Palembang, BP- Suasana penayangan film dokumenter yang berjudul “Anna Kumari” Jejak Langkah Maestro Tari Sumatera Selatan (Sumsel) dengan Produser Helen Susanti dan Sutradara Rillo Abyudaya dan diproduksi oleh Happysaka Production (@happysaka_production) yang di tayangkan di Gala Premiere pemutaran film ini ditayangkan di Bioskop CGV SOMA Palembang, Selasa (18/7) berlangsung meriah dan ramai di hadiri berbagai kalangan di kota Palembang.
Dihadiri diantaranya oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia di wakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Povinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Kemendikbudristek RI Kristanto Januardi SS, Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH M Kn , perwakilan Kadisbudpar Provinsi Sumsel, Kepala Dinas Pariwisata kota Palembang Sulaiman Amin dan Dinas Kebudayaan Kota Palembang, seniman Palembang seperti Vebri Al Lintani dan Heri Mastari, Mang Dayat, Sejarawan Sumsel Dr Farida R Wargadalem, budayawan Palembang Yudi Syarofi , para akademisi dari Universitas Sriwijaya, PGRI dan Universitas lainnya, guru-guru, Komunitas Film, siswa/i, para anggota sanggar Anna Kumari dari tingkat alumni hingga yang masih aktif sampai hari ini dan masyarakat umum.
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH M Kn mengatakan, Sumsel dan kota Palembang memiliki salah satu maestro tari Anna Kumari.
“ Kita harus berterima kasih kepada ibu Anna Kumari, karena berkat karya –karya beliau kita masih bisa menikmati dan juga melestarikan budaya Palembang khususnya dalam seni tari, karena ada seni tari yang pakem dan ada seni tari kreasi , yang seni tari yang pakem sampai saat ini oleh Anna Kumari dilestarikan baik dalam tari Gending Sriwijaya dan tari Tepak Keraton, di tarikan dengan pakem karena harus dengan aturan-aturannya,”katanya.
Dan apa yang telah di lakukan Anna Kumari, menurut SMB IV harus di apresiasi dan harus menjadi panutan bagi generasi muda.
Sedangkan sang produser, Helen Susanti melihat Anna Kumari memiliki rasa cinta luar biasa terhadap kebudayaan lokal daerahnya. Kecintaannya tersebut digambarkan dalam bentuk tarian. Film dokumenter Anna Kumari mendokumentasikan jejak langkah Ibu Anna Kumari dalam dunia tari di Sumatera Selatan.
“Dedikasinya dalam dunia tari di Sumatera Selatan membuatnya sering mewakili Sumatera Selatan dan Indonesia dalam berbagai kegiatan kebudayaan baik di dalam dan di luar negeri. Beliau juga sering menjadi pelatih tari di berbagai sanggar dan instansi. Film dokumenter ini hadir agar namanya semakin dikenal luas baik bagi masyarakat di Sumatera Selatan, dan juga di Indonesia secara umum sebagai pengembang tarian asal Sumatera Selatan,” kata Helen.
Film ini sendiri menurutnya merupakan produk luaran dari pendanaan dari program Dana Indonesiana, Direktrorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang bekerja sama dengan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).
Sedangkan , sang Sutradara Rillo Abyudaya mengatakan, film ini di produksi selama 8 bulan, karena narsum lebih dari 10 orang, satu narasumber 1 jam sehingga mengolah/editing nya yang memakan waktu cukup lama.
“Semua proses pembuatan film kita lakukan di Palembang terutama di kawasan – kawasan wisata,” katanya.
Selain itu menurutnya film ini berisikan dokumentasi tari-tarian dan perjalanan hidup Anna Kumari dari kecil sampai sekarang.
“Dari pertama ibu Anna Kumari mengenal tari belajar dari ayahnya yaitu tari Gending Sriwijaya, namun dia baru mulai nari di tahun 1960 an,” katanya
Sedangkan sejarawan Sumsel Dr Farida Wargadalem menambahan film ini merupakan film dokumenter pertama yang mengangkat tentang tari Sumsel.
“Ini menjadi pemantik bagi generasi muda mendapatkan inspirasi untuk mengangkat budaya kita sendiri. Peran bu Anna, namanya sudah maestro. Kita harap ada penerus Bu Anna,” katanya.
Sedangkan Anna Kumari mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga film dokumenternya bisa terealisasi.
Anna Kumari mengaku di usia senjanya tak menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya.
“Meskipun sudah tidak bisa berjalan, semangat saya tetap ada. Saya sangat bahagia, dalam usia diujung senja masih dihormati,” kata Anna Kumari yang hingga kini telah membuat 50 tarian.
Menurut wanita kelahiran 10 November 1945 ini, sangat terharu di usia 77 tahun mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesi dan dibuatkan film dokumenter.
“Harapannya tradisi yang ada di Palembang ini diteruskan. Seperti tidak menggunakan kata aku, melainkan pakai saya atau nama,” kata pemilik Rumah Budaya Nusantara Dayang Merindu Palembang Sumsel Dan Sanggar, Hj Masayu Anna Kumari.#udi