Manado Hub Utara, Filipina Jadi Penting bagi Pariwisata
Jakarta, BP
Presiden Joko Widodo berjanji akan melihat Manado sebagai destinasi wisman dari Tiongkok, saat bertemu diaspora di Shanghai, Tiongkok, 3 September 2016 lalu. Manado itu ibarat orang yang sedang shock dan mabuk kepayang. Bagaimana tidak? Semula hanya satu penerbangan per hari Silk Air dari Singapore, sekarang 10 ribu turis dari 6 kota di China yang terbang langsung ke Manado dalam sebulan.
Sedangkan, atraksinya tidak cukup hanya Bunaken dan Selat Lembeh saja. Diperlukan percepatan membuat atraksi, baik culture, nature maupun man made di Manado dan kota kabupaten yang ada di sekitarnya. “Harus ada event Minggun, bahkan harian yang bisa menarik minat wisman Tiongkok, seperti wisata kuliner dan kesenian,” kata Menpar Arief Yahya,
Membangun 3A –Atraksi, Akses, Amenitas—nya harus seimbang. Yang terjadi di Manado ini Akses lebih cepat, sementara amenitas dan atraksinya tertinggal. Inilah yang harus dikebut oleh Pemerintah Daerah, Gubernur dan Walikota yang memiliki destinasi di daerah. Sebab, sebentar lagi akan lebih banyak wisman yang terbang ke Manado. Sebagai Hub, Manado juga akan menjadi connector ke Ambon, Morotai, Gorontalo, Sangihe, Ternate-Tidore, sampai Sorong.
Bukan hanya dari Tiongkok, tetapi juga dari Filipina, Negara yang paling dekat dari Manado. Di sana bakal digelar Sales Mission Bahari di Filipina dalam rangka mempromosikan pariwisata Indonesia 8 September 2016, di Dusit Thani Hotel, Manila. ”Kami akan ikutsertakan 10 sellers Indonesia yang menjual paket diving di beberapa daerah di Indonesia seperti: Sabang, Aceh Besar, Banda Naera – Ambon, Yogyakarta, dan Bali. Para sellers tersebut akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan produk-produk wisata bawah laut unggulan mereka di hadapan 40 buyers yang berasal dari diving schools, dive operator, dive equipment suppliers, travel operator, independent divers dan dive journalists yang berada di Filipina,” beber Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar, Rizki Handayani.
Bukan hanya itu, Lion Air juga akan terbang ke Davao dan Cebu Island Filipina, dalam waktu dekat.
Menurut Rizki, untuk pemilihan 40 buyers tersebut, Kemenpar bekerjasama dengan Persatuan Usaha Selam Indonesia (PUSI) & Perkumpulan Usaha Wisata Bawah Laut Indonesia, serta KBRI di Filipina. Selain itu, masih kata Kiki, acara tersebut akan didahului dengan update product presentation dari dua orang narasumber yang akan menyampaikan presentasi tentang konektivitas dari Filipina ke spot-spot diving di Indonesia.
”Presentasi mengenai konektivitas ini sangat penting, mengingat konektivitas masih menjadi kendala terbesar promosi diving Indonesia, terlebih lagi spot-spot diving tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Usai sesi presentasi, akan dilakukan interactive dialogue dengan para buyers untuk mendapatkan feedback, kendala, dan bisnis dengan mengirimkan divers dari Filipina ke destinasi diving di Indonesia,” ujar jebolan ITB Bandung itu.
Lebih lanjut Kiki menambahkan, paket-paket wisata bahari selam atau diving di destinasi-destinasi dengan spot diving unggulan Indonesia akan ditawarkan di acara tersebut, sekaligus sebagai upaya pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2019 sebesar 12 juta wisman.
Mengapa wisata selam akan ditawarkan di sales mission nanti ? Rizki menyebut bahwa wisata selam di Indonesia tumbuh dalam lima tahun belakangan ini. Indonesia masuk kawasan The Coral Triangle dengan kekayaan bawah laut terindah dan terlengkap menjadikan Indonesia target para diver dunia maupun domestik.
”Indonesia juga memiliki 55 destinasi diving dan lebih dari 1.500 dive spots tersebar dari Aceh sampai Papua dan jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau Filipina. Maka kami sangat optimis mereka akan sangat tertarik dengan tanah air kita,” ujarnya.
Bukan itu saja, masih kata Kiki, dunia juga mengakui Indonesia memiliki beberapa diving spot terbaik dunia, antara lain Raja Ampat, Pulau Komodo, Derawan, Togean, Wakatobi, Gili Air, dan Bunaken. Ini menjadikan Filipina sebagai pasar yang sangat potensial bagi promosi paket-paket diving Indonesia.
”Penduduk Filipina memiliki minat yang besar terhadap wisata ini, namun tidak mempunyai spot-spot diving. Namun demikian, destinasi-destinasi diving Indonesia masih belum banyak dikenal di Filipina sehingga promosi diving Indonesia sangat perlu dilaksanakan secara berkesinambungan,” ujarnya.
Maka dari itu, imbuh Kiki, salah satu upaya meningkatkan promosi wisata diving adalah melalui kegiatan Sales Mission Diving yang akan dilaksanakan di Manila tersebut.
Kata Kiki, Indonesia memiliki puluhan spot menyelam yang terkenal seperti Sonegat, Pulau Keraka, Pulau Syahrir Batu Kapal, Pulau Hatta, serta Pulau Ai, semuanya indah. Indonesia juga memiliki 20 titik penyelaman di Bunaken – Sulawesi Utara, Taman Nasional Wakatobi, 88 titik penyelaman di Selat Lembeh – Sulawesi Utara serta tiga spot diving di Pulau Weh – Aceh.
Sejumlah titik penyelaman yang tersebar di Labuan Bajo, Pulau Komodo, dan Pulau Rinci -NTT, 50 titik menyelam laut Alor, 28 titik penyelaman di Derawan, spot diving di Teluk Cenderawasih dan Raja Ampat, juga sangat-sangat indah.
Selain itu lokasi perairan Indonesia yang merupakan pusat dari Corral Triangle, hingga fauna-fauna yang unik dan langka, semua dimiliki Indonesia. “Indonesia pilihan yang tepat untuk tujuan wisata diving. Indonesia negara kepulauan dengan 17.000 pulau serta merupakan pusat dari corral reef triangle yang memiliki berbagai lokasi diving berpanorama indah dan unik,” tambah Kiki.
“Potensi Indonesia besar. Dua per tiga coral dan biodiversity dunia ada di Indonesia. Rugi besar kalau tidak bisa meyakinkan wisman untuk menyelami wisata bahari di tanah air,” katanya.
Tujuh dari 10 Bali Baru yang dikembangkan Indonesia, adalah wisata bahari. Ini meliputi coastal zone (bentang pantai), underwater (bawah laut) dan sea zone (wisata antar pulau dengan yacht. Ketiganya, Indonesia unggul segala-galanya.
”Sales Mission Bahari di Filipina merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara berangkai. Sebelumnya, kegiatan serupa telah dilaksanakan di Bangkok, Thailand pada bulan Mei 2016, Singapura pada bulan Juni 2016, dan Malaysia pada bulan Juli 2016,” tandasnya.(*)
[08:49, 5/9/2016] Irwan Ariefyanto: Explore Exotic Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur (1)
Menusuk ke Jantung Wisman Timur Tengah di Malaysia
KUALA LUMPUR— Bukit Bintang, Kuala Lumpur itu semacam down town-nya Malaysia. Seperti Ginza-nya Tokyo, Orchard Road-nya Singapore, Qianmen Street-nya Beijing, atau Champ Elysees-nya Paris. Tempat jalan-jalan santai, lengkap untuk belanja barang branded, bersantai minum di café dan resto, mendengarkan music, menyedot asap shisha, ada street food di tempat terbuka. Di sinilah tempat favourite wisatawan keluarga asal Timur Tengah ke Negeri Jiran Malaysia.
Bagi pariwisata Malaysia, Bukit Bintang itu seperti jantungnya destinasi Malaysia dengan originasi Middle East. Sepanjag jalan, lorong, café, resto, tempat minum, dan clubbing berseliweran orang-orang Arab. Pasangan muda-mudi, keluarga dengan anak-anaknya, menikmati suasana gemerlapnya Kuala Lumpur. “Dari sinilah kami mencuri perhatian dengan promosi Wonderful Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya.
Di lokasi inilah, ranjau-ranjau branding Wonderful Indonesia ditanam di 7 penjuru mata angin, yang hampir pasti tidak pernah diduga oleh siapapun. Konsep Explore Exotic Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur ini benar-benar beda, unik dan belum pernah dilakukan di manapun. “Areanya satu kawasan, semacam SCBD itu. Titik aktivitasnya 7 spot, dan masing-masing punya karakter yang khas Indonesia,” ungkap Arief Yahya yang Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini.
Hasil yang luar biasa, kata Arief, memang tidak bisa ditempuh dengan cara-cara biasa. Hasil yang luar biasa, hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Filosofi inilah awal dari konsep Street Festival ini digelar. Kalau Anda berada di Loh 10, Starhill Gallery Terrace, Fahrenheit Shopping Center, Sephora Walkway, Isetan, akan menemukan sensasi yang “Bhinneka Tunggal Ika.” Berbeda-beda tetapi tetap Wonderful Indonesia.
Kelihatan sekali, festival ini didesain dengan sangat serius. Dipikirkan detail sampai ke impact psikologis-nya, melalui sentuhan teste Wonderful Indonesia. Ini baru kali pertama dilakukan tim promosi Kemenpar, melakukan mempromosikan destinasi pariwisata dengan cara yang sangat halus dan tidak terasa menyentuh perhatian public di sana.
Mengapa di Bukit Bintang, Kuala Lumpur? “Ada tiga alasan. Pertama, lokasi ini adalah tempat favourite-nya wisman Timur Tengah di Malaysia. Timur Tengah punya spending lebih besar, USD 1.500 sampai USD 1.750 per kunjungan. Dan jumlah kunjungan orang Arab ke Malaysia jauh lebih besar dari yang Indonesia. Kita menjaring di kolam ikan di Bukit Bintang,” jelas Arief Yahya.
Kedua, lokasi itu juga menjadi favourite wisman non Arab, seperti China, dan Eropa, terutama di sekitar Jalan Alor. Ada street food, pusat jajan di pinggir jalan yang bersih dan tidak ada bau sampah. Juga puluhan spa refleksi sepanjang jalan yang tidak dibuat remang-remang, kaca bening, dengan penataan yang rapi. “Selain promosi, kami juga pelajari apa yang membuat wisman itu betah di Kuala Lumpur,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.
Ketiga, Malaysia adalah market utama originasi nomor dua terbesar ke Indonesia setelah Singapore. Ada kedekatan budaya, sesama orang Melayu, dan posisi geografisnya cukup dekat, tidak harus melalui udara. Soal budaya, Indonesia jauh lebih kaya dan beragam. Karena itu, acap kali bersinggungan soal klaim batik, keris, angklung, reog, lagu Rasa Sayange dan Terang Bulan, yang dianggap milik Malaysia. “Kita tidak perlu pusing untuk mengcounter. Kita cukup menghibur mereka dengan menampilkan aslinya, menunjukkan originalnya di hadapan mereka. Biarkan public senang dengan keaslian itu, dan tertarik untuk datang ke Indonesia,” aku Arief Yahya.
Spot pertama, outdoor di teras Starhill Gallery, disapa dengan konsep “Wonderful Garden of Indonesia”, didekorasi dengan pergola dan payung-payung yang khas berwarn-warni. Di lokasi ini diatur pertunjukan kesenian Topeng Ireng, Begelima Batak, Henna/Face Painting, Cutting Silhouttee, Jaranan Buto, Disc Jokey (DJ) malam harinya. Backdrop-nya logo dan tulisan Wonderful Indonesia.
Spot lain ada di Sephora Walkway, dengan tema Wonderful Batik Indonesia yang ditempel di koridor jalan itu. Batik di desain menutup dinding dan diselingi TVC Wonderful Indonesia. Spot berikutnya seni instalasi dari bambu yang disusun artistic di sudut jalan Bukit Bintang. Di malam hari disorot lampu spot yang membuat orang mudah berfoto dengan kubus berdesain Wonderful Indonesia. Posisinya persis di Fahrenheit Shopping Center, depan Uniqlo.
Di spot itu juga ada pertunjukan Malang Amore Carnival, yang mengenakan kostum dengan tema “Wonderful Bird of Indonesia.” Burung Cendrawasih, Nuri dan Lovebird berwarna-warni yang menundang orang untuk berfoto bersama dan menjadi bahan untuk membuat pic di profile handphone maupun media social. Para pemakai kostum carnival menjadi ikon tersendiri yang sangat eye-catching bagi para wisatawan yang tengah berkunjung ke area yang disetting dengan instalasi seni bambu itu.
Ada satu spot di pojokan Cube Lawn Area, di depan H&M, Lot 10, menuju ke Fahrenheit. Desain backdrop pantai berlaut jernih berpasir putih dengan kursi dan payung yang jika difoto seolah-olah berada di tepi pantai. Di sudutnya ada kubus miring dengan LED berisi TVC Wonderful Indonesia. Di sinilah tema “Wonderful Fun Indonesia.”
Di Lot 10, juga ada spot dengan dekorasi payung yang dibalik ke langit-langit lorong mal. Dinding di sepanjang lorong itu dibranding dengan gambar 10 Top Destinasi Prioritas, dari Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo NTT, Wakatobi Sultra, dan Morotai Maltara. Tempat itu benar-benar menjadi ajang selfie yang menyita ratusan gigabyte pengunjung.
“Semua sudut kami pikirkan detailnya, yang sudah dikenal di Malaysia, dan originalnya adalah budaya Indonesia. Gamelan, seni tari, reog, ditampilkan dan menjadi pusat perhatian masyarakat di sana,” kata Rizki Handayani Mustafa, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah ASEAN yang ikut menunggui acara sampai selesai.
Di malam hari sampai pukul 22.00, di depan Pavillion yang menjadi salah satu pusat barang-barang branded ditampilkan DJ dengan suara yang keras. Di sinilah wisatawan Arab yang berhidung mancung, perempuan berjilbab warna hitam-hitam, beberapa ada yang menutupi wajahnya, berlalu-lalang. “Mereka selalu berhenti menikmati permainan DJ, sambil merekam dan bergoyang-goyang,” sebut Rizki yang terus mengamati selera para wisman Timur Tengah itu.(*)