Waspadai Makanan Pakai Boraks
Palembang, BP
Dinas Kesehatan mengimbau seluruh masyarakat Kota Palembang untuk selalu mewaspadai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan (BTP), pasalnya semakin marak pedagang yang berjualan makanan di pinggir jalan serta baru-baru ini adanya kasus yang mengatakan dalam sebuah pempek mengandung boraks.
Kepala Dinkes Kota Palembang dr Anton Suwindro melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Masalah Kesehatan dr Afrimelda mengatakan, BTP ini zat yang cukup bahaya karena campuran yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, antigumpal, pemucat, dan pengental.
“Seperti boraks, boraks adalah senyawa yang larut dalam air pada suhu 200C. Berbentuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH 9,5,” katanya. Dijelaskannya, borax tersebut biasanya digunakan sebagai antiseptic, pencampur bedak talk dan pembersih cucian, tetapi ada oknum yang nakal menggunakan dengan tujuan untuk membuat produk makanan menjadi kenyal, padat dan tidak mudah hancur.
Seperti pada mie, maka mie itu tidak mudah putus walaupun telah dicuci dengan air, tidak mudah basi dan berbau khas (menyengat), sedangkan pada lontong biasanya padat dan tidak mudah hancur. “Ya biasanya pada penganan bakso, jika untuk bakso tahan sampai lima hari pada suhu kamar serta terasa lebih kenyal,” jelasnya.
Dijelaskannya, mengonsumsi boraks menyebabkan keracunan, dan bahaya antara lain mual, muntah, diare, kejang, kemudian timbul bercak – bercak pada kulit. Gejala ini akan timbul dalam waktu 3-5 hari. Kerusakan pada hati, saluran pencernaan, oedem otak dan penimbunan cairan pada alat – alat tubuh.
“Makanan yang mengandung boraks ini nantinya akan masuk ke dalam sel hepar dan lama kelamaan menyebabkan akumulasi lalu masuk ke jaringan otak sehingga berakibat lebih risiko lagi. Kalau untuk selang waktu pengonsumsi dengan didapatnya suatu penyakit kanker dan lever, untuk anak-anak biasanya 1-2 tahun kedepannya, kalau untuk dewasa sekitar 4 tahunan,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk mengetahui apakah makanan tersebut mengandung boraks antara lain, potong makanan yang dicurigai dengan pisau bersih, letakkan makanan tersebut ke dalam sendok, letakkan beberapa potongan kunyit segar, tambahkan beberapa tetes cuka makan ke dalamnya, bakar sendok tersebut di atas api lilin.
“Nanti perhatikan nyala api, bila nyala api biru/ungu/hijau kemungkinan makanan tersebut mengandung borax, bila nyala api merah /oranye/jingga kemungkinan makanan tersebut tidak mengandung boraks,” kata dr Afrimelda.
Disinggung soal ditemukannya pempek yang mengandung boraks, ia mengatakan, pihaknya belum mengetahuinya, tetapi untuk memastikannya, pihaknya meminta untuk membawakan sampel pempek tersebut untuk diuji lab dengan membawa dua saksi.
“Jika memang benar kami akan menegur mereka, tapi jika mereka masih didapat menggunakan boraks maka kami akan bekerja sama dengan dinas terkait untuk menutup tempat penjualan tersebut,” tegasnya. #yud