Gali Potensi Songkat Marga Danau, Unsri Beri Pelatihan

13
Suasana kegiatan pengabdian Universitas Sriwijaya (Unsri)  pada Kelompok Sungkitan Marga Danau di Desa Pedamaran VI, Kecamatan Pedamaran OKI. Kamis, (26/9).(BP/ist)

Palembang, BP- Ditenggarai songket pada masa Kesultanan Palembang. Berkembang tak hanya di Ibukota Palembang, namun juga berkembang pada marga-marga sikep di uluan Palembang. Salah satu marga sikep di Kesultanan Palembang adalah Marga Danau yang sekarang menjadi Kecamatan Pedamaran, OKI.

 

Hal ini diketahui ketika adanya penelitian tentang marga di Sumatera Selatan. Pada beberapa rumah pasirah di marga-marga uluan Palembang ada sisa tinggalan seperti dayan, cacak, beliro dan lain sebagainya, termasuk di Marga Danau.

 

“Ketika kami meneliti rumah pasirah Marga Danau di sudut rumahnya saya melihat ada dayan, cacak dan beliro. Saya pikir, jika ada sisa ATBM songket tersebut, maka dapat diperkirakan pada masa lampau sudah ada kegiatan menenun songket di uluan Palembang. Artinya, kegiatan menenun songket sudah dikenal juga di luar ibukota Palembang. Seperti di masa kini yang masih ada pengrajin songket terdapat di eks Marga Sakatiga seperti di Tebing Gerinting dan Muara Penimbung. Atau di eks Marga Tanjung Batu, seperti di desa Tanjung Laut, Limbang Jaya, Tanjung Batu atau Desa Payaraman. Namun, untuk songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran. Sepertiya terputus di masa kini. Entah, mungkin pengetahuan tentang songket Marga Danau, hilang sejak tak adanya pengrajin songket lagi di Kecamatan Pedamaran setelah marga dibubarkan”, kata Dr. Dedi Irwanto disela kegiatan pengabdian Universitas Sriwijaya (Unsri)  pada Kelompok Sungkitan Marga Danau di Desa Pedamaran VI, Kecamatan Pedamaran OKI. Kamis, (26/9).

Baca Juga:  Inilah Kasus Pungli yang Terjaring Satgas Saber Pungli Sumsel

 

Kekhawatiran hilangnya songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran ini. Membuat Unsri menurunkan tim Pengabdian dengan melakukan pendampingan pembuatan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). ATBM ini dibuat lengkap dengan mendatangkan sampel pengrajin utama dari Desa Limbang Jaya, OI untuk melatih Kelompok Sungkitan Marga Danau di Desa Pedamaran VI tersebut.

 

“Kita perkenalkan dan buat kembali ATBM ini di kelompok tersebut. Mulai dari dayan, cacak, awit, apit, por, suri, tumpuan, pemipil, beliro, pelinting, teropong hingga rogan. Tujuannya, agar ATBM ini kembali akrab di masyarakat Pedamaran. Sehingga nanti muncul kembali kegiatan tenun songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran ini,” tukas Drs. Ansori, M. Pd. anggota tim pengabdian.

 

Anggota tim pengabdian lainnya, Dr. Agustina Bidarti, S.P., M.Si. menambahkan bahwa penggalian potensi songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran ini merupakan peluang dan tantangan dalam mengelola kewirasauahaan songket di pedesaan.

 

Suasana kegiatan pengabdian Universitas Sriwijaya (Unsri)  pada Kelompok Sungkitan Marga Danau di Desa Pedamaran VI, Kecamatan Pedamaran OKI. Kamis, (26/9).(BP/ist)

“Saya melihat bahwa kualitas kain songket ditentukan juga oleh seorang penenun songket. Oleh karena itu penenun membutuhkan konsentrasi, kerapian dan teliti dalam menenun songket. Sama seperti menganyam tikar purun yang sudah ada di Pedamaran. Menenun, songket bukanlah pekerjaan sekali jadi, melainkan butuh waktu cukup lama. Kain tenun songket, satu helai misalnya membutuhkan waktu selesai sekitar 7 hingga 12 hari dengan jam kerja 8 sampai 12 jam per hari. Ini berarti bahwa penenun tersebut pekerjaannya hanya semata-mata menenun. Inilah yang akan kita bangkitkan di Pedamaran tersebut. Sehingga, ibu-ibu bisa menenun songket, dan bapak-bapak sesekali dapat membuat ATBM. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga di kalangan pengrajin. Sekaligus nantinya dapat melestarikan kembali songket Marga Danau di Pedamaran” kata Dr. Agustina Bidarti dosen Agribisnis Unsri ini.

Baca Juga:  Puncak Acara Seabad Taman Siswa dan  62 Tahun SD Taman Siswa Sungai Gerong Berlangsung Meriah

 

“Sebenarnya, songket Marga Danau ini bahan dan motifnya sama dengan Songket Palembang. seperti, vegetable tumbuh-tumbuhan seperti pucuk rebung, tanaman pakis, bunga-bungaan dan daun-daunan atau geometris dan gabungan keduanya. Artinya, tak sulit mempelajarinya. Songket juga bagi masyarakat Pedamaran merupakan bagian utama pada acara gegawaan, antar-antaran atau bawaan pengiring pengantin, dulu juga untuk emas kawin. Dalam tradisi perkawinan di Pedamaran, terutama pada masa lampau, dikenal dengan hantaran songket tujo turunan atau tigo turunan. Artinya songket begitu penting dan gunakan terus di Pedamaran, baik dalam adat perkawinan, tujuh bulanan, atau marhabanan. Ini juga bukti bahwa kerajinan songket pernah berkembang di Pedamaran. Namun, sejalan hilangnya para pengrajin, maka hilang juga songket tersebut. Oleh sebabnya, menjadi penting untuk menggali kembali dan menghidupkan kerajinann songket Marga Danau di Pedamaran”, analisis Dr. Dedi Irwanto.

 

Menurut Dr. Agustina Bidarti jika melihat potensi kain songket yang terus dipergunakan dalam adat istiadat di Pedamaran, maka secara entrepreneurship, songket memiliki potensi besar untuk dikembangkembalikan di Pedamaran.

Baca Juga:  26 Oktober, Kasus  Corona di Sumsel Jadi 7.538 Orang.

 

Hasil kerajinan songket Marga Danau ini juga dapat mengisi tempat penjualan di Pasar 16 Ilir, Komplek Pertokoan Ilir Barat Permai Ramayana 24 Ilir, atau di outlet-outlet rumah songket di Kampung Suro Palembang. Selain itu, sebagian songket Marga Danau Pedamaran juga bisa dijual di Pasar Kalangan Desa Baru, Pasar Serinanti atau Pasar Kayuagung. Sehingga bisa menjadi potensi ekonomi masyarakat pedesaan. Sekaligus, menjadikan kembali Pedamaran 6 sebagai Kampung Songket Marga Danau.

 

Kegiatan selama tiga bulan ini yang diawali sejak awal bulan Agustus hingga akhir Oktober nanti dipusatkan di rumah Ibu Elvika Gebul, ketua Kelompok Sungkitan Marga Danau. Sejumlah mahasiswa juga dilibatkan dalam kegiatan ini.

 

“Kami terimo kaseh nian ngan Unsri. Kami laju tahu ternyato di Pedamaran ado songket. Alhamdullilah, bapak-bapak kami jugo pacak belajar muak ATBM Songket. Terus kito jugo belajar nenun songket iko. Aku iko, nganyam purun lah saro. Purunnyo tak naro lagi nek sabal. Kalu mujur dengan nenun songket iko pacak mantu urang rumahku. Cuma kalu pacak jangan tahun iko bae pelatihan iko, kalu pacak ado kah lagi tahun-tahun luan iko. Agar kami ko tiap anggota ado alat tenun betot sorang. Ruponyo kalu dipelajari tak pulo saro nenun iko. Cuma untuk muak benang lungsing pecaknyo mase saro nian”, tutur Elvika Gebul dengan senangnya.#udi

 

 

Komentar Anda
Loading...