Siska Marleni Dorong Kaum Perempuan Dapat kesempatan Sama Jadi Wakil Rakyat
Palembang, BP
Beberapa orang khususnya kaum perempuan menilai bahwa dunia politik merupakan suatu hal yang menakutkan. Terlebih jika pengalaman politik yang dimiliki masih sangat minim.
Untuk itu Calon Anggota DPD RI asal Sumatera Selatan (Sumsel) periode 2019- 2024, Siska Marleni SE Msi , kaum perempuan harusnya bisa memenuhi kuota keterwakilan 30 persen di kursi legislatif.
“Dari segi representatif, kuota 30 persen itu sudah cukup mewakili perempuan. Hal ini harus didorong oleh stakeholder ataupun partai politik agar perempuan juga dapat kesempatan yang sama untuk menjadi wakil rakyat,” kata Siska di acara Ngopi Bareng Bung FK alias Fatkurohman, di Lord Cafe, Kamis (8/11) sore.
Namun demikian, kata Siska, yang masih menjabat Wakil Ketua Komite IV DPD RI membidangi Keuangan (DAU, DAK, DBH, dana desa, dana otsus, pajak dan koperasi) melihat kuota tersebut juga jangan dianggap sebagai tiket gratis untuk perempuan untuk jadi legislator.
“Itu juga kembali pada kapasitas dari perempuan itu sendiri, bagaimana dirinya berpolitik juga menjadi nilai tambah. Oleh karena itu perlu cara cantik berpolitik agar masyarakat bisa menilai kemampuan caleg perempuan,” kata Anggota DPD incumbent ini.
Cantik berpolitik ini, dalam artian menurutnya setiap caleg perempuan yang berkecimpung di dunia politik harus mengedepankan politik yang santun dan etis.
“Perempuan harus lebih berjuang untuk menjadi wakil rakyat. Tetap berpolitik santun, jangan berpolitik belah bambu yang rela menginjak sisi sebelah untuk menginjak sisi lainnya,” katanya.
Sedangkan Calon Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Palembang dari Partai Amanat Nasional (PAN), Dewi Ratih Anggraini atau yang akrab disapa Nyi Ratih menilai politik bisa sangat menakutkan jika pelaku politik itu melakukan kegiatan politik diluar koridor. Bahkan tidak sedikit pelaku politik yang mendekam dibalik jeruji besi karena terjerat kasus hukum.
“Saya sangat surprise pertama kali berpolitik, karena politik ini menakutkan. Apalagi banyak berita yang menunjukkan orang yang berkecimpung di dunia politik masuk jeruji besi. Bahkan teman dekat atau saudara bisa pecah akibat berpolitik ini. Namun saya mencoba memberanikan diri maju berpolitik sebagai pejuang wanita untuk menepis anggapan bahwa politik itu tidak sekejam, senaif yang dibayangkan jika kita sesuai koridor,” katanya.
Bukan hanya ingin menjadi pejuang wanita, alasan dirinya maju sebagai caleg pun untuk menyampaikan suara rakyat kepada pemerintahan dan memajukan suatu daerah.
“Memang perjuangan saya berat, karena di dapil 2 ini total ada 176 caleg yang maju, dengan total 6 caleg incumbent yang akan berebut 11 kursi. Tapi inilah yang jadi faktor pendorong saya untuk berjuang dengan berpolitik secara baik dan santun. Saya juga ingin masyarakat melihat bahwa wanita juga bisa berjuang di dunia politik,” tegasnya.
Sementara, Dewan Pakar Analisis Sosial Politik Rumah Citra, Fatkurohman S.Sos mengatakan hal terpenting dalam berpolitik mengedepankan hal positif.
“Positif bagi negara, positif bagi masyarakat dan positif bisa terpilih,” katanya.
Ia juga menambahkan, harus ada pembuktian dari kaum perempuan untuk memenuhi kuota keterwakilan sebesar 30 persen tersebut.
“Saya rasa bukan tidak mungkin kuota tersebut dapat terpenuhi jika melihat banyaknya perempuan yang maju di pileg 2019,” katanya.#osk