MABMI Sumsel Konsen Terhadap Pelestarian Budaya Melayu
Palembang, BP
Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Dato Seri H Syamsul Arifin, SE melantik Pengurus Wilayah MABMI Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2022 di Griya Agung, Kamis (5/12).
Acara tersebut disaksikan oleh Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) lV Jayo Wikramo R.M. Fauwaz Diradja, S.H.M.Kn, Forkopimda, mantan Wali Kota Palembang H Husni, sejumlah kepala organisasi perangkat daerah, rektor, tokoh masyarakat dan tokoh adat di Sumatera Selatan. Pelantikan tersebut juga disaksikan perwakilan dari PB MABMI dan pengurus wilayah yang lain.
Suasana acara kental dengan nuansa Melayu. Dengan mengenakan busana Melayu klasik, baju kurung, rumpak tanjak serta adapula yang mengenakan kopiah (peci), semakin menguatkan identitas MABMI Sumsel periode 2019-2022.
Pelantikan ini sendiri berdasarkan surat keputusan Pengurus Besar MABMI Nomor: 003/ORG/PB.MABMI/SK/X/2019 tentang penetapan dan pengesahan Pimpinan Wilayah Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia Provinsi Sumatera Selatan periode 2019-2023.
Dato Seri H Syamsul Arifin berpesan kepada pengurus MABMI Sumsel pimpinan Dato DR H Kms Muhdi Abubakar, SE, MM yang baru dilantik, untuk selalu kompak.
“Selamat, kalian pengurus ini kompaklah. Jangan semuanya ketua. Jangan cari salahnya, tapi cari mana yang baik,” katanya.
Ketua MABMI Sumsel, Dato DR H Kms Muhdi Abubakar SE MM mengatakan, majelis yang dibentuk ini memiliki konsentrasi dalam upaya melestarikan budaya Melayu yang hampir punah di tengah kemajuan zaman.
Pihaknya pun berkeinginan untuk mengajak para generasi Millenial agar tak lupa dengan budaya Melayu, yang menjadi bagian dari identitas adat dan budaya Provinsi Sumatera Selatan.
“Sebelum saya diamanahkan sebagai ketua MABMI Sumsel, saya memang konsen terhadap pelestarian budaya Melayu. Salah satu yang ingin kita gaungkan dan tetap lestarikan adalah budaya Ratib Al Haddad dari rumah ke rumah,” katanya.
Menurutnya, Muhdi, Ratib Al Haddad merupakan amalan yang sering dibacakan secara rutin, yang terdiri dari kumpulan doa-doa dan dzikir. Terlebih, Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang sangat identik dengan budaya Melayu Islam.
“Sekarang ini budaya Melayu terancam punah, dari cara berbahasa dan masih banyak lagi,” katanya.
Ia mengajak kaum Millenial sebagai penerus bangsa untuk dapat ikut bersama melestarikan budaya melayu. Mereka dapat datang ke sekretariat MABMI Sumsel, karena setiap bulannya akan ada tradisi Ngobeng (ngobrol bareng).
“Kita punya tempat yang bisa dimanfaatkan, baik untuk majelis taklim dan lain sebagainya. Tempatnya di Jalan Veteran,” katanya.
Sementara Gubernur Sumsel H Herman Deru yang juga sebagai Presiden Dunia Melayu Dunia Islam, mengapresiasi terbentuknya MABMI Sumsel.
“Kepada Pak Muhdi, tidak gampang menjadi ketua organisasi yang orientasinya nonprofit. Kita harus mampu mengorbankan waktu, pikiran, dan harus mampu mengelola kebersamaan,” katanya.
Menurutnya, tidak banyak orang bersedia menjadi pengurus organisasi nonprofit. Ia mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada siapapun, yang masih peduli terhadap kearifan lokal.
Ia mengajak masyarakat untuk lebih menghargai budaya lokal, yang ditunjukkan dengan berpakaian tradisional khas Melayu. Utamanya pada acara-acara tertentu.
“Bisa saja suatu ketika ada hari tertentu, bukan hanya PNS, TNI/Polri, tapi masyarakat berpakaian tradisional Melayu. Kenapa pakaian tradisional yang dibanggakan di Malaysia itu tidak dibanggakan di kita? Padahal budaya itu dari sini,” ujarnya.
Ia menyindir kebiasaan sebagian masyarakat yang gemar mengenakan jas ala Eropa saat menghadiri resepsi pernikahan. Atau busana mempelai wanita yang panjang khas Benua Biru. “Itu bukan budaya kita. Dengan terbentuknya MABMI, kita berusaha melestarikan budaya Melayu,” katanya.
Ia merasa terhormat saat didaulat menjadi Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI). Untuk diketahui, Presiden DMDI Dunia, Tan Sri HJ Mohd Ali Bin Mohd Rustam sendiri yang datang langsung ke Griya Agung pada 25 Agustus silam, untuk memberikan mandat Herman Deru guna menjadi Presiden DMDI di Indonesia.
“Aku bangga, tapi bukan menjadi tinggi hati. Dapat mandat ini, baik itu juga Pak Muhdi, kita harus siap membagi pikiran, waktu, untuk mengurusi ini. Kita dapat kehormatan. Keaneragaman Sumsel ini juga harus kita pertahankan,” katanya.
Menurutnya budaya Melayu, yang menjadi budaya lokal Sumatera Selatan, harus menjadi raja di negerinya sendiri. “Boleh budaya luar masuk Sumsel, tapi budaya kita tetap harus dijaga,” katanya.
Diakhir acara pelantikan pengurus MABMI Sumsel bersama Gubernur Sumsel memberikan Penghargaan kepasar 10 orang Tokoh Peduli Kebudayaan Melayu. #osk
10 orang Tokoh Peduli Kebudayaan Melayu yg akan diberikan Penghargaan oleh MABMI Sumsel, adalah:
- Mgs Helmi
- Kms Anwar Beck
- Imansyah
- Hj. Ailuni
- Mgs Jufri
- Edi Wiranata (Malek)
- Dudy Oskandar
- Drs. H. Mal’an Abdullah
- H. Soleh Umar,Bsc
- Wan Ahmad.