Palembang, BP- Dalam rangka menyelesaikan tugas projek kepemimpinan oleh mahasiswa PPG Prajabatan Sejarah gelombang 2 tahun 2023 sekaligus memperingati salah satu momen bersejarah bangsa, Mahasiswa PPG Prajabatan Sejarah yang beranggotakan Rillo Abyudaya, Ali, Andi Saputra, Rusdi, Rizka Setya Rini, Hasanah dan Liza Nadiya membuat terobosan Film dokumenter dan Nonton Bersama (Nobar) Film dokumenter “Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang”, Sabtu (18/8) malam di Utopia Collaboration Space, Palembang.
Kegiatan tersebut terbuka untuk umum dan gratis. Pada pelaksanaannya mendapatkan antuasias yang luar biasa dan ramainya penonton yang berarasal dari berbagai kalangan.
Sedangkan narasumber yang memberikan materi adalah Drs. Syafruddin Yusuf, M.Pd., Ph.D, Prof. Drs. Sukardi, M.Pd, Para dosen pendidikan sejarah FKIP Unsri, Anny Murdayani selaku kabid Pengelolaan Arsip Dinas Kearsipan Provinsi Sumsel, Perwakilan dari Museum A.K Gani, Para komunitas sejarah Mahasiswa dan masyarakat umum.
Film ini diproduksi oleh Mahasiwa PPG Prajabatan Sejarah dengan riset mendalam dan kolaborasi dengan sejarawan dan dosen pendidikan sejarah. Melalui narasi yang kuat, film ini membawa penonton pada pengalaman sejarah yang menggugah, menggambarkan semangat juang dan kesatuan rakyat dalam menghadapi tantangan di masa kemerdekaan.
Film dokumenter ini menampilkan rekaman sejarah serta wawancara dengan para narasumber yang merupakan sejarawan dan dosen pendidikan sejarah. Pertempuran Lima Hari Lima Malam terjadi pada 1 hingga 5 Januari 1947. Peristiwa tersebut merupakan salah satu tonggak penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dimana rakyat Palembang bahu-membahu dengan para pejuang mempertahankan kota mereka dari serangan tentara Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.
Selain pemutaran film, acara ini juga dilanjutkan dengan diskusi interaktif bersama narasumber, Sejarawan lokal, komunitas sejarah, mahasiswa dan masyarakat umun. Diskusi ini bertujuan untuk membahas lebih dalam konteks sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam serta relevansi perjuangan tersebut terhadap semangat kemerdekaan di masa kini.
“Salah satu hal menarik yang dibahas pada saat diskusi yaitu mengenai kritik terhadap pagar yang terdapat di Monpera yang memuat informasi mengenai pertempuran lima hari lima malam di Palembang. Monpera monumen yang penting dalam mengenang perjuangan rakyat. Jika informasi yang disajikan di dalamnya salah atau menyimpang dari fakta sejarah, maka hal ini sangat merugikan. Penyimpangan bisa mempengaruhi pemahaman masyarakat, terutama generasi muda, tentang peristiwa penting yang terjadi,” kata Ketua pelaksana sekaligus sutradara film dokumenter yaitu Rillo Abyudaya.
Monumen semacam ini menurutnya harus menjadi sumber informasi yang akurat dan mendidik, bukan tempat di mana sejarah dikaburkan atau disalahartikan. Oleh karena itu melalui acara nonton bersama film dokumenter pertempuran lima hari lima malam ini, kami menyajikan Film dokumenter yang disajikan dengan wawancara, gambar arsip, dan analisis ahli yang bisa menjadi sumber pembelajaran yang kuat.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, generasi muda dan masyarakat umum dapat lebih memahami perjuangan para pahlawan lokal serta menghargai pengorbanan mereka dalam mempertahankan kemerdekaan. Ini adalah upaya kita bersama untuk menjaga api semangat perjuangan tetap hidup.” Kata Rillo.#udi