
JAKARTA, BP – Performa elektoral Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) jelang pemilihan umum (pemilu) 2024 buruk, dibandingkan elektoral jelang pemilu 2019 lalu.
Hal ini berdasarkan rilis survei nasional Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia, yang diumumkan via kanal Youtube Indikator Politik Indonesia, dengan judul ‘Pacuan kuda elektabilitas bakal capres dan peta kekuatan elektoral partai pasca-deklarasi’, dikutip Minggu (4/12).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi PhD mengatakan, dinamika elektoral masih akan terus terjadi, tergantung kegiatan sosialisasi dan mobilisasi dukungan tiap partai ke depan.
“Kita membuat analisis survei yang dilakukan sekian bulan sebelum pemilu 2019 dengan sekian bulan sebelum pemilu 2024,” kata Burhanuddin.
Menurutnya, dalam hampir dua tahun ini, secara umum fluktuasi dukungan partai tidak begitu besar. Partai PDI Perjuangan dan Gerindra menunjukkan tren penurunan, Partai Demokrat, Golkar dan NasDem kecenderungannya menguat. Untuk PKB dan PKS juga cenderung menguat meski lebih landai.
“Sementara PPP dan PAN stagnan,” kata dia.
Oleh karena itu, pihaknya melihat pola pemetaan survei terhadap dukungan partai pada periode yang sama yakni 14 bulan jelang pemilu 2019 dengan 14 bulan jelang pemilu 2024.
“Performa PPP jelang 2024 lebih buruk dibandingkan performa elektoral PPP jelang pemilu 2019, ini harus menjadi alarm wake up call bagi PPP,” ucap dia.
Menurutnya, jelang 2024 elektoral PPP jelang pemilu 2024 hanya 3.1 persen yang pada periode sama di 2019 sebesar 4.1 persen. “Kalau tren ini tidak diantisipasi maka bahaya, karena parlemen threshold empat persen,” kata Burhanuddin.
Senasib dengan PPP, PAN juga trennya mirip dengan PPP lebih rendah performanya jelang 2024 dibanding jelang 2019.
“Pada 2019 performa PAN mencapai 2.5 persen, namun jelang 2024 sebesar 2.0 persen,” ia mengungkapkan.
Untuk tren performa partai-partai papan atas seperti PDIP jelang pemilu 2019 dengan jelang pemilu 2024 surveinya kurang lebih sama yakni pada 25.4 persen di 2019 dan 25.8 persen di 2024.
Untuk tren partai Golkar pada 2019 12.0 persen dan jelang pemilu 2024 menurun sebesar 10.1. “Elektabilitas Golkar jelang 2024 lebih rendah dibanding 2019 ada tren penurunan performa Golkar,” ujarnya.
Untuk Partai Gerindra meski elektabilitas ketua umumnnya Prabowo Subianto ada tren penurunan, namun performa Gerindra jelang 2024 lebih baik yakni di 12.0 persen, yang pada 2019 10.2 persen.
Lalu PKB jalurnya positif, performa PKB jelang 2024 lebih baik dibanding jelang 2019, pada 2019 5.6 persen 2024 sebesar 8.0 persen.
“Untuk partai Demokrat rata-rata jelang 2024 lebih bagus, pada 2024 sebesar 8.3 persen dibanding 2019 sebesar 6.8 persen,” ia menuturkan.
Untuk performa PKS rata-rata lebih bagus jelang 2024 dibandingkan performa PKS jelang 2019, pada 2019 hanya 3.4 persen di 2024 mencapai 5.6 persen.
Sedangkan tren partai NasDem rata-rata pada peirode yang sama dibanding 2019 konsisten naik, yang pada 2019 hanya 2,5 persen dan jelang 2024 sebanyak 3,8 persen.
“Sebelum deklarasi capres elektabilitas NasDem 4,5 persen dan sekarang setelah deklarasi meningkat 4,8 persen, memang sudah ada indikasi positif tapi masih sangat minim,” ia menjelaskan.
Sementara itu, Koordinator Presidium DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) La Ode Basir menyambut positif hasil survei dari Indikator Politik Indonesia.
“Kami relawan Anies mendapat energi dan suntikan data gratis. Ini memberikan gambaran bagaimana kami melangkah selama ini. Ini capaian hasilnya,” kata La Ode.
Hasil survei ini dakpat diolah pihaknya untuk dijadikan rujukan melangkah ke depan. “Kalau ada yang belum maksimal selama ini akan dievaluasi,” ucap dia. #gus