Perbaikan Lapangan Terbang Talang Betutu Tahun 1950
Oleh: Dudy Oskandar (Jurnalis dan Peminat
Sejarah Sumatera Selatan)
LAPANGAN terbang ini terletak Lk. 15 km. sebelah Utara dari kota Palembang, dan mempunyai 2 Startbanen, yaitu satu
kejurusan Timur Barat (0 ~W baan) dan yang sebuah lagi kejurusan Utara Selatan (N -Z baan).
Selama pendudukan Jepang hanya dipergunakan sebagai pangkalan militer Jepang dan sesudahnya Jepang bertekuk lutut maka digunakan oleh Tentara Sekutu den Tentera Belanda. Pemakaian berakhir dengan adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.
Dalam hubungan lalu lintas udara yang kian hari kian bertambah ramai dan pula meningkatnya tehnik penerbangan dan alat penerbangan berikut pesawat terbangnya, maka pemeliharaan dan perluasan tanah lapangan terbang meminta perhatian yang istimewa sesuai dengan kedudukan kota Palembang dalam hubungan lalu lintas umum Internasional.
Dengan biaya Rp. 204.000,-dalam tahun 1950 telah diselenggarakan perbaikan berat (pemberian pengeras) pada bagian start-baan sepandjang 300 m untuk disusul dengan pembetulan dan perbaikan pada start-baan yang terdiri dari:
- Memberikan profiel pada landingstrook sepanjang 2100 m.
- Pemberian pengeras pada startbaan lebar 4 m, panjang 1425 m.
Pekerjaan dilanjutkan dalam tahun 1950 itu sesuai dengan persediaan uang pada waktu itu. Usaha dalam pada itu ternyata mendapat kesulitan dalam pelaksanaan pemindahan tanah untuk timbunan, sehingga begroting keuangan tidak mencukupi dan memerlukan anggaran biaya tambahan sebesar Rp. 70.000.
Sementara itu, startbaan yang telah diperkeras ditahun 1948 telah menjadi rusak pula, karena ramainya lalu lintas dan menghendaki pembongkaran untuk diberikan suatu pengeras yang lebih kuat dari semula. Dengan biaya Rp. 220.000,usaha dilaksanakan, tetapi kemudian ternyata sekali lagi, bahwa biaya ini tidak dapat dipertanggung jawabkan karena meningkatnya harga aspal sehingga anggaran dirubah menjadi Rp. 319.000,
Sejak 1 Nopember 1950 baan ini disiapkan untuk dipergunakan oleh pesawat Convair yang mempunjai tekanan baan :t 7 a 8 kg/cm.
Disebabkan tekanan yang berat itu ditambah dengan tidak adanya draaineering, maka dalam tempo setahun dibeberapa tempat telah nampak retak dan pemadatan tanah ditempat-tempat lembek, sehingga keadaannya sangat mengkhawatirkan.
Terutama bagi pesawat Convair. Keadaan ini perlu lekas diperbaiki.
Begitulah rencana pembetulan berat dan perbaikan baan tersebut sepanjang 1525 m. dan lebar 22,5 m. dengan biaya sebesar Rp. 2.250.000,–, telah diajukan dan sebagian telah dapat pengesahan dalam tahun 1951 sebesar Rp. 449.000,–.
Untuk melancarkan pelaksanaan pekerjaan pembetulan lembek N-Z baan. maka untuk sementara waktu lalu lintas Convair perlu dipindahkan ke landasan Timur – Barat yang sampai sekarang hanya dipergunakan untuk pesawat seragam type Dakota saja.
Dengan adanya kcadaan demikian ini, maka landasan Timur-Barat juga memerlukan perluasan seperlunya yaitu harus diperpanjang lagi dengan 150 m sehingga cukup mempunyai startbaan 1500 m, salah satu syarat untuk Convair.
Disamping itu, baan tersebut. menghwndaki perbaikan lapisan aspalnya dan untuk rencana ini pada tahun 1951 telah disahkan biaya sebesar Rp. 500.000,-
Memperpanjang landasan ini akan dilakukan pada Waktu itu disebelah Barat, yang memerlukan kurang lebih 40.000 m3 tanah timbun dan pekerjaan ini akan dilakukan dengan Unit alat’ besar yang sedianya akan dikerahkan untuk pembuatan jalan baru di Ujan Mas (Kabupaten Muara Enim).
Pekerjaan perbaikan ini kira-kira akan memakan waktu satu tahun lamanya dan diharapkan dalam tahun 1952/1953 sudah dapat selesai dan dengan begitu Sumatera Selatan bangga dapat menerima Convair dalam dan luar negeri dengan tiada kekecewaan. #
Sumber:
- Republik Indonesia, Propinsi Sumatera Selatan, Kementrian Penerangan , Siliwangi-Jakarta, Agustus 1954