Dari Tepi Moesi Hingga Tim Sepak Bola Belanda Melawan BPM di Plajoe
Oleh: Dudy Oskandar, Jurnalis
Di sebuah sudut kecil di Palembang di ceritakan salah satu prajurit Belanda Eddy Groenhof mengisahkan pengalamannya di Palembang ini. Eddy Groenhof penulis untuk Batalyon 8 Resimen Stoottroepen ( 8 RS ) Pengalaman selama berada di hindia Belanda mereka tulis.
Ceritanya dimulai dari tepi Moesi dan melewati benteng (benteng) dan ke pemandangan jalanan di suatu tempat di Palembang. Kemudian melalui benteng ke pemandangan dari menara air ke masjid .
Dia juga mengisahkan bagaimana tim sepak bolanya pada Maret 1947 menang 4 – 2 melawan dengan tim sepak bola BPM .
Di Palembang ada pertempuran sengit dengan pasukan Indonesia di sekitar Tahun Baru (perang lima hari lima malam), setelah itu cuaca menjadi relatif tenang.
Pada bulan Maret 1947, pertandingan sepakbola dimainkan antara pasukan Belanda di Palembang melawan Perusahaan Minyak BPM di Pladjoe dan kilang BPM juga sempat mereka kunjungi.
Aksi polisi pertama (perang lima hari lima malam) dimulai pada 21 Juli 1947 , dengan Balatyon 8 RS pindah ke Lahat .
Eddy bekerja di sana di kantor Stafcompagnie. Dengan Indrapoera ia kembali ke Belanda, di mana pada 27 Juli 1948 periode Hndia-nya berakhir.
Setelah pertempuran (perang lima hari lima malam) pada hari-hari pertama tahun 1947, Jan van Trigt juga bisa menangani masalah yang lebih damai. Meski, damai ..?
“Sore ini batalion kita telah kehilangan sebelas orang dari Batalion ke-7,” tulisnya pada 6 Februari. ” Bagaimanapun, ini adalah pelajaran yang baik, saya harap mereka belajar sesuatu darinya ”.
Sumber:
1. duizenddagenindie.wordpress.com
2. Tirto.Id, “Merayakan” Tahun Baru dengan Bertempur di Palembang, 1 Januari 2018