Tokoh ‘Underrated’ untuk Memimpin Lubuklinggau, Siapa?
Oleh Benny Arnas Oleh Benny Arnas
SEBAGAIMANA awam, saya juga mengalami kemuakan yang sama dengan “serangan” foto para caleg yang bertebaran di mana-mana beberapa waktu terakhir ini. Tak jarang, saya tersenyum atau tertawa tanpa suara membaca slogan mereka. Berbuat untuk Daerah, Berkarya dari Hati, Mengabdi untuk Negeri, atau bagi para petahana, Lanjutkan Perjuangan, Lanjutkan Pengabdian, Terus Berkarya, Mengabdi tanpa Henti, dan lain sebagainya benar-benar menjadi polusi tekstual–dan tentu saja visual!
Untuk beberapa tokoh yang saya kenal dan terakui karya dan kinerjanya, kemuakan itu menjelma jadi doa. Tapi, kepada mereka dengan latar belakang keberkaryaan yang omong kosong, besar karena bisnis yang justru menghancurkan generasi muda, atau bahkan para petahana yang tak pernah terdengar kiprahnya, saya sungguh memaki bolong besar demokrasi ini.
Tapi, saya tidak akan bicara tentang pemilihan anggota legislatif yang tinggal menghitung hari–atau juga pemilihan presiden yang jatuh di waktu yang sama. Saya, dapat dikatakan, berada dalam skeptisisme yang akut terhadap fenomena mencengangkan hari ini. Kalau Pusat saja gagal memberi teladan, wajar kalau di daerah semuanya silang sengkarut dan acak kadut!
Di sini, saya ingin bicara tentang bursa Walikota Lubuklinggau dan wakilnya yang bursanya baru akan memanas setelah tanggal cantik 14 Februari nanti.
Tokoh-tokoh Pasca Nansuko
Pasca ditinggalkan Nansuko (Nanan-Sulaiman Kohar), tokoh-tokoh yang muncul, baik karena sudah terang-terangan menunjukkan syahwatnya untuk maju lewat baliho-baliho dan berbagai kegiatan yang marak–bahkan jauh sebelum musim caleg tiba atau mereka yang kerap dibahas dalam percakapan terbatas di kalangan politik atau juga media massa lokal, saya belum melihat satu orang pun yang menyala.
Tentu pendapat ini setelah menempatkan H. Sulaiman Kohar, pasangan Nanan dua periode, di luar bursa. Tampaknya, di atas kertas, peluang bagi laki-laki yang tahun ini akan menginjak usia 68 tahun itu, berada di atas nama-nama yang baru akan all out setelah pemilihan legislatif nanti menunjukkan arahnya.
Enam tahun belakangan, entah bagaimana, saya dipertemukan dengan mereka yang memberi kode untuk maju ke bursa walikota dan calon walikota Lubuklinggau 2024–2029. Senang sekali, kesempatan-kesempatan itu memberi saya akses untuk mengenal mereka.
Ada yang tampil bossy, ada yang hanya ingin didengar, ada yang selalu menyalahkan kinerja pasangan terdahulu seakan-akan ia adalah orang yang paling pas memimpin, ada yang sibuk memberikan solusi agamis seakan-akan masyarakat kota ini berlumur dosa, dan lain sebagainya.
Kreativitas, Literasi, dan Budaya ke Laut Aja!
Tapi, ada poin menarik, hasil perbincangan santai saya dengan calon-calon tersebut.
Tidak satu pun yang bisa memberikan pandangan yang menarik ketika saya menawarkan literasi, kreativitas, dan budaya sebagai topik percakapan. Sebagian besar tidak menganggap dua bidang ini sebagai prioritas. Padahal, sebagian besar pemuda dan pemilih pemula, sangat dekat dengan ketiganya.
Bagaimana mereka melihat bakat-bakat muda Lubuklinggau agar bisa berkiprah di tingkat nasional atau bahkan internasional, mereka kagok. Apalagi ketika saya menawarkan literasi dan sastra sebagai bahan elaborasi. Mereka keteteran.
Pertama, sebagian mereka ternyata tidak suka membaca. Kedua, mereka tidak pernah sepenuhnya turun ke tengah masyarakat. Ketiga, adalah konsekuensi dari yang pertama dan kedua: mereka tidak pernah berpikir bahwa, di dunia yang transparan hari ini, kita seharusnya menjadi warga dunia, bukan lagi Indonesia, apalagi Lubuklinggau semata.
Tokoh Muda Itu …
Sampai … sekitar tiga pekan lalu akhirnya saya membuat janji bertemu dengan seorang tokoh muda. Kami mulanya membincangkan beberapa isu pembangunan terkini di Kota Sebiduk Semare. Namun, ketika percakapan sudah menemukan ritmenya, refleks saya memberi tahu rencana saya untuk “membawa” bakat muda ke tingkat dunia.
“Kali ini mungkin bukan fisiknya,” jelas saya. “Saya ingin karya mereka yang bicara,” lalu saya memberitahu rencana residensi saya setelah lebaran. “Selama tiga bulan di Eropa, saya akan menulis dan membawa nama-nama baru ini,” saya merinci nama-nama penulis dan seniman.
“Apa yang bisa saya bantu, Benn,” katanya. Singkat tapi menembak. Santai tapi tepat sasaran.
Buru-buru saya menjelaskan bahwa keberangkatan dan biaya hidup saya selama residensi sepenuhnya ditanggung sponsor. Ini penting saya terangkan karena kami sejatinya bukan membincangkan agenda saya, melainkan para penulis lokal yang diupayakan mengglobal dengan menjadikan momen residensi saya sebagai landasan pacunya.
Namun, tokoh muda ini bergeming. Ia tetap ingin ambil bagian dalam kerja kreatif melambungkan nama kota ini ke level dunia. “Kapan dan di mana workshop-nya?” kejarnya, penuh semangat dan–ini yang paling penting: ketulusan!
Saya teringat, 8 tahun lalu, Nanan mendukung penuh upaya saya membawa karya-karya penulis Lubuklinggau untuk dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dalam residensi menulis saya di Selandia Baru. Tiba-tiba saya teringat Sulaiman Kohar yang meminta saya bertemu dua hari sebelum saya berangkat. “Semoga perjalanan Ananda membawa manfaat,” kalimat sakti yang membuat saya merasa ada dan berharga sebagai warga mereka.
Siapa Sosok Underrated Itu?
Saya harap Anda penasaran dengan sosok yang tidak kita temui wajahnya dalam baliho-baliho ini. Sosok yang tiba-tiba saja sudah membawa beberapa atlet muda kita mengharumkan nama Lubuklinggau ke pentas nasional, tokoh yang tidak memandang hobby dengan sebelah mata bahkan memfasilitasi sejumlah komunitas untuk menggiatinya, sosok yang menolak disebutkan namanya dalam aktivitas membagikan bantuan sosial dengan dana pribadi kepada mereka yang membutuhkan, sosok yang … insya Allah akan menjadi bagian dari kerja literasi untuk membuat kita melompat lebih tinggi!
Senang sekali menemukan sosok underrated, sosok yang tidak muncul ke permukaan, padahal dengan tulus dan intens berbuat untuk kota ini. Saya harap, sebagaimana Anda, energi baiknya terus memancar hingga waktu yang pas itu berdentang.
Ya, saya harap Anda penasaran dengan sosok tokoh muda ini. Kalau Anda sudah tahu, tentu menggembirakan sekali kalau kita berada dalam satu frekuensi.***