
Sempat Mati Suri, Tiga Lembaga Diperintahkan Bertanggung Jawab Kembangkan Pusat Studi Sriwijaya di Palembang

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid usai penyerahan cendramata kepada Asisten III Pemprov Sumsel Edward Juliartha dan Rektor Unsri Anis Saggap usai membuka Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maritim di Hotel Aryaduta, Palembang, Senin (6/8).
Palembang, BP–Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, Indonesia tengah berupaya agar kembali menjadi poros maritim dunia seperti masa-masa jayanya maritim pada masa silam.
Salah satu langkahnya, Hilmar berencana mendirikan pusat studi mengenai Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan. Alasannya, Sriwijaya pernah menjadi kerajaan maritim yang besar dan jaya, terutama pada abad ke-7 sampai 13 Masehi.
“Sriwijaya jaya di bidang kemaritiman karena kerajaan maritim,” kata Hilmar usai membuka Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maritim di Hotel Aryaduta, Palembang, Senin (6/8).
Namun, kata dia, kehadiran Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) membuat pelabuhan-pelabuhan dikuasai bangsa asing. “Sangat nyata, VOC menguasai wilayah maritim, sedangkan penduduk asli Sriwijaya digiring ke darat, sehingga mereka yang tadinya sebagai pelaut, beralih menjadi petani,” kata Hilmar didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Sumsel Irene Camelyn Sinaga.
Mengutip roman sejarah Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer, Hilmar mengatakan, arus pun berubah. “Kekuatan maritim dari utara ke selatan, berubah menjadi dari selatan ke utara.”
Semua ini, ujar Hilmar, karena ketidakmampuan kerajaan di Palembang untuk berkembang. “Padahal dulu Sriwijaya pusatnya di Palembang,” kata Hilmar. Semua ini, akan tergali dan menjadi jelas kalau Sriwijaya dikaji oleh sebuah pusat studi.
Memang, Hilmar menambahkan, dirinya mendapat informasi bahwa sebelumnya di Palembang sudah ada pusat kajian Sriwijaya di Universitas Sriwijaya (Unsri) , namun mati suri. “Harapan saya mestinya ini bisa berlanjut, karena pusat studi sudah ada, tapi kurang aktif,” kata Hilmar.
Menurut Hilmar, kehebatan Sumatera Selatan adalah selain pernah menjadi kerajaan besar Sriwijaya, juga Kesultanan Palembang. Jejak peninggalan sejarahnya tersebar di banyak tempat.
Seharusnya, ujar Hilmar, benda cagar budayanya dilestarikan. Untuk itu harus dikerahkan daya dan upaya agar benda-benda bersejarah itu bisa diselamatkan. Dia akan mengerahkan Direktorat Sejarah, Balai Pelestarian Cagar Budaya di Jambi yang juga bertanggung jawab terhadap wilayah Sumatera Selatan dan Sumatera Barat termasuk Unsri.
“Nah, tiga lembaga ini akan bertanggung jawab untuk mengembangkan pusat studi Sriwijaya. Secara substatansial, logistik dan lain-lain akan diarahkan ke sana,” kata Hilmar.
Hilmar berharap semua pihak, termasuk Pemerintah Sumatera Selatan, agar mendukung rencana ini. “Saya orangnya praktis. Sekali ditelorkan, harus ada hasil dalam tahun ini. Apakah bentuknya pertemuan-pertemuan awal untuk merancang. Apapun yang dilakukan menjadi satu langkah untuk merancang, menjadi titik awal yang baik,” ujar Hilmar.
Asisten III Pemprov Sumsel, Edward Juliartha mengatakan, kalau pihaknya mengapresiasi kegiatan ini dan berharap kegiatan ini menjadi momentum luar biasa karena membahas tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
Selain itu dia juga berharap dengan kegiatan ini dapat mendapatkan suatu informasi satu sumber cerita yang bisa dikumpulkan menjadi satu khasanah yang bisa dipelajari mengenai Kerajaan Sriwijaya.
Kepala Sub Direktorat Geografi Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Agus Widiatmoko, seminar yang berlangsung pada 6-9 Agustus 2018, itu dihadiri oleh 250 pembicara dari dalam dan luar negeri.
“Mereka menampilkan hasil penelitian tentang kerajaan maritim Sriwijaya dari sisi arkelogi, sejarawan, dan komunitas penggiat sejarah. Dibahas dari berbagai perspektif tentang Sriwijaya,” kata Agus.
Adapun tujuan dari seminar ini adalah untuk memperkaya kajian tentang Sriwijaya dari berbagai perspektif, serta mengungkap sejarah peradaban Sriwijaya.
Melalui seminar ini mengingatkan kembali betapa pentingnya studi dan kajian tentang Sriwijaya yang selama ini sudah dilakukan dan peluang yang dapat terus dikembangkan.#osk