Palembang, BP- Setiap 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah gugur sebagai kusuma bangsa baik dalam perjuangan menggapai kemerdekaan maupun mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Dalam memperingati Hari Pahlawan Nasional berbagai hal dilakukan seperti upacara bendera, napak tilas dan kegiatan perlombaan.
Peringatan Hari Pahlawan tahun 2024 yang mengusung tema “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu” mengingatkan generasi sekarang untuk tidak hanya menghormati para pahlawan, tetapi juga meneladani nilai-nilai yang mereka perjuangkan dan mencintai negeri sendiri.
Dan seiring dengan peringatan Hari Pahlawan dengan tema tersebut maka Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Panoramic of Lahat melakukan perjalanan ke situs megalitik untuk lebih mengenal dan mencintai negeri sendiri .
Tim Panoramic of Lahat, Mario Andramartik dan Bayu K Purwanto bersama dengan jupel situs megalitik Akhmad Rivai, Ibnu Sutowo dan Bujang K mengunjungi Situs Megalitik Talang Pagar Agung Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat pada hari Sabtu (9/11) .
Untuk menuju situs megalitik ini dari Kota Lahat ke arah Kota Pagar Alam sebelum masuk kota tepat disamping masjid Sukajadi belok ke kanan dan terus menyusuri jalan aspal di dusun Sukajadi lalu melintasi jalan cor beton hingga memasuki perkebunan kopi dan jalan masih berupa tanah yang belum dilakukan pengerasan dan pengaspalan.
“Masuk di jalan tanah kami harus mengurangi kecepatan karena beberapa titik jalan becek, berlubang dan digenangi air. Akan tetapi kondisi jalan yang kurang bersahabat ini tidak mengurangi sedikitpun semangat kami untuk melihat kekayaan budaya leluhur bangsa Indonesia yang berada di Kabupaten Lahat. Setelah menempuh perjalanan 25 menit dari simpang Sukajadi sampailah kami di kebun kopi Bujang K yang sekaligus menjadi juru pelihara (jupel) situs ini.,” kata Mario.
Benda megalitik pertama yang ditunjukkan oleh Bujang K yang didampingi oleh Akhmad Rivai dan Ibnu Sutowo adalah 2 arca manusia yang dikelilingi oleh pepohonan kopi. Arca manusia pertama menggambarkan figur manusia memakai kalung dengan kepala telah hilang.
“Arca kedua yang letaknya sekitar 2 meter dari arca pertama menggambarkan figur manusia sedang memeluk kepala kerbau dalam posisi figur manusia terlentang dan kepala kerbau berada di dada figur manusia. Terlihat jelas kedua tanduk kepala kerbau. Benda ketiga yang kami lihat adalah menhir yang berjarak 3 meter dari arca kedua. Selanjutnya ada beberapa tetralith, trilith, dolmen, batu datar, batu bergores. Kemudian yang membuat kami tertegun lama melihat sebuah batu datar tetapi terdapat goresan gambar kepala dan tanduk. Kami menerka dan mengira tanduk binatang apa ini. Kami memiliki interpretasi yang berbeda apakah tanduk banteng atau kerbau? Tetapi dari banyak temuan arca di Kawasan Megalitik Pasemah di Lahat dan Pagar Alam banyak ditemukan figur hewan kerbau. Dari analisa ini maka kami sepakat untuk menyebut batu bergores ini bermotif tanduk kerbau.,” katanya.
Di lahan sekitar 2 ha semuanya ditanami kopi begitu juga lahan di sekitar, sejauh mata memandang hamparan pohon nan hijau dengan buah yang telah berusia 6 bulan.
“Dalam perjalanan pulang ke Lahat kami tidak melalui jalan semula tetapi kami menempuh jalan lain, dari kebun Bujang K menuju ke talang yang berjarak 500 meter lalu menuruni jalan berliku kemudian melintasi jembatan dengan panjang 5 meter. Selanjutnya jalanan menanjak hingga sampai kompleks pesantren dan tibalah kami di jalan Lahat-Gumay Ulu- Pagar Alam. Total perjalanan dari situs megalitik ke kompleks pesantren sekitar 10 meter. Beruntung dalam perjalanan pergi ke situs dan pulang dari situs tidak hujan kalau hujan tentu sangat sulit untuk menjangkau situs megalitik ini karena jalanan masih berupa jalan tanah.,” katanya.
Dari melihat banyaknya temuan benda megalitik di situs ini lebih menyakinkan kita semua bahwa Kabupaten Lahat memang “Negeri Seribu Megalitik”.
“ Semoga tetap terjaga, terpelihara dan lestari budaya megalitik peninggalan leluhur bangsa Indonesia. Mencintai Megalitik merupakan wujud mencintai Negeri, Salam Lestari Budaya Indonesia,” katanya.#udi