Palembang, BP- Kebaikan H Chairul S Matdiah, SH, MHKes, tidak pernah pudar. Politisi senior di Sumatera Selatan (Sumsel) ini dikenal akrab dengan siapa saja. Tidak pernah membedakan status sosial, dan latar belakang pendidikan seseorang. Semua orang dianggapnya sama. Dihargai, diterima dengan baik.
Abu Yasir Rusli, paman dari Chairul S Matdiah, menceritakan sosok yang biasa disapa Eluk itu, perjalanan hidupnya hingga mampu meraih kesuksesan.
Yasir mengatakan, setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Gajah Mati tahun 1977, Eluk pindah ke Palembang, dan mengontrak sebuah rumah di Karang Anyar, Jembatan Musi II, Kecamatan Gandus.
“Waktu itu Eluk mengontrak di dekat rumah Jenderal Tito Karnavian (mantan Kapolri dan Menteri Dalam Negeri-red),” ujar Yasir, Minggu (21/7).
Saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Eluk sudah mandiri, mencari uang sendiri dengan berjualan kopi di bawah Jembatan Ampera.
“Eluk menikahi Hj Anisah Mardin, SH, tahun 1991. Tahun 1992, Eluk memiliki usaha kayu sawmil (proses pembelahan kayu bulat menggunakan mesin gergaji menjadi beberapa lembar papan dan balok kayu untuk diproses menjadi furniture atau produk kayu lainnya-red) di Mesuji , Kotabumi, Lampung dan Lubuk Rukam, Kecamatan Peninjauan, Kabupaten OKU,” katanya.
Setelah memiliki usaha kayu olahan sawmil, sifat dermawan Eluk mulai muncul. Setiap bertemu keluarga, terutama yang berasal dari Desa Gajah Mati, Kabupaten OKI, dan Desa Sungai Cambai, Lampung,
selalu diberi uang.
“Yang dikenal anak-anak saat bertemu Eluk adalah dapat duit abang (sebutan uang pecahan Rp100 ribu-red),” kata Yasir.
Sifat dermawan Eluk berlanjut saat ia menjadi pengacara. Ratusan juta ia keluarkan untuk membayar zakat. Setiap keluarga yang datang menemuinya di rumah Palembang dan Jakarta, atau di kantor, pasti dikasih ongkos pulang.
“Ya, selalu dikasih ongkos balek (pulang-red), sesuai kebutuhan, tergantung jauh dekat tempat tinggalnya. Eluk adalah sosok yang rajin menyumbang untuk pembangunan masjid dan menara masjid,” sambung Yasir.
Selain itu, Eluk juga bukan orang yang gemar mengistimewakan seseorang. Menurut Yasir, Eluk menerima semua orang dengan sama.
“Walaupun beliau termasuk orang yang terkenal, tapi auranya luar biasa, beliau sama sekali tidak sombong. Tidak melihat status orang. Mau yang datang pejabat, orang kaya, orang miskin, dari kalangan apapun beliau terima,” ujar Yasir.
Paman Chairul lainnya, Bahardin menambahkan, dari lahir Eluk sudah sering sakit, pernah satu hari 10 kali badannya mengalami panas tinggi.
“Saat Eluk sakit dan badannya panas, keluarga sudah betangisan (menangis-red), karena Eluk adalah keponakan dan cucu pertama dari keluarga H Matdian Sidik dan H Faat Rekok. Eluk sudah dua kali cangkok ginjal, dan sakit jantung,” katanya.
Di mata Bahardin, Eluk punya kepedulian yang tinggi terhadap siapapun. Jika Eluk melihat orang hidup susah, dia tidak sungkan untuk membantunya. Terlebih yang mengalami kesulitan adalah keluarga.
Apalagi Eluk, senang berkumpul bersama keluarga besar. Eluk sosok yang menyayangi keluarga. Jika ada masalah, Eluk berani pasang badan dan semua persoalan diurus hingga tuntas.
“Kami doakan di usia ke-60 tahun, Eluk sehat dan panjang umur. Dia orang yang sudah sukses, terkenal gemar bersedekah dan berzakat. Eluk kesayangan kami semua, kesukaan Eluk makan pempek pisang,” kata Bahardin.
Sedangkan, dimata mantan Kades Gajah Mati, Marzuki Johan, Chairul S Matdiah yang akrab dipanggil Eluk merupakan orang yang idialismenya tinggi, banyak perusahaan di didaerah Gajah Mati yang membuka usaha dan beli tanah nenek moyang Eluk, tapi Eluk tidak mau menerima uang ratusan juta dari perusahan tersebut menurutnya belum tentu kakek neneknya punya tanah sebanyak itu.
“Eluk sayang keluarga sanak familinya, sedekahnya dimana pun Eluk berada ketemu keluarga pasti di kasih uang Eluk, kalau ada acara baik itu pesta perkawinan mau berbuka bersama wong Gajah Mati dicaterkan mobil harus menghadiri acaranyo balek diongkosi dan pasti dikasih uang baleknyo,itu hebatnyo Eluk, wong Gajah Mati, kalau ditanyo wong pasti Dio ngomong wong Gajah Mati,” katanya.#udi