Makan Ngidang Kembali Dilestarikan
Palembang, BP — Makan ala hidangan asli Palembang kembali digaungkan agar dapat terjaga kelestariannya, lantaran perkembangan zaman dikhawatirkan menggerus tradisi di Bumi Sriwijaya ini.
Meminimalisir hal tersebut, Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar kegiatan untuk melestarikan kegiatan tersebut yang dilaksanakan di Rumah Limas, Jalan Demang Lebar Daun atau di seberang RSU Bunda, Rabu (14/2). Sejumlah kegiatan khas kebudayaan Palembang digelar dalam kegiatan ini. Diperlihatkan kembali pernikahan seperti adat arak-arakan saat pengantin datang, cap-capan, hingga makan bersama dengan cara dihidangkan.
Makan ala hidangan khas Palembang ini berupa beberapa orang lima hingga enam orang duduk berkelompok kemudian dihidangkan sejumlah makanan untuk dinikmati secara bersama. Makanan khas Palembang, nasi minyak, daging malbi, ayam kecap, sambal nanas, acar kedondong, sayur buncis dan beberapa makanan lainnya, dihidangkan di lantai yang telah diberi alas tamplak meja.
Ketua DPC APJI Palembang, Sulaiha mengatakan, makan hidangan ini adalah budaya asli Palembang. Sekilas memang tampak mirip dengan ala Arab. Bedanya, dari menu dan cara makan. Ala Palembang, para tamu tetap diberi satu persatu piring, sedangkan ala Arab makan dalam satu wadah besar.
Duduk berkelompok dengan menikmati sejumlah makanan, membuat mereka memiliki waktu untuk saling bercerita dan mengenal satu sama lain. Silaturahim terjalin dan dapat saling bertukar cerita ketika sedang menikmati makanan yang dihidangkan.
“Kalau selama ini makan secara prasmanan, sudah mengambil makananan, tamu makan sendiri-sendiri, terus pulang. Sementara ini memiliki kesempatan untuk saling ngobrol sambil makan,” katanya.
Sulaiha mengatakan, ide untuk membudayakan kebudayaan yang hampir punah ini tercetus, saat mereka menyadari jika khusus makan secara hidangan ini sudah hampir punah. Padahal menurutnya, kebudayaan seperti ini merupakan hal yang penting untuk dilestarikan dan asli Palembang.
Untuk itulah, APJI kota Palembang memiliki beban tersendiri untuk melestarikan budaya ini. APJI semakin bersemangat, karena kegiatan ini sangat didukung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov). “Sebenarnya ini acara terusan. Desember lalu kita mengadakan acara di OPI Mall, tapi makan-makanan ringan khas Palembang yang bahkan sudah banyak yang tidak tahu, seperti Telok Ukan, Engkak Ketan, Mentu,” jelasnya.
Sulaiha menerangkan, makan secara hidang ini merupakan hidangan yang disiapkan secara gotong royong. Orang-orang yang mempersiapkan inipun cukup banyak. Mulai dari menyiapkan taplak meja untuk tempat lauk pauk, serta menyiapkan makanan-makanan yang disusun secara rapi.
Ketua Apji Sumsel Pusparia Wiraharjo mengatakan, ini akan jadi paket wisata bagi atlet Asian Games maupun tamu pada umumnya. Para pelanggan akan disuguhkan pola makan seperti ini. “Bagi yang penasaran bisa datang ke Rumah Limas dengan harga makan khas Palembang ini sangat family mulai Rp750 ribu hingga Rp1 jt untuk 8 orang,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan (Sumsel), Irene Camelyn Sinaga mengatakan, dari tinjauan budaya, pelestarian kebudayan ini sangat penting, apalagi dilakukan oleh masyarakat tanpa adanya bantuan maupun dana dari pemerintah. “Ini nilai penting mereka menyelenggaran pra nikah, suap-suapan, suguhan ngidang tadi, ini hal yang luar biasa, sangat menyentuh,” katanya.
Irene mengatakan, kegiatan seperti ini merupakan sebuah atraksi yang seksi bagi wisatawan untuk datang lebih lama dan menghambiskan atau membelanjakan uangnya di Sumsel. Bahkan, pada perhelatan Asian Games 2018 makan secara ngidang ini akan dihadirkan dalam paket wisata Indonesiana yang akan digelar mulai 8 Agustus – 9 September 2018.
“Kedepan kita akan bekerja sama dengan APJI untuk mengembangkan makan ngidang. Ini suatu pelestarian kebudayaan yang mampu mendatangkan mancanegara, pasti akan kita libatkan,” ujarnya. #pit