Pilkada Diharapkan Tidak Meniupkan Isu SARA

Jakarta, BP
Wasekjen DPP PKB Jazilul Fawaid berharap Pilkada DKI Jakarta pada Februari 2017 tidak meniupkan isu suku, aliran, ras dan agama (SARA) karena masyarakat sudah cerdas.
“PKB, PPP, Demokrat dan PAN ingin mempunyai cagub dan cawagub yang bisa kalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sikap PKB ini diputuskan setelah melihat warga DKI Jakarta, menginginkan gubernur baru. Tapi, Ahok mampu menyatukan lawan-lawan politiknya di Pilkada DKI ini,” tegas Jazilul Fawaid dalam dialektika demokrasi bertajuk Dinamika Politik Menjelang Pilkada 2017.
Jazil mengakui posisi parpol Islam dalam setiap pemilu mengalami kesulitan dalam keuangan, namun mempunyai modal sosial yang kuat. Dan beberapa kali Pilkada di Jakarta, calon gubernur yang tidak diunggulkan sering menjadi pemenang seperti pasangan Joko widodo- Ahok melawan Fauzi Bowo (petahana). “Kita buktikan di Pilkada DKI nanti, apakah ditentukan oleh suara bumi atau suara langit,” kata Jazil.
Waketum PPP Hal Arwani menjelaskan, dinamika Pilkada DKI menarik dan setiap parpol mempunyai kebebasan menentukan cagub – cawagub. Baik parpol pendukung maupun tidak terhadap pemerintah. “Kita berharap Pilkada berjalan lancar, bersih dan jurdil. Pilkada bukan masalah kalah atau menang, namun sejauh mana demokrasi berjalan dengan sehat. Jadi, tidak ada dikotomi parpol antara parpol pemerintah, dan bukan pemerintah. Kita apresiasi pemerintah karena dalam Pilkada ini cair,” tutur Arwani.
Arwani menambahkan, PPP, PKS, dan Gerindra sepakat untuk tidak mendukung Ahok. PPP, PKB, PAN, dan Demokrat juga sepakat mengusung satu pasangan. Sehingga, kemungkinan ada 2 atau 3 pasangan cagub dan cawagub. Soal nama yang sedang digodok lanjut dia, ada nama Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, Anies Baswedan, Agus Harimurti SBY, Saefullah (Sekda DKI) dan Syilviana Murni.
Dikatakan, Parpol penantang Ahok sepakat melaksanakan Pilkada berlangsung fair, adil, demokratis dan tidak terjebak isu SARA dalam menegakkan demokrasi Pancasila.
Alasan mereka tidak mendukung Ahok sambung Arwani, karena dalam survei, prosentase Ahok tidak beranjak dari 40 -an %, sehingga masih ada peluang mengalahkan Ahok.
Ketua DPP Nasdem Syarif Saifullah menjelaskan, sejak awal Nasdem mendukung Ahok karena melihat kinerja Ahok baik, tegas dan masyarakat Jakarta mayoritas masih menginginkan Ahok.
Untuk itu, kata Syarif, NasDem berterima kasih kepada Golkar, Hanura, dan PDIP yang ikut bergabung mengusung Ahok – Djarot. Nasdem berharap parpol pendukung tidak menonjolkan ego masing-masing jangan seolah-olah paling berjasa mengajukan Ahok.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohamad Qodari, menilai Ahok diibaratkan banteng liar yang masuk ke kandang banteng. Sebab, sebelum memutuskan Ahok, PDIP sudah menghadirkan beberapa cagub lain dari daerah, seperti Rano Karno dan Anna Latuconsina, akan tetapi akhirnya memilih Ahok.
Qodari menambahkan pasangan Ahok-Djarot kemungkinan akan keluar sebagai pemenang dalam Pilkada DKI, karena popularitas dan kinerja Ahok dianggap berhasil membangun Jakarta dua tahun terakhir.
Mengenai sikap Ahok yang dinilai kasar dan tidak santun, Qodari menganggap hal itu sebagai gaya kepemimpinan seseorang. Toh masyarakat menganggap sikap Ahok yang demikian merupakan sikap tegas. “Penelitian kami sikap Ahok merupakan sikap tegas, jadi masyarakat menyukai. Dan Walikota Surabaya Risma juga begitu, toh disenangi warganya dan ratingnya tinggi di Surabaya,” paparnya. #duk