Jakarta, BP – Di usia 87 tahun, Titiek Puspa menutup lembar panjang hidupnya dengan tenang, Kamis sore, 10 April 2025. Perempuan yang namanya identik dengan lagu-lagu abadi seperti Kupu-Kupu Malam dan Marilah Kemari itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, setelah dirawat intensif akibat perdarahan otak.
“Iya, sekitar 15 menit lalu,” ujar Mia, manajernya, lirih lewat sambungan telepon. Tak lama berselang, keluarga mengonfirmasi kabar duka itu secara resmi.
Putri sulung Titiek, Petty Tunjungsari, menyampaikan bahwa jenazah akan disemayamkan di Wisma Puspa, kawasan Pancoran Timur Raya, Jakarta Selatan. Namun, kepastian waktu dan lokasi pemakaman masih menunggu keputusan keluarga.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun… Meninggal dengan tenang, dengan damai,” tutur Petty. Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas segala kekhilafan ibundanya selama hidup dan perjalanan kariernya.
Titiek dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami serangan mendadak saat sedang berada di lokasi syuting salah satu program televisi. Dokter menemukan adanya perdarahan pada bagian kiri otaknya—jenis stroke yang mematikan dan kerap menyerang tanpa peringatan.
Pendarahan otak, menurut WebMD, bisa disebabkan oleh trauma kepala, hipertensi, atau aneurisma yang pecah. Dalam kasus Titiek, tekanan darah tinggi yang tak terdeteksi sebelumnya diduga menjadi pemicu.
Karier Titiek Puspa menjulang nyaris tujuh dekade. Ia bukan sekadar penyanyi atau pencipta lagu. Ia adalah institusi. Warisannya tertanam dalam memori kolektif bangsa: dari era Orde Lama hingga digitalisasi hari ini. Ia pernah menulis lagu tentang penderita kanker saat dirinya melawan penyakit itu. Ia mengangkat perempuan lewat lirik yang tajam, sering kali mendahului zamannya.
Kini, suara khasnya tinggal gema. Namun seperti seniman besar lainnya, Titiek Puspa tak pernah benar-benar pergi. Namanya akan terus bergema di panggung-panggung, di rumah-rumah, di hati penikmat musik Indonesia. #imh