Soal Teroris, Wakil Rakyat Harus Berani Tanyakan Pemerintah Lebih Dalam
Jakarta, BP–Anggota DPR Dipo Nusantara mengatakan, motivasi teror sekarang kebanyakan dari ideologi agama bukan balas dendam atau masalah situasional ekonomi.
“Yang harus kita hadang pola rekrutmen mereka. Kok gampang sekali mereka ikut dengan ideologi yang bertentagan dengan agama, “ujar Dipo di Media Center DPR Jakarta, Kamis (1/4).
Diakui, pemahaman dan penafsiran idiologi agama sering berbeda. ” Menurut kita gak benar, tapi bagi mereka itu benar. Latar belakang pendidikan juga kadangkala gak pengaruh, kalau dikatakan ga pintar toh banyak di antara kelompok teroris sarjana. Berdomisili di kota besar juga banyak, “katanya.
Dikatakan pola rekrutmen kelompok teroris bisa dari cara kekeluargaan, pertemanan juga antara guru dan murid. Bahkan ada juga terinpirasi napi-napi teroris di lapas.
Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan, yang diperlukan saat ini keberanian para wakil rakyat mengajukan pertanyaan mendalam untuk mengungkap setiap rangkaian tindak pidana terorisme di Indonesia.
Sebab, anggota dewan memiliki hak imunitas dan bertanya karena ada keinginan agar dewan memberikan pertanyaan seluas-luasnya tanpa takut dituduh bagian dari terorisme itu.
“Kalau publik ada kemungkinan, tidak pro kepada pemerintah, kita mengajukan sikap kritis, bisa dianggap menjadi bagian dari teroris,”kata Fahri.
Fahri juga mengkritisi ikhwal pernyataan Presiden Jokowi yang meminta agar tindakan terorisme di Gereja Katedral di Makassar tidak dikaitkan dengan agama.
Pernyataan itu, sangat kontraproduktif dengan apa yang terjadi di lapangan.
“Faktanya pakai jilbab, pakai cadar teriak Allahuakbar, apalagi kemudian yang di bom gereja, nama grupnya Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan lain-lain lah, terus presiden mengatakan jangan hubungkan dengan agama, mana bisa,”tuturnya.
Dua mengajak pemerintah untuk membangun pola pikir antara agama dan negara yang tidak dicampur adukan.
“Kalau dua hal ini dicampur maka persoalan ini tidak akan pernah selesai. Negara tidak mungkin dapat memperbaiki agama. Sebaliknya, agama dapat merefom negara atau membentuk negara,” papar dia.
“Bila negara mengurusi ranah agama, negara akan kelelahan, kehabisan energi, itu sebab saya selalu meminta agar kita melihat hal ini dari dua perspektif, dimana ruang agama dan dimana ruang negara,” tambahnya.
Oleh karena itu, kata Fahri, bila melihat aksi terorisme ini merupakan masalah agama, maka kembalikan ke agama, negara tidak bisa masuk dalam ranah ini.
“Tugas negara, berada di ruang negara, kalau ada seorang perempuan masuk ke Mabes Polri bawa senjata, bobol, itu bukan soal agama, itu soal pengamanan,”paparnya.#duk