Seminar dan FGD Jalur Rempah: “Warisan Rempah Palembang: Navigasi Masa Lalu, Merajut Masa Depan”

37
Dinas Kebudayaan Kota Palembang bersama IHH Creative Hub sukses menyelenggarakan Seminar Nasional dan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Warisan Rempah Palembang: Navigasi Masa Lalu, Merajut Masa Depan” pada Hari Senin, (11/11)  di Ballroom Hotel Swarna Dwipa, Palembang. Acara ini bertujuan untuk menggali nilai historis, budaya, dan ekonomi dari jalur rempah yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Palembang, sekaligus menciptakan strategi baru untuk revitalisasi dan pengembangan potensi rempah.(BP/ist)

Palembang, BP- Dinas Kebudayaan Kota Palembang bersama IHH Creative Hub sukses menyelenggarakan Seminar Nasional dan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Warisan Rempah Palembang: Navigasi Masa Lalu, Merajut Masa Depan” pada Hari Senin, (11/11)  di Ballroom Hotel Swarna Dwipa, Palembang. Acara ini bertujuan untuk menggali nilai historis, budaya, dan ekonomi dari jalur rempah yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Palembang, sekaligus menciptakan strategi baru untuk revitalisasi dan pengembangan potensi rempah.

Seminar yang  dibuka oleh PJ Walikota Palembang yang diwakilkan oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Palembang, H. Rudi Indawan, dimulai dengan laporan pelaksanaan oleh M. Affan Prapanca, selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang. Affan Prapanca dalam laporannya menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam merevitalisasi produk rempah lokal untuk pasar nasional dan internasional. Sedangkan Rudi  Indawan dalam sambutannya menyatakan harapannya agar kegiatan ini memberikan dampak nyata dalam mempercepat perkembangan industri rempah.  Sambutan dilanjutkan oleh Kurator dan Program Chair, Nofa Farida Lestari, yang menyebutkan perlunya menggali potensi budaya Palembang melalui sejarah jalur rempah yang bernilai ekonomi, budaya, dan sosial, dengan dukungan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk pengembangan modern.

 

Sesi Special Panel Talk dimulai dengan sambutan dari Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek yang menyampaikan bahwa jalur rempah Palembang adalah katalis budaya, berperan dalam kuliner, seni songket, dan pengobatan tradisional. Masyarakat diajak melestarikannya sebagai identitas budaya berkelanjutan. Sesi ini dilanjutkan dengan hadirnya sejumlah narasumber ahli, diantaranya :

  1. Retno Purwanti (BRIN), yang menyoroti posisi strategis Palembang dalam perdagangan rempah internasional sejak era Sriwijaya.
  2. Farida R. Wargadalem (Universitas Sriwijaya), yang membahas pengaruh jalur rempah terhadap kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat Palembang.
  3. Misari (Museum Kebaharian Jakarta), menyoroti strategi komunikasi publik untuk generasi muda terkait warisan rempah.
  4. A. Byantara Mandala (Myndfulact), menyampaikan  pemanfaatan warisan budaya rempah untuk kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga:  Tidak Sampai 24 Jam, Pelaku Perampokan Ditangkap

 

Terdapat 8 peserta yang menyampaikan presentasi dalam sesi public paper. Mereka adalah :

 

  1. Riswan Aradea

Menyoroti dinamika perdagangan rempah yang membentuk interaksi budaya di Palembang, Riswan menjelaskan bagaimana rempah-rempah tidak hanya menjadi komoditas ekonomi tetapi juga menjadi simbol diplomasi budaya yang memperkaya warisan lokal.

 

  1. Daya Negri Wijaya

Menyampaikan bahwa pengintegrasian rempah dalam pariwisata kreatif, seperti melalui desa wisata rempah, dapat menjadi langkah strategis untuk mempromosikan proses budidaya dan pengolahan rempah secara langsung kepada wisatawan.

 

  1. Aryandini Putri Lestari

Membahas peran perempuan dalam sejarah perdagangan rempah, terutama dalam mengolah rempah menjadi kuliner khas seperti pindang dan kemplang. Menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam UMKM berbasis rempah.

 

  1. Komang Ayu

Menyoroti evolusi peran rempah dalam kehidupan modern, termasuk dalam bidang kesehatan dan aromaterapi. Mengusulkan agar pengembangan produk rempah diarahkan ke pasar global dengan inovasi berbasis penelitian.

 

  1. Wisnu Febriano

Memaparkan strategi komunikasi publik untuk mengenalkan sejarah rempah kepada generasi muda, dengan melibatkan content creator, influencer, dan media interaktif. Ia juga menekankan pentingnya festival berbasis rempah untuk meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat.

Baca Juga:  Geliat Sastra dari Bumi Silampari: Sayembara dan Bengkel Sastra Daerah Resmi Dibuka

 

  1. Firly A. Permata

Memfokuskan pada analisis sejarah dan evolusi kemplang sebagai salah satu warisan kuliner berbasis rempah di Palembang. Menurutnya, kemplang mencerminkan akulturasi budaya yang dipengaruhi oleh jalur rempah, di mana bahan-bahan lokal seperti ikan, rempah-rempah, dan tepung tapioka berpadu menjadi makanan khas. Firly menekankan bahwa pelestarian kemplang membutuhkan inovasi yang tetap mempertahankan keaslian budaya, termasuk pengembangan dokumentasi sejarahnya agar generasi muda memahami dan mengapresiasi nilai budaya ini.

 

  1. Syska Liana

Mengulas pentingnya dokumentasi sejarah rempah untuk melestarikan warisan budaya. Merekomendasikan pembuatan arsip digital dan kolaborasi dengan akademisi untuk mendukung pelestarian jalur rempah.

 

  1. Roki Saputra

Memfokuskan pada peran strategis Pelabuhan Sungsang dalam distribusi rempah. Ia menyarankan revitalisasi pelabuhan ini sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya rempah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

 

Di sesi akhir diadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama para key experts, baik dari akademisi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan, HIPMI cabang Palembang dan Jurnalis.  Para key experts tersebut adalah :

 

  1. Dedi Irwanto: menyoroti pentingnya penelitian dan pendidikan tentang sejarah rempah untuk melestarikan warisan budaya serta menggali potensinya bagi generasi muda.

 

  1. Pandji Tjahjanto (diwakilkan oleh Cahyo Sulistyaningsih) : Pemerintah dapat mempromosikan warisan rempah melalui program pariwisata berbasis sejarah dan kuliner tradisional, untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan kekayaan budaya dan potensi ekonominya.
Baca Juga:  Pemuda NKRI Amankan Perayaan Natal Dan Tahun Baru 2017

 

  1. Peby Anggi Pratama (diwakilkan oleh Malian Zikri): Pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis rempah, seperti kuliner, kecantikan, dan wastra, perlu didukung dengan platform digital untuk mempromosikan produk, meningkatkan kesadaran, dan membuka peluang bisnis.

 

  1. Dudy Oskandar : Media berperan penting dalam memperkenalkan rempah sebagai identitas budaya melalui storytelling menarik, dengan kolaborasi akademisi dan pemerintah untuk memperkuat narasi tentang warisan rempah Indonesia.

 

Setelah itu, diskusi FGD dibagi ke dalam tiga kelompok fokus:

  • Strategi komunikasi publik sejarah rempah kepada generasi muda, dengan saran untuk melibatkan media sosial, influencer, dan konten kreatif seperti video untuk meningkatkan minat generasi muda.
  • Pengembangan bisnis berbasis rempah, termasuk inovasi kuliner seperti cookies jahe dan masker kopi, serta penguatan peran UMKM.
  • Strategi pembudidayaan rempah bagi masyarakat, menyoroti pentingnya program pelatihan dan pariwisata berbasis rempah untuk keberlanjutan ekonomi.

 

Sponsor: Bank Sumsel Babel

Strategic Partner

  • Kemendikbudristek
  • Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
  • Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan
  • UP Museum Kebaharian Jakarta
  • HIMPI cabang Palembang
  • Universitas Muhammadiyah Palembang
  • Universitas Sriwijaya
  • UIN Raden Fatah Palembang

 

Media Partner

  • Pal TV
  • Berita Pagi
  • Palembang Ekspres

 

Community Partner

  • Sahabat Cagar Budaya
  • Kekraf Palembang.#udi/rill

 

 

Komentar Anda
Loading...