Menusuk ke Jantung Wisman Timur Tengah di Malaysia
Explore Exotic Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur (1)
Kuala Lumpur, BP
Bukit Bintang, Kuala Lumpur itu semacam down town-nya Malaysia. Seperti Ginza-nya Tokyo, Orchard Road-nya Singapore, Qianmen Street-nya Beijing, atau Champ Elysees-nya Paris. Tempat jalan-jalan santai, lengkap untuk belanja barang branded, bersantai minum di café dan resto, mendengarkan music, menyedot asap shisha, ada street food di tempat terbuka. Di sinilah tempat favourite wisatawan keluarga asal Timur Tengah ke Negeri Jiran Malaysia.
Bagi pariwisata Malaysia, Bukit Bintang itu seperti jantungnya destinasi Malaysia dengan originasi Middle East. Sepanjag jalan, lorong, café, resto, tempat minum, dan clubbing berseliweran orang-orang Arab. Pasangan muda-mudi, keluarga dengan anak-anaknya, menikmati suasana gemerlapnya Kuala Lumpur. “Dari sinilah kami mencuri perhatian dengan promosi Wonderful Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya.
Di lokasi inilah, ranjau-ranjau branding Wonderful Indonesia ditanam di 7 penjuru mata angin, yang hampir pasti tidak pernah diduga oleh siapapun. Konsep Explore Exotic Indonesia Street Festival di Bukit Bintang, Kuala Lumpur ini benar-benar beda, unik dan belum pernah dilakukan di manapun. “Areanya satu kawasan, semacam SCBD itu. Titik aktivitasnya 7 spot, dan masing-masing punya karakter yang khas Indonesia,” ungkap Arief Yahya yang Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini.
Hasil yang luar biasa, kata Arief, memang tidak bisa ditempuh dengan cara-cara biasa. Hasil yang luar biasa, hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Filosofi inilah awal dari konsep Street Festival ini digelar. Kalau Anda berada di Loh 10, Starhill Gallery Terrace, Fahrenheit Shopping Center, Sephora Walkway, Isetan, akan menemukan sensasi yang “Bhinneka Tunggal Ika.” Berbeda-beda tetapi tetap Wonderful Indonesia.
Kelihatan sekali, festival ini didesain dengan sangat serius. Dipikirkan detail sampai ke impact psikologis-nya, melalui sentuhan teste Wonderful Indonesia. Ini baru kali pertama dilakukan tim promosi Kemenpar, melakukan mempromosikan destinasi pariwisata dengan cara yang sangat halus dan tidak terasa menyentuh perhatian public di sana.
Mengapa di Bukit Bintang, Kuala Lumpur? “Ada tiga alasan. Pertama, lokasi ini adalah tempat favourite-nya wisman Timur Tengah di Malaysia. Timur Tengah punya spending lebih besar, USD 1.500 sampai USD 1.750 per kunjungan. Dan jumlah kunjungan orang Arab ke Malaysia jauh lebih besar dari yang Indonesia. Kita menjaring di kolam ikan di Bukit Bintang,” jelas Arief Yahya.
Kedua, lokasi itu juga menjadi favourite wisman non Arab, seperti China, dan Eropa, terutama di sekitar Jalan Alor. Ada street food, pusat jajan di pinggir jalan yang bersih dan tidak ada bau sampah. Juga puluhan spa refleksi sepanjang jalan yang tidak dibuat remang-remang, kaca bening, dengan penataan yang rapi. “Selain promosi, kami juga pelajari apa yang membuat wisman itu betah di Kuala Lumpur,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.
Ketiga, Malaysia adalah market utama originasi nomor dua terbesar ke Indonesia setelah Singapore. Ada kedekatan budaya, sesama orang Melayu, dan posisi geografisnya cukup dekat, tidak harus melalui udara. Soal budaya, Indonesia jauh lebih kaya dan beragam. Karena itu, acap kali bersinggungan soal klaim batik, keris, angklung, reog, lagu Rasa Sayange dan Terang Bulan, yang dianggap milik Malaysia. “Kita tidak perlu pusing untuk mengcounter. Kita cukup menghibur mereka dengan menampilkan aslinya, menunjukkan originalnya di hadapan mereka. Biarkan public senang dengan keaslian itu, dan tertarik untuk datang ke Indonesia,” aku Arief Yahya.
Spot pertama, outdoor di teras Starhill Gallery, disapa dengan konsep “Wonderful Garden of Indonesia”, didekorasi dengan pergola dan payung-payung yang khas berwarn-warni. Di lokasi ini diatur pertunjukan kesenian Topeng Ireng, Begelima Batak, Henna/Face Painting, Cutting Silhouttee, Jaranan Buto, Disc Jokey (DJ) malam harinya. Backdrop-nya logo dan tulisan Wonderful Indonesia.
Spot lain ada di Sephora Walkway, dengan tema Wonderful Batik Indonesia yang ditempel di koridor jalan itu. Batik di desain menutup dinding dan diselingi TVC Wonderful Indonesia. Spot berikutnya seni instalasi dari bambu yang disusun artistic di sudut jalan Bukit Bintang. Di malam hari disorot lampu spot yang membuat orang mudah berfoto dengan kubus berdesain Wonderful Indonesia. Posisinya persis di Fahrenheit Shopping Center, depan Uniqlo.
Di spot itu juga ada pertunjukan Malang Amore Carnival, yang mengenakan kostum dengan tema “Wonderful Bird of Indonesia.” Burung Cendrawasih, Nuri dan Lovebird berwarna-warni yang menundang orang untuk berfoto bersama dan menjadi bahan untuk membuat pic di profile handphone maupun media social. Para pemakai kostum carnival menjadi ikon tersendiri yang sangat eye-catching bagi para wisatawan yang tengah berkunjung ke area yang disetting dengan instalasi seni bambu itu.
Ada satu spot di pojokan Cube Lawn Area, di depan H&M, Lot 10, menuju ke Fahrenheit. Desain backdrop pantai berlaut jernih berpasir putih dengan kursi dan payung yang jika difoto seolah-olah berada di tepi pantai. Di sudutnya ada kubus miring dengan LED berisi TVC Wonderful Indonesia. Di sinilah tema “Wonderful Fun Indonesia.”
Di Lot 10, juga ada spot dengan dekorasi payung yang dibalik ke langit-langit lorong mal. Dinding di sepanjang lorong itu dibranding dengan gambar 10 Top Destinasi Prioritas, dari Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo NTT, Wakatobi Sultra, dan Morotai Maltara. Tempat itu benar-benar menjadi ajang selfie yang menyita ratusan gigabyte pengunjung.
“Semua sudut kami pikirkan detailnya, yang sudah dikenal di Malaysia, dan originalnya adalah budaya Indonesia. Gamelan, seni tari, reog, ditampilkan dan menjadi pusat perhatian masyarakat di sana,” kata Rizki Handayani Mustafa, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah ASEAN yang ikut menunggui acara sampai selesai.
Di malam hari sampai pukul 22.00, di depan Pavillion yang menjadi salah satu pusat barang-barang branded ditampilkan DJ dengan suara yang keras. Di sinilah wisatawan Arab yang berhidung mancung, perempuan berjilbab warna hitam-hitam, beberapa ada yang menutupi wajahnya, berlalu-lalang. “Mereka selalu berhenti menikmati permainan DJ, sambil merekam dan bergoyang-goyang,” sebut Rizki yang terus mengamati selera para wisman Timur Tengah itu.(*)