resmi di lauching , Rabu (11/12) di ruang Seminar Lantai III Gedung A Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
Hadir diantaranya Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang Prof dr Munir , Mag, Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof Dr Mujiburahman MA, Kepala Prodi S3 Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang Dr. Mohammad Syawaludin, M.Ag, dosen dan mahasiswa dala lingkup UIN Raden Fatah Palembang.
Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang Prof dr Munir , Mag berharap dengan adanya pusat kajian ini bisa berdampak positip terhadap peningkatan kualitas kelilmuan institusi , keumatan dan kemanusiaan.
“Pusat Kajian Integrasi Keilmuan Istekpro (Islam, Sains, Teknlogi dan Psikoterapi) di Pscasarjana UIN Raden Fatah Palembang kita maksudkan untuk memberikan ruang memfasilitasi teman-teman ketika memiliki keinginan ketika ingin terlibat proses saintifikasi tradisi keagamaan dan kearifan lokal,” katanya.
Kenapa ini menjadi penting, menurutnya pihaknya sudah punya komitmen untuk selalu memberikan satu cluster penelitian namanya intregrasi ilmu dan trend belakangan penelitian-penelitian integrasi ilmu berbasis trans disipliner memiliki ruang yang lebih luas .
“Orang sudah bosen mendengarkan kajian, ceramah sudah saatnya kita mengembangkan apa yang menjadi product yang dapat dinikmati oleh masyarakat, bukti Islam itu ada , Islam itu Rahmatan Lil Alamin , Islam itu peduli dengan pengembangan peradaban,” katanya.
Dan lembaga kajian menurutnya ini benar-benar menghidupkan tradisi integrasi kita dalam konsep pengembangan keilmuan , kebudayaan dan peradaban .
Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof Dr Mujiburahman MA dalam sambutannya menilai kita belum berhasil mempertemukan colaboratif dialogis .
Dalam pandangan Prof. Mujiburahman, kolaborasi yang dimaksud bukan hanya sebatas kerja sama dalam bentuk formal atau struktural, tetapi lebih kepada kemampuan untuk menciptakan ruang dialog yang saling mendengarkan, saling memahami, dan bekerja sama dengan tujuan yang sama.
Di tengah keberagaman pandangan, kepentingan, dan latar belakang yang ada, pertemuan dialogis ini sangat penting untuk mempererat hubungan antara berbagai pihak, baik dalam dunia akademik, pemerintahan, maupun masyarakat luas.
Ia juga mengungkapkan bahwa dunia pendidikan, khususnya di tingkat perguruan tinggi, memegang peranan penting dalam membangun budaya dialogis ini. Sebagai lembaga yang memiliki misi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat yang tidak hanya menghasilkan ilmuwan, tetapi juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan cara yang lebih inklusif dan membangun.#udi