Kompleks Makam Sabokingking, Perlu Pembenahan Dan Perbaikan
Palembang, BP
Menjelang Asian Games 2018, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang mulai melakukan pembenahan dan perbaikan destinasi wisata yang ada di kota Palembang, terutama untuk Kompleks Makam Sabokingking terdapat di dalam kawasan PT Pusri, Palembang.
Hingga kini makam-makam ini hingga kini belum tersentuh dengan perbaikan oleh pihak Pemkot Palembang , padahal komplek pemakaman ini perlu banyak perbaikan, serta pengecatan dan memang layak menjadi destinasi wisata religi di kota Palembang terutama menjelang Asian Games 2018 nanti.
Padahal dalam komplek pemakaman ini banyak tokoh-tokoh yang akrab dengan perkembangan kota Palembang zaman dulu, yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Kenayan (1630-1642 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang menggantikan pamannya, Pangeran Sido Ing Puro (1624-1630 M) dan kedudukannya kemudian digantikan oleh sepupunya, Pangeran Sido Ing Pasarean (1642-143 M).
Makam Sabokingking, merupakan pemakaman raja-raja kerajaan Islam Palembang yang telah berusia 400 tahun lebih. Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sihuhun, Sido Ing Pasarean atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup berkisar tahun 1622-1635 Masehi. Komplek Pemakaman ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang.
Menuju ke pemakaman ini, terdapat dua jalan, yakni Jalan Sabokingking dan Jalan Arafuru. Semua jalan dapat dilalui sepeda motor dan mobil. Bagi mereka yang ingin berziarah atau berwisata ke makam ini tidak dipungut bayaran, kecuali di sekitar makam terdapat tabungan yang menampung sumbangan sukarela dari mereka yang berkunjung. Dana ini digunakan buat biaya perawatan pemakaman.
Letak pemakaman ini tidak jauh dari dari kompleks pemakaman kakek Ratu Sinuhun yakni pemakaman Ki Gede Ing Suro, di lorong Haji Umar, di 1 Ilir Palembang. Pemakaman Sabokingking dikelilingi oleh kolam, sehingga terdapat sebuah jalan menuju pemakaman yang membelah kolam.
Di pemakaman ini juga terdapat makam Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, sebagai imam kubur Pangeran Sido Ing Kenayan dan Ratu Sinuhun, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.
Di sekitar pemakaman para raja Palembang ini juga terdapat pemakaman umum, yang diperuntukkan bagi penduduk di sekitar daerah tersebut. Letaknya di seberang kolam atau tidak setanah dengan pemakaman Sabokingking.
Hingga kini, Ratu Sinuhun diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Kitab ini sering pula disebut Undang-undang Simbur Cahaya, yang isinya norma hukum adat. Ada pula keyakinan, Simbur Cahaya adalah pengesahan hokum adat (lisan) yang pada masa itu berlaku sudah berlaku pada masyarakat pedalaman Sumatera Selatan. Simbur Cahaya, pada dasarnya memang mengatur rakyat diluar Palembang atau dikenal dengan istilah uluan.
Menurut pengamat sejarah kota Palembang Rd Moh Ikhsan mengatakan , kompleks makam Sabokingking telah dikenal sebagai makam yang dimuliakan masyarakat Sumatera Selatan, pemerintah Hindia Belanda menyebutnya sebagai Kramat Sabokingking.
“Kompleks makam ini terbilang istimewa karena terletak di tengah telaga, tidak banyak ditemukan di tempat lain Dalam kompleks makam menurut juru pelihara alias kuncen, Husni (54) , paling tidak ada 41 makam yang ditandai dengan berbagai tipe nisan,” katanya saat melakukan ziarah bersama komunitas Pecinta Ziarah Palembang dan Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya Plembang Nian Comunnity , Jumat (16/2).
Selain itu menurut Ikhsan, di kompleks Kramat Sabokingking ini terletak makam Ratu Sinuhun seorang tokoh perempuan yang berhasil mengkompilasi aturan hukum adat di Sumatera Selatan, yakni UU Simbur Cahaya.
“Makam lainnya Pangeran sido ing Kenayan, Pangeran sedo ing Pasarean yang merupakan raja yang pernah berkuasa di Sumatera Selatan. Selain itu ada makam yang lain seperti Panglima Abdurrahman atau panglima Bawah Manggis,” katanya.
Karena itu menurutnya, sudah sepantasnya kompleks makam ini harus mendapatkan perhatian serius Pemkot Palembang , tidak hanya dari pemerintah tetapi juga masyarakat, terutama para dzuriat.
“Tempat ini penting sebagai bukit tinggalan peradaban unggul pada masanya. Dengan simbol keanggunannya seorang tokoh perempuan yang berhasil menjadi figur yang sangat dihormati penduduk negeri Palembang hingga jauh ke pedalaman,” katanya.
Untuk ke depan menurutnya, komplek pemakaman ini perlu perawatan, apalagi moment Asian Games 2018 mestinya diperindah lagi.
“Mungkin perlu pengecatan ulang pada tembok dan jembatannya atau dipajang juga sketsa Kraton Kuto Gawang dan foto halaman depan UU Simbur Cahaya,” katanya.
Hal senada dikemukakan Muhamad Setiawan, anggota Komunitas Pecinta Ziarah Palembang , menurutnya dia dan rekannya Cek Dayat, Ustad Sholihin, Cek Zaky, Cek Noval sempat menziarahi Komplek Gubah Ungkonan Sabo Kingking, Komplek Gubah Ungkonan Buyut Tanah Abang dan Ungkonan Sultan Badaruddin Mahmud di depan Sabo Kingking dan Komplek Gubah Ungkonan Ki Gede Ing Suro.
“ Keadaan makam di ungkonan Buyut Tanah Abang sangat memprihatinkan dan harus lebih dirawat dan dibersihkan sesegera mungkin. Kalau untuk Ki Gede Ing Suro sebaiknya semua ungkonan makam harus dirapikan dan dibersihkan agar tidak hilang , rusak , dan tertutup semak belukar.
Dan pemerintah berharap sebaiknya sesegera mungkin menyelamatkan semua makam bersejarah tersebut .
“Seperti ungkonan Ki Gede Ing Suro kami harapkan semuanya di rapikan dan di bersihkan serta di rawat tidak hanya pada makam raja. Akan tetapi semuanya kita selamatkan,” katanya.#Dudy Oskandar