
Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani, Ulama Pejuang Yang Terlupakan di Palembang

Suasana seminar sehari dan peringatan haul Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani dan ulama-ulama Palembang di Hotel Azza di Jalan Kapten Anwar Sastro, Palembang, Kamis (18/7).
Palembang, BP
DALAM perkembangan intelektual ulama Melayu khususnya di era abad 18 M, peran dan kiprah Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani tak bisa dianggap kecil. Sayang di tanah kelahirannya sendiri, Palembang, beliau terlupakan.
Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal dari Palembang yang dilahirkan pada 1116 H/1704 M, di Palembang, meninggal di Pattani, Thailand pada 1832.
Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara. Ketokohannya melengkapi nama-nama ulama dan intelektual berpengaruh seangkatannya semisal Al-Raniri, Al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf Al-Maqassari, dan masih banyak lainnya.
“Miris memang , banyak orang Palembang tidak banyak mengenal Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani, nama besar Abdus Samad Al-Palimbani banyak dikenal diluar negeri,” kata pembahas Prof Dr Duski Ibrahim usai seminar sehari dan peringatan haul Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani dan ulama-ulama Palembang di Hotel Azza di Jalan Kapten Anwar Sastro, Palembang, Kamis (18/7).
Duski sepakat , perlu ada upaya untuk mengenalkan sosok ulama Palembang ini kepada masyarakat Palembang terutama Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani.
Turut hadir, Ketua umum Yayasan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, Ir Kgs H Ahmad Sarnubi, Sekretaris Umum Yayasan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Ir HRA Rachman Zeth Msi dan pemateri Kms H Andi Syarifuddin Sag, Drs Abdul Azim Amin Mhum, KMs H Azhari Ilyas Lc sedangkan pembahas Prof Dr Duski Ibrahim.
“ Beliau (Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani) tidak masuk ke struktur Kesultanan Palembang, “ kata Direktur PPs UIN Raden Fatah Palembang ini.
Yang menarik dari sosok Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani menurutnya beliau mereformulasi dan merekonstruksi pemikiran Islam dimana Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani mencoba mengambil jalan tengah yang dulu tidak ditemukan di Aceh.” Kalau Islam kita di Palembang dan sekitarnya ini merupakan Islam yang sangar moderat, makanya di Aceh itu banyak konflik , ribut ulama-ulamanya, kalau ulama-ulama di Palembang tidak pernah ribut.
” Kalau di Palembang ulama-ulamanya tidak pernah konflik sesama mereka itu ,” katanya.
Selain itu menurutnya, tradisi ulama-ulama Palembang bukan hanya berceramah juga menulis, dicetak di sebarkan ke berbagai kalangan.

Suasana seminar sehari dan peringatan haul Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani dan ulama-ulama Palembang di Hotel Azza di Jalan Kapten Anwar Sastro, Palembang, Kamis (18/7).
Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani juga menurutnya dikenal berperan menyebarkan ideologi anti-penjajahan. Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani diketahui ikut menyerukan jihad terhadap Belanda yang menindas kaum Muslim di seantero Nusantara.
Apalagi dalam Karya besar Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani tentang jihad adalah kitab Nasihat al-Muslimin wa Tadzkirat al-Mu’minin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabilillah wa Karamat al-Mujahidin fi Sabilillah.
Malah , menurutnya, para mujahid Aceh yang berperang melawan Belanda terinspirasi dari karya sang syekh. Selain itu, Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani juga kerap bersurat dengan raja-raja Muslim di Nusantara untuk menggelorakan semangat jihad terhadap penjajah.
Sedangkan pemateri Kms H Andi Syarifuddin Sag mengatakan, Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani selain sebagai sufi, , ulama tasawuf juga sebagai ulama pejuang dimana spesialisasinya tauhid dan jihad.
“Ada karangan beliau tentang fadillah berjihad di jalan Allah SWT, itu jadi rusukan oleh Raja-Raja dan Sultan Sultan di Nusantara ini terutama Yogya dan Aceh, Aceh itu terinspirasi yang ditulis Syaikh Abdus Samad Al-Palimbani dalam kitab nasihatul muslimin tentang keutamaan jihad di jalan Allah SWT,” kata pengamat sejarah kota Palembang ini.
Sedangkan Ketua umum Yayasan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, Ir Kgs H Ahmad Sarnubi mengapresiasi seminar tersebut.
“Kita akan melihat bagaimana perkembangan , diawalnya Islam ini terutama di Palembang dan Sumsel kiprah ulama ulama kita dalam mengembangkan agama Islam terutama Palembang, Sumsel dan Indonesia, dan kita tahu ulama dari Sumsel dan terutama dari Palembang belajar di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo,” katanya.#osk