Luar Biasa, Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Tahun 2017 Capai 5,3 Persen
#BI Perwakilan Sumsel Optimis, 2018 Ekonomi Sumsel Capai 5,8
Palembang, BP
Ketua DPRD Sumsel Giri Ramanda N Kiemas menilai, pencapaian angka pertumbuhan ekonomi Sumsel tahun 2017 yang mencapai 5,3 persen luar biasa karena diatas rata-rata nasional.
Namun menurutnya,Sumsel butuh pertumbuhan ekonomi bukan hanya angkanya saja tapi harus optimal dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, itulah terlihat kemiskinan turun namun belum siknifikan turun namun diatas sedikit angka rata-rata nasional.
“Hanya saja yang menggembirakan , efisiensi rasio Sumatera Selatan lebih baik dibanding nasional dan kedepan dengan pertumbuhan ekonomi yang terencana dengan baik dan terarah akan dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Kemudian meningkatkan value dari ekonomi Sumsel, nah inilah yang harus dijaga dalam jangka pendek dan kesimpulan diskusi tadi pembangunan kawasan khusus Tanjung Api-api ini adalah yang menggerek perekonomian Sumsel lebih cepat kedepan,” kata Giri usia mengikuti pada dialog terbuka Ikatan Alumni (Iluni) Universitas Indonesia dengan tema pertumbuhan ekonomi yang inklusif di aula DPRD Sumsel, Sabtu (20/1).
Selain itu menurut bakal calon Wakil Gubernur Sumsel ini, petani karet Sumsel harus ada sifting , yang selama ini mengandalkan karet mungkin gradual dan perlahan harus di kurangi menuju sektor lebih baik nilai tambahnya.
“Kondisi saat yang harus kita lakukan adalah hilirisasi industri sumber daya alam yang ada apakah itu karet, sawit, kopi, the dan tambang batubara, kalau ada hilirisasi artinya akan ada nilai tambah dari Sumsel. Nilai ekonomi, ada orang yang bekerja dan memicu pertumbuhan ekonomi serta jaminan harga. Karena sudah pasti ada yang beli, dan jangka panjangnya perlu dilakukan. Salah satu point kuncinya, bagaimana pelabuhan TAA bisa terwujud itu kawasan industry da nada pelabuhan yang mengeluarkan barang hasil produksi,” katanya.
Selain itu, secara simultan harus membangun sektor jasa baik sektor pariwisata maupun ekonomi kreatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomo secara simultan karena
nilai paling tinggi di sektor jasa, pariwisata dan ekonomi kreatif namun ini perlu sektor penunjang lain karena kita ingin menarik lebih cepat di sektor industri yang bisa menarik pekerja lebih banyak dibandingkan sektor jasa,” katanya.
Sedangkan Kepala Bappeda Provinsi Sumsel, DR. Ekowati Retnoningsih, SKM., M.Kes mengatakan, ekonomi di Sumsel inklusif tetapi kita sedang menuju ekonomi yang inklusif tersebut yang terpenting apa yang harus kita lakukan untuk inklusif sepenuhnya, artinya pertumbuhan ekonomi tinggi tapi bisa menekan kesenjangan , menekan kemiskinan sehingga kue pertumbuhan ekonomi ini bisa dinikmatioleh banyak masyarakat di Sumsel.
“2010 sampai 2017 memang terlihat paling tinggi saat Sea Games 2011 dan dampaknya masih bisa mengungkit pertumbuhan ekonomi tahun 2012 , mudah-mudahan di moment Asian Games 2018 kita dapat mengejar pertumbuhan ekonomi ini yang tinggi namun Sumsel bukan hanya fokus untuk menggaet pertumbuhan ekonomi yang tinggi apalagi giri rasio Sumsel jauh dari giri rasio nasional, kita di 0,38 kalau nasional 0,4, semakin kita tekan angka ini kesenjangan bisa kita tekan, walaupun kita belum sempurna inklusif tapi kita sudah mencapai atau mengarah ke ekonomi inklusif, “ katanya.
Selain itu inflasi di Sumsel bisa di tekan 2.96 terupdate sebelumnya 2,87 , “ Angka kami masih di 2,87, jauh karena target inflasi biasanya plus min 4, kita jauh inflasinya artinya saat kita bisa menekan inflasi maka beban masyarakat tidak seberat saat inflasi tinggi,” katanya.
Ekonomi Sumsel saat ini menurutnya, masih di dominasi pertambangan , penggalian, industri pengolahan rangking kedua, pertanian, perkebunan dan kehutanan , infastruktur , perdagangan ,” Sumsel sudah memulai hilirisasi sehingga ada nilai tambah untuk masyarakat dan petani,” katanya.
Sedangkan General Manager PT. PLN WS2JB, Daryono melihat, energi komsumsi pertumbuhan listrik di Sumsel , Jambi dan Bengkulu 2017 4,61persen ini belum relevan dengan pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang .
Dari selisih jumlah pelanggan cukup banyak tap pertumbuhan pelanggan ini tidak serta merta diikuti pertumbuhan komsumsinya.
“Kesiapan dari sistim kelistrikan bahwa kita punya total daya mampu untuk di Sumsel , Jambi dan Bengkulu ada 2731 megawatt, komsumsi yang ada di Sumsel masih rendah , dan mayoritas pelanggan kita di rumah tangga 93 persen , industri masih rendah di bawah 1 persen atau 0,04 persen sedangkan bisnis 3,94 persen,” katanya.
Sedangkan untuk ratio elektritikasi desa ke listrik sudah mencapai 96,56 persen namun ratio elektritikasinya masih di bawah 90 persen.
Selain itu Sumsel menurutnya, memiliki banyak energi pakai 731 megawatt dan sisanya mentransfer energy listrik ke Lampung sekitar rata-rata 308 megawatt, kirim ke Jambi rata-rata 200 megawatt, kirim ke Sumbar lalu kirim ke Riau.
“Sebagian energi yang kita hasilkan di Sumsel kita kirim ke provinsi lain, jadi kita ekepor energi listrik,” katanya.
Asisten Direktur KPW BI Perwakian Sumsel Irfan Farulian menilai, di 2017 ekonomi Sumsel mencapai 3,5 persen kontribusinya terhadap nasional . “Kita sudah diatas nasional, kita tumbuh 5,56, nasional 5,06, Sumut ketinggalan 5,21,
“Betul Sumsel tumbuhnya cukup solid tapi lihat ini inklusif ditengah perekonomian yang kuat ada sektor yang sangat mendukung kita saat ini mengalami perlambatan , ini harus di antisipasi,” katanya.
Di 2018 ekonomi Sumsel 5,8 ini optimis. Namun saat ini ekonomi Sumsel belum inklusif sepenuhnya karena masih ada sektor penyumbang besar PDRB tetapi kondisinya mengalami pelemahan, sektor rumah tangga yang memiliki kontribusi sebesar 60 persen juga mengalami pelemahan.#osk