Jadi Masyarakat Digital yang Pintar

75

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kota Palembang yang digelar Jumat (29/10) pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00 kali ini dengan tema “Menjadi Masyarakat Digital Yang Pintar,” dengan menampilkan beberapa narasumber di antaranya Dr. Gushevinalti, M.Si (Dosen Ilmu Komunikasi dan Penggiat Literasi Digital),Komang Aryasa, S.Kom., M.T (Dosen dan Praktisi),Dwi Puspita Sari, S.Si., B.IT (Hons)., M.Sc. (Akademisi dan Penggiat Literasi Digital) dan Fitha Yurista Sari, S.Pd., M.Pd. (Guru SMA PGRI 2 Palembang).

Moderator Astrid Anggraeni pada kesempatan ini memberikan kesempatan pertama kepada Tysa sebagai Key Opinion Leader untuk berbagi pengalaman. @tysanovennysariosa (News Anchor Tv One “Kabar Petang”, Profesional Moderator & Pembawa Acara) dengan berbagai aktivitas ini, Tysa mengaku dirinya sangat terbantu dengan adanya gerakan-gerakan webinar seperti yang disajikan Kemenkominfo RI kali ini. “Jadi jangan disia-siakan kesempatan setiap ada kesempatan ikut webinar literasi digital seperti ini. Ini sebagai media mencerdaskan diri kita di era digital ini. Menjadi masyarakat pintar dan cerdas digital, tentu tak ada salahnya kan?”ujar Tysa optimis.

Dr. Gushevinalti, M.Si (Dosen Ilmu Komunikasi dan Penggiat Literasi Digital) yang menjadi narasumber pertama pada webinar ini. Di awal penyajian, dirinya tak lupa mengedepankan agar para peserta senantiasa bersikap profesional dengan tidak mengabaikan etika digital. “Media digital merupakan representasi diri kita jadi orang bisa melihat. Asah keterampilan berkomuniakasi. Sekarang ini kalau kita bermedsos kita tercermin fortopolio. jadi kemampuan beromunikasi dieprtnyakan. Bagaimana menjual potensi diri diperlihatkan dengan berkomunikasi.

Tips hadapi pengaruh buruk ruang digital di antaranya diberikan narsum dengan mengatakan “Kita harus berpikir dulu apa yang akan diposting sebelum melakukannya. Jangan latah. Selanjutnya, tabayun cek dan ricek dulu sebelum dishare. Misalnya tiba-tiba kita dimasukan dalam sebuah grup WA,  kalau tidak nyaman keluar saja dari grup dengan sebelumnya dipertanyakan dulu untuk apa grup dibuat, apa tujuan dan siapa saja anggota di dalamnya. Selanjutnya, ketika menerima info, cek dulu sumber-sumbernya. Perlu diingat dan diperhatikan perbedaan antara ,Medsos dan media massa pisahkan dulu. Dewan pers jadi acuan untuk mengecek info yang benar atau tidak. Selanjutnya gunakan medsos menjadi suatu hal yang positif. Jadi hati-hati cek di file penyimpanan dan perangkat lain di ponsel kita,” katanya.

Komang Aryasa, S.Kom., M.T (Dosen dan Praktisi) sebagai narasumber kedua kali ini memaparkan tentang berbagai hal terkait aplikasi di digital. “Kita sering mengalami ancaman terhadap kerahasiaan data yang kita miliki. Sering terjadi juga modifikasi atau ancaman terhadap kerahasiaan. Jadi, data yang kita miliki di berbagai media sosial bisa diubah oleh pihak ketiga sehingga ketika sampai ke pihak yang dituju sudah tidak asli lagi. Dalam komunikasi saat ini kita berharap aman. Perlu beberapa teknik untuk amankan dari berbagai medsos yang kita miliki. Terkait beberapa keamanan digital, ada beberapa faktor yang perlu kita amankan di antaranya amankan hardware dengan berbagai kombinasi seperti aplikasi sidik jari, aplikasi wajah atau pasword. Selanjutnya bisa amankan software. Ada yang disebut aplikasi yang bisa deteksi di mana ponsel kita berada. Back up data, dengan beberapa virus yang bisa amankan data karena ada virus yang bisa membuat kita tak bisa membaca data kita. Selanjutnya ada aplikasi yang bisa hapus data secara permanen,” ujarnya.

Baca Juga:  Warga Histeris, Jokowi Masuk PTC

Ia juga menyarankan ketika suatu ketika Anda  berencana akan menjual HP, walaupun sudah kita berusaha hapus tapi sejatinya dokumen itu masih tersimpan dengan sangat baik. Walau secara kasap mata sudah dihapus. “Ini yang perlu diwaspadai. Data sangat pribadi ternyata masih ada dan tidak menutup kemungkinan akan disalahgunakan orang yang membeli ponsel atau laptop kita itu. Ada ketika dicuri orang, maka mereka juga bisa gunakan data kita yang tersimpan di perangkat tadi. Untuk mengatasinya, ada salah satu aplikasi yang bisa lakukan itu,” ujar Komang yang juga menyarankan agar kita amankan dari sisi identitas digital baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Jadi jangan bagikan identitas sembarangan. Jejak digital perlu jadi perhatian. “CV angkatan kerja, sebagian perusahaan melihat dari rekam jejak digital di akun medsos calon pelamar. Jadi rawatlah rekam jejak anda supaya tidak jadi masalah di kemudian hari,” kata Komang yang juga memberikan tips. “Satu kali kita merekam posting maka data itu akan tersimpan. Jadi hati-hati terhadap rekam jejak digital. Tips untuk melindungi akun di antaranya gunakan kata sandi, hindari gunakan data pribadi untuk nama pasword. Selanjutnya pahami dan patuhi aplikasi yang kita miliki dan saving dengan baik. Hati-hati unggah data pribadi, hindari data pribadi ketika gunakan wifi gratis atau join di warnet atau ruang publik,” katanya lagi.

Ada beberapa contoh yang diberikan narasumber untuk mengamankan perangkat seperti di WA dari serangan virus atau pihak-pihak tertentu yang bermaksud tidak baik. 2 FA di Google cara mengaktifkannya juga dipaparkan narasumber ini. Selanjutnya, cara aktifkan juga di facebook.  Kalau akun sudah disusupi maka segera ubah kata sandi, pastikan alamat email Anda aman. Cabut koneksi ke aplikasi pihak ketiga, perbarui kata sandi di aplikasi pihak ketiga tersebut.

Baca Juga:  Ketua MPR: Corona Bisa Kita Taklukkan, Asal Bergotong-royong

Dwi Puspita Sari, S.Si., B.IT (Hons)., M.Sc. (Akademisi dan Penggiat Literasi Digital) menjadi narasumber ketiga. Akademisi di beberapa universitas ini sempat mendapatkan beasiswa di Amerika dan bekerja sebagai data analis. Berbagai pendidikan dan pelatihan yang diperolehnya terkait tentang data. Dwi juga pada kesempatan ini memaparkan data pengguna internet di Indonesia yang aktif bermedsos. Semakin hari semakin meningkat pengguna sampai akhir tahun 2020. Indonesia dengan pengguna internet terbanyak di dunia dibanding Cina dan Amerika Serikat.

Pilar literasi digital dipaparkan Dwi dengan detail. Digital Culture yang dibahas Dwi  dengan memaparkan bagaimana menggunakan media digital. Budaya digital yang didefinisikannya adalah suatu upaya seseorang untuk menggunakan internet sehingga mengubah bagaimana cara berinteraksi dan sebagainya. Pelaku digital dengan segmen umur, perilaku dan beberapa kebiasaan juga dipaparkan Dwi. Generasi per generasi dengan beberapa kebiasaanya. “Bagaimana sebuah budaya digital ubah proses aktivitas seseorang dalam kebiasaan sehari-hari. Misalnya di perdagangan, di politik dan sebagainya. Pembelajaran yang dulu secara offline dan sekarang karena pandemi semua berubah jadi online. Cara belajar jadi berubah karena pandemi namun positifnya kita sekarang sudah ramah dengan perangkat digital. Jadi budaya digital sudah banyak sekali ubah cara seseorang beraktivitas,” ujarnya seraya menyebutkan dampak positif dan negatif. Ketika negatif maka ada benturan dengan budaya. Misalnya momen silaturahmi Lebaran dulu kita bertamu langsung, tapi sekarang dengan kirim pesan saja via WA dan sebagainya. Di sisi lain positifnya menghemat waktu, tempat dan ruang atau lintas tempat. “Jadi digital culture itu sangat penting sekali. Gunakan budaya digital untuk ambil yang baik-baik saja. Kalau tidak kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Jadi manfaatkanlah.

Fitha Yurista Sari, S.Pd., M.Pd. (Guru SMA PGRI 2 Palembang) yang merupakan narasumber ke4 yang kesempatan membawakan materi tentang etika digital dengan judul  “Menjadi Masyarakat DIgital yang Pintar dan Beretika”. “Tatap muka pembelajaran yang dulunya secara offline sekarang kami sudah melakukan dengan online. Berbagai aplikasi seperti WA dan sebagainya yang selama lebih kurang dua tahun ini kami laksanakan selama pandemi ini terjadi. Selanjutnya dampak yang saya rasakan di era digital ini adanya kemudahan dalam belanja. Tinggal klik saja sudah bisa memesan barang,” ujar Fitha memulai pemaparannya.

Perkembangan teknologi yang ada saat ini tentunya masyarakat juga harus menyesuaikan diri supaya bisa mengikutinya. Masyarakat digital yang struktur sosial berhubungan dengan jaringan teknologi digital. Dalam bersosial menggunakan teknologi digital di dalam ruang digital. Narasumber juga mengutip data Riset Hootsiute Januari 2021 yang memaparkan masyarakat digital tekait umur, waktu yang digunakan untuk berinternet, serta beberapa data yang disajikan di dalam riset ini.

Baca Juga:  PT Sari Agrotama Persada Gelar Lomba Masak Chicken San Katsu

Masyarakat digital juga didefisinikan dalam tiga poin yang dijabarkan di antaranya pengguna dari segmen dan status sosial. “Membuat KTP misalnya sudah dipermudah dengan sistem digital. NPWP dulu mau buatnya agak ribet sekarang dengan online tinggal buka link kantor pajak dan mengaksesnya. Ini memudahkan masyarakat dalam hal pelayanan publik,” kata Fitha sekali lagi menjelaskan begitu pentingnya etika. Netiket juga dipaparkannya dengan menyebutkan manfaat-manfaatnya. “Kesalahpahaman pasti terjadi di dunia digital baik terjadi secara sengaja atau tidak sengaja maka perlu dipahami semua manusia adalah makhluk sosial yang juga ada orang lain yang juga mempunyai perasaan, jadi berhati-hatilah dalam berbuat dan bertindak. Jadi berpikir dulu sebelum menshare sesuatu. Selanjutnya, berhati-hati dengan postingan dengan perasaan orang lain. Buatlah kata-kata atau bahasa yang baik, kendalikan emosi dengan mengesampingkan perasaan pribadi,”ujarnya.

Webinar menayangkan Lagu Indonesia Raya yang diikuti semua peserta webinar dan dilanjutkan dengan penayangan video keynote speech yaitu Semuel A Pangerapan, Direktur Jenderal (Dirjen) Aplikasi Informatika (Aptika) Kemenkominfo RI. Lantas keynote speech kedua disampaikan Walikota Palembang H Harnojoyo yang mengapresiasi penyelenggaraan webinar tersebut. Lebih lanjut dalam sesi tanya jawab, moderator mempersilakan empat penanya terpilih untuk menyampaikan pertanyaan secara langsung kepada keempat narasumber secara berurutan. Karena antusias peserta cukup tinggi untuk bertanya, moderator juga memilih enam penanya lagi untuk berkesempatan mendapat hadiah langsung berupa uang elektronik masing-masing senilai Rp 100 ribu.

Terpisah, Suryati Ali selaku Runner Literasi Digital wilayah Palembang Sumsel membenarkan bahwa webinar yang digelar Kemenkominfo RI bekerjasama dengan Pemkot Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel diikuti secara daring ada 938 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, dosen dan kalangan umum. “Alhamdulilah kita terus berharap antusias masyarakat masih tetap tinggi dalam rangka literasi digital ini. Semoga bermanfaat bagi masyarakat banyak dalam mendukung program pemerintah cerdas berinternet dengan Program Webinar Literasi Digital yang digelar Kemenkominfo RI ini,” ujar Suryati, Jumat (29/10).

Selanjutnya. webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 Kota Palembang akan tetap digelar kembali ada Nopember 2021 dengan menampilkan berbagai topik dan para narasumber berkompeten. Webinar juga tetap akan digelar gratis bagi para peserta bahkan e-Sertifikat dari Kemenkominfo RI akan diberikan bagi para peserta webinar dan 10 peserta webinar di setiap sesi pelaksanaan tetap mendapatkan kesempatan mendapatkan voucher. “Makanya ikutin terus ya informasi terkini tentang webinar Gerakan Literasi Digital 2021 kota Palembang yang kami gelar,” ujar Suryati. #osk

Komentar Anda
Loading...