Kawasan Kumuh Sisa 1400 Hektar

Palembang, BP — Kawasan kumuh di Kota Palembang memang mengalami penurunan dari 2400 hektar, saat ini audah tersisa 1400 hektar. Penataan kawasan tak layak huni menggunakan pemerintah pusat dan daerah yang tahun ini saja miliaran rupiah di alokasikan.
Kabid Perumahan dan Kawasan Perumahan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Pera KP), Albert Midianto mengatakan, perentasan kawasan kumuh sudah dilakukan sejak tahun lalu dengan program NUSP dan Kotaku.
“Pemerintah Kota Palembang memang menargetkan 2019 Palembang zero kawasan kumuh, sekarang sudah mulai bertahap dari yang awalnya kumuh berat menjadi sedang, yang sedang jadi kecil,” katanya, Rabu (14/2).
Albert mengatakan, tahun ini program yang bergerak pada perbaikan infrastruktur dan sanitasi itu, akan menggarap 18 kelurahan oleh program NUSP, 30 kelurahan Kotaku dan 40 titik program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). “Pengerjaan penataan wilayah ini dilakukan sesuai dengan yang paling dibutuhkan di kelurahan itu, seperti sanitasi, drainase, jalan, tempat sampah,” jelasnya.
Dana perentasan kawasan kumuh ini telah disiapkan untuk masing-masing kelurahan dengan jumlah yang berbeda mulai Rp500 juta – Rp2 miliar, sesuai dengan kondisi di lapangan. “Tahun ini dana dari NUSP Rp19 miliar bersumber dari Asian Development Bank (ADB), Kotaku dari Rp22 miliar dari Islamic Development Bank (IDB) dan Sanimas itu anggaran untuk satu sanitasi Rp425 juta dari IDB juga,” jelasnya.
Dikatakannya, kawasan terbanyak kumuh saat ini masih yang berada di bantaran sungai. Seperti Ilir Timur 2, Ilir Barat 2, Plaju, Gandus, Jakabaring, Kertapati, Seberang Ulu 1 dan Seberang Ulu 2. Hal yang paling banyak kurang di bantaran sungai ini adalah sanitasi. Rumah-rumah sangat jarang memiliki safety tank sehingga limbah rumah tangga langsung dibuang ke sungai.
“Estimasinya 80 ribu – 90 ribu rumah tidak layak huni. Paling kemampuan pemerintah dan pihak ketiga setahun memperbaiki rumah 1000 unit. Sementara angka pertumbuhan penduduk dan migrasi cukup berkejaran,” katanya.
Albert menambahkan, kurangnya sanitasi ini, maka tahun 2018 ini dengan program Sanimas itu akan dibangun instalasi pengolahan air limbah di 40 titik. “Program Sanimas yang merupakan program kolaborasi dengan bedah rumah, perbaikan infrastruktur jalan, persampahan, drainase, dan lainnya,” katanya.
Dengan program Sanimas ini, limah rumah tangga tidak langsung dibuang ke sungai tetapi diolah terlebih dulu dengan instalasi pengolahan air limbah ini. “Selama ini limbah rumah tangga langsung dibuang ke sungai atau ke saluran, sehingga mengotori lingkungan dan membuat lingkungan terlihat kumuh,” jelasnya.#pit