Palembang, BP- Ketut Yarsa Dana (64) masih mengingat dengan jelas bagaimana dirinya tanggal 22 Oktober 1987 memimpin 100 orang rombongan transmigrasi asal Bali bertransmigrasi ke Kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim , kota administratif Prabumulih (sekarang menjadi Kecamatan Rambang Niru, Muara Enim)
Dari Bali mereka menuju Palembang melalui kapal laut selama lima hari dan merapat di Boom Baru Palembang lalu menuju Kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim , kota administratif Prabumulih.
“Saya berasal dari Desa Les Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng , Singaraja, Bali, saat transmigrasi dirinya baru punya anak satu,” katanya disela-sela acara Field Trip Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumsel yang didukung oleh SKK Migas Sumbagsel di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Selasa (21/5).
Desa Air Talas merupakan salah satu desa dari ratusan desa di Kabupaten Muara Enim. Namun siapa sangka, nama desa ini telah melambung ke tingkat nasional. Dan salah satunya berkat sinergi masyarakat, Pemerintah dan Pertamina Hulu Rokan Zona 4.
Pasalnya, akhir tahun lalu desa yang berada di Kecamatan Rambang Niru ini meraih penghargaan nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Menurut Ketut , Tramigrasi yang mereka ikuti adalah Transmigrasi Proyek Inti Rakyat (PIR) Kelapa Sawit dari Kementrian Perkebunan RI
“Waktu itu , kita dapat jaminan makan selama 2 tahun , rumah langsung menempati lahan pokok seharusnya dapat 3 hektar , lahan pokok 2 hektar tanaman sawit tadi yang 25 perkarangan rumah yang 75 untuk tanaman pangan tadi,” katanya.
Namun proyek pemerintah tersebut menurutnya sempat mengalami masalah sehingga lahan warga diganti rugi dengan sapi.
“Yang 75 ganti sapi yang 25 sekarang yang ditempati di rumah .Tanaman sawit siap bertanam hampir tiga tahun. Nah kita ada utang bayar kridit setelah Tanaman (TM) 1 dan TM 2 dan TM 3, mulai kita bayar, tanaman menghasilkan maksudnya , kalau tanaman pertama menghasilkan nunggu 4 tahun dianggap TM 1, lima tahun TM 2, nah TM ke 6 ini kita dipotong 30 persen dari hasil sawit tadi yang dikelola PTPN, pas 3 tahun,” katanya.
Sawit tersebut menurutnya jika dikelola bagus maka tiga tahun lunas kriditnya.
“Saya 27 bulan lunas kridit, kebetulan kelompok saya itu yang saya asuh yang menjadi pilot proyek dan dalam 1 kelompok itu ada 25 orang,” kata Wakil BPD Desa Air Talas ini yang juga ikut membina anak dan mengasuh penari dan seni karawitan. Sekarang PIR Sawit kontraknya sudah selesai,” katanya.
Walaupun transmigrasi yang dia ikuti tergolong sukses, namun Ketut mengakui ada warga yang akhirnya pulang ke Bali dengan alasannya sakit dan alasan keluarga.
“Paling 5 orang kembali ke Bali sisanya mantep di sini makanya berkembang sampai 200 orang lebih untuk satu generasilah,” katanya.
Kini masyarakat Bali disini kini banyak menanam kacang tanah , karet, dan jeruk.
“Tidak semua bertanam jeruk disini , atau 30 persen lah dia tidak bisa tumpang sari dengan tanaman lain karet atau sawit banyak kawan beli lahan baru untuk tanam jeruk. Kalau bibit jeruknya kombinasi jeruknya dari bali dikombinasi jeruk Palembang bagus hasilnya,” katanya.
Selama berada di Sumsel, Ketut mengaku kehidupan mereka membaik
“Kalau ukuran sejahtera sudah termasuk sejahtera 3 apalagi rata-rata anak anak disini sudah sarjana semua 30 persen , di akademi pertambangan sudah berapa, anak saya saja sudah jadi Sekdes,” kata bapak 4 anak dan 3 cucu ini.
Mengenai Pertamina yang masuk tiga tahun lalu di Kecamatan Rambang Niru menurutnya juga menawarkan program CSR dan itu menurutnya membantu untuk pembinaan petani jeruk, bagaimana cara mengolah lahan jeruk dan sebagainya.
“Dan berdasarkan penelitian jeruk kita ini layak untuk dibuat produk lain karena hasil jeruk kita melimpah ruah, kita sempat minta bantuan pemerintah mau di pasarkan kemana jeruk ini, maka pemerintah , dinas perdagangan berkolaaborasi dengan Pertamina mencari jalan keluar bagaimana memasarkan hasil pertanian ini , Kami sempat pelatihan di Jawa Barat , Jakarta juga,” katanya,
Selain itu menjalin keharmonisan dengan masyarakat lokal menurutnya hubungan antar masyarakat disini berjalan harmonis, dan tidak pernah ada gesekan apapun .
“Tradisi nyepi tetap jalan disini ,” katanya.
Ketua FJM Sumsel H. Oktaf Riyadi, SH mengucapkan terima kasih kepada SKK Migas Sumbagsel yang telah konsisten mendukung kegiatan-kegiatan jurnalistik FJM Sumsel. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pertamina Hulu Rokan, Zona 4 dan unsur Pemerintah setempat yang telah menyambut hangat rekan-rekan FJM Sumsel.
“Kami yang tergabung dalam FJM Sumsel ini terus bahu membahu bagaimana menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang perkembangan industri minyak yang ada di Bumi Sumatera Selatan ini,” ujarnya saat memberikan sambutan pada kegiatan tersebut, di Aula Desa Air Talas.
Menurut mantan Ketua PWI Sumsel dua periode ini, bahwa prestasi Desa Air Talas yang menjadi salah satu wilayah kerja SKK Migas Sumbagsel sangat diapresiasi. Karena selain menjadi proses produksi minyak, juga memberikan dampak positif dari kegiatan sosial. Terbukti dengan binaan perkebunan jeruk setempat, pengolahan limbah jeruk, program Anggrek Dewata dan kegiatan sosial lain.
“Ini luar biasa, kami apresiasi. Dan mungkin tanpa SKK Migas kami tidak sampai mengunjungi tempat ini. Untuk itu, melalui momen ini kami ucapkan terima kasih,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Camat Rambang Dangku Fredy Febriansyah mengucapkan selamat datang dan rasa bangganya atas kehadiran rekan-rekan jurnalis yang tergabung pada FJM Sumsel di Desa Air Talas. Melalui kunjungan ini, pihaknya berharap Desa Air Talas yang merupakan salah satu desa kebanggaan Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara enim dapat tersampaikan kepada masyarakat.
“Karena ini menjadi salah satu destinasi wisata di Sumsel. Kalau di Malang terkenal dengan buah Apel. Nah di Air Talas ini terkenal dengan buah Jeruk, yang mulai panen beberapa bulan lagi,” katanya.
Senada dengan itu dikatakan Senior Manager Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Bonus S Yogasana menyampaikan bahwa Desa Air Talas ini merupakan desa binaan dalam rangka pelaksanaan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).
Dikatakannya, Desa Air Talas menjadi salah satu lokasi program CSR dari PEP Limau Field yang bergerak di bidang pertanian, yaitu dalam hal budidaya jeruk siam dan pengolahan jeruk menjadi berbagai produk. Program ini berlokasi di Desa Air Talas, Kecamatan, Rambang Ninu, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Dan Desa Air Talas merupakan wilayah transmigrasi dengan mayoritas penduduk berasal dari pulau Bali, tepatnya dari Desa Less, Kabupaten Buleleng. Salah satu inovasi program ini adalah pengendalian hama CVPD yang menyerang tanaman jeruk para petani dengan menggunakan fungisida trichoderma.
“Dan atas perjuangan yang telah dilakukan akhir tahun lalu Desa Air Talas meraih penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan predikat emas,” katanya.
Sementara itu, Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel Safe’i Syafri menyampaikan bahwa Program Field Trip FJM Sumsel ini merupakan salah satu program tahunan SKK Migas Sumbagsel. Dikatakannya, bahwa kegiatan ini merupakan sebuah agenda penting dalam rangka membangun pemahaman yang lebih baik dalam rangka melaksanakan kerja-kerja industri hulu migas.
“Karena selain sebagai agenda silaturahim, tujuan kegiatan ini menjadi wadah diskusi, yang konstruktif antara hulu migas dan sahabat jurnalis,”jelasnya,.
Menurutnya, di era informasi yang begitu cepat ini, kolaborasi yang baik dengan seluruh stakeholder termasuk dengan sahabat jurnalis sangatlah krusial, untuk memastikannya informasi yang disampaikan kepada publik adalah yang benar-benar akurat.#udi