Palembang, BP- Sejak dulu, keberadaan sungai menjadi urat nadi penting bagi proses kehidupan manusia di Palembang. Sungai merupakan panggung sejarah peradaban tempat berkembangnya manusia di sana. Sungai tidak hanya menjadi sarana transportasi yang vital, tetapi juga sarana distribusi barang yang efektif pada masanya. Ibarat jalan raya, sungai menyatukan daerah satu dengan daerah lainnya di Palembang.
Hal tersebut dikemukakan Nanda Julian Utama , pengarang buku Warisan Jalur Rempah: Sejarah Pelayaran dan Perdagangan di Palembang saat menjadi narasumber dalam diskusi Kesejarahan dan Peluncuran Buku , Warisan Jalur Rempah: Sejarah Pelayaran dan Perdagangan di Palembang, Rabu (23/8) di Bina Praja Palembang.
Sebelumnya acara dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Sumsel bidang Kemasyarakatan dan SDM Setda Provinsi Sumsel Drs Nelson Firdaus .
Melalui sungai pula menurut akademisi dari Universitas Negeri Semarang ini hasil alam Palembang yang sangat berharga bisa dinikmati dunia, terutama lada yang pada abad ke 18-19 menjadi primadona komoditas perdagangan di Palembang.
Dari sungai pula menurutnya masyarakat Palembang mengenal budaya-budaya dunia yang dibawa melalui aliran sungai.
Timbal balik ini menurutnya merupakan berkah tersendiri mengingat ada banyak daerah lain yang hanya diberkahi oleh satu di antara wilayah strategis atau kaya akan sumber daya alam. Pada masa lalu, Palembang telah membuktikan bahwa wilayah ini diberkahi oleh dua faktor tersebut.
“Kalau kita lihat sekarang, sungai-sungai itu sudah banyak hilang. Sisa-sisa kejayaan perdagangan maritim tergambar dari Muara Enim, Kayuagung dan lainnya. Daerah-daerah itu dulunya merupakan kota-kota dekat sungai,” katanya.
Sejarawan Palembang sekaligus Dosen FKIP Sejarah Universitas Sriwijaya, Dr Dedi Irwanto Muhammad Santun SS MA, mengatakan, buku ini memberikan perspektif mengenai sejarah atau masa lampau kota Palembang, kondisi Sumsel kaya rempah.
“Perdagangan di Palembang sebenarnya tercipta dari jaringan rempah yang sifatnya mancanegara. Perdagangan mancanegara saat itu ditopang oleh daerah pedalaman sebagai produsen rempah di Sumsel,” sampainya.
Ia melihat, dalam buku itu dihadirkan gambaran koneksitas antara Palembang sebagai entry food dagang dari produsen tanaman rempah yang kemudian dibawa keluar hingga mancanegara.
“Itu yang membuat jalur rempah dari Palembang sangat terkenal. Menasbihkan Palembang sebagai kota dagang,” jelasnya.
Melalui buku ini, penulis mengingatkan mestinya untuk harus tetap memperhatikan dunia sungai dalam perdagangan di Kota Palembang.
“Ada banyak kerugian dan persolaan karena mengabaikan kondisi sungai atau maritim yang dulunya menjadi kebesaran Kota Palembang,” katanya.
Apalagi, Sungai Musi sekarang sudah dangkal sekarang. Pemerintah pun berencana membangun Tanjung Carat untuk menggantikan Pelabuhan Boom Baru.
Hal senada dikemukakan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang Dr Endang Rochmiatun Mhum menilai selama jejak baik lisan dan tulisan serta artefak ditemukan maka fakta sejarah terkait terutama maritim akan lahir Julian –Julian lainnya.
“Menang menarik ketika Sungai-Sungai dalam konteks dari dahulu sampai sekarang itu sebenarnya lebih jelasnya dalam konteks penamaan dan fungsi maupun perannya itu bisa menjadi sub yang lebih detail lagi yang siapapun bisa mengkontruksinya .
Dan sejarah menurutnya juga memberikan nilai-nilai dan apa yang bisa dipetik dari sebuah peristiwa atau fakta dari masa lalu.#udi