Alex Paparkan Implementasi Restorasi Lanskap di Panama
Februari 2017, Sumsel Tuan Rumah Bonn Challenge

Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin diundang secara khusus sebagai pembicara pada High Level Forum Restorasi Lanskap Dunia, The Bonn Challenge Amerika Latin dan Afrika Selatan di Panama, Jumat (26/8).
Dalam kesempatan ini, Sumsel ditunjuk langsung oleh organisasi internasional konservasi sumber daya alam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan Pemerintah Jerman untuk menjadi penyelengara High Level Meeting The Bonn Challenge, Februari 2017 mendatang.
The Bonn Challenge merupakan pertemuan regional tingkat Menteri Lingkungan Hidup Kehutanan dan Sumber Daya sedunia. Beberapa negara yang hadir yakni Negara Amerika Latin seperti Panama sebagai tuan rumah, El Savador, Rwanda dan Republik Dominika serta Afrika Selatan. Acara ini dibuka langsung oleh Wakil Presiden Panama Isabel Saint Malo.
Sementara Indonesia diwakilkan langsung oleh Alex dan Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim Najib Asmani.
Dalam forum ini Alex membahas upaya, tantangan, serta keberhasilan dalam implementasi restorasi kawasan hutan yang kritis di Sumsel melalui kemitraan pengelolaan lanskap (ecoregion) untuk menuju pembangunan pertumbuhan hijau (green growth development).
Di forum ini Alex menyampaikan, dalam waktu sekitar 1,5 tahun Sumsel mampu mewujudkan restorasi lanskap yang dimulai sejak Maret 2015 tahun lalu saat Gubernur Sumsel dua periode ini diundang khusus sebagai pembicara pada Forum Bonn Challenge di Kota Bonn, Jerman.
Rintisan pertama kali kegiatan pengelolaan lanskap diawali dengan penandatanganan MOU antara Gubernur Sumsel dan Badan Pengelola REDD+ pada Agustus 2014. Secara resmi diluncurkan pada Juli 2015 yang didukung oleh PT APP sebagai mitra swasta dan IDH The Sustanable Trade Initiative sebagai mitra dari donor internasional.
“Berbagai realisasi restorasi kawasan hutan yang masih lestari dan rehabilitasi kawasan hutan yang kritis terkait isu REDD dan perubahan iklim di Sumsel. Pemerintah jerman termasuk yang pertama kali melakukan kegiatan restorasi lanskap di Sumsel melalui Demonstration Activity Merang REDD Pilot Project atau MRPP di Musi Banyuasin yang dilakukan GIZ,” ujarnya.
Kemudian dilanjutkan oleh GIZ Bioclime tentang rehabilitasi gambut, penanggulangan kebakaran hutan dan konservasi biodiversitas. Mantan Bupati Musi Banyuasin ini meminta agar Pemerintah Jerman melalui kerjasama dengan GIZ dapat melanjutkan dan mengembangkan lebih luas lagi tentang kegiatan restorasi lanskap dan perubahan iklim.
“Lalu ada tujuh kegiatan restorasi lanskap di lahan gambut, selain di Merang yang dilaksanakan oleh GIZ. Yakni restorasi lanskap Sembilang-Dangku kerjasama dengan ZSL yang didukung oleh UKCCU Inggris, NICFI Norwegia dan IDH Belanda, dan Restorasi Lanskap Bentayan oleh yayasan Belantara dan APP,” paparnya.
Lalu Alex melanjutkan, pengembangan program sawit berkelanjutan berbasis lanskap di kawasan lalan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan IDH, restorasi lanskap Padang Sugihan oleh Yayasan Belantara dan APP, restorasi lanskap Pantai Timur oleh PT KEN dan Yayasan Belantara, dan Best Management Practice Restorasi Gambut Sepucuk Ogan Komering Ilir (OKI).
Selain itu, melalui Badan Restorasi Gambut (BRG) sampai tahun 2020 menargetkan restorasi gambut seluas 400 ribu hektar. Kegiatan kemitraan pengelolaan lanskap di Sumsel telah terbentuk wadah konsorsium stakeholder Grenn Growth Development yang sedang dipersiapkan oleh kelembagaan independen Kemitraan Pengelolaan Lanskap/Ekoregion atau KELOLA.
“Tantangan yang terbesar yang dihadapi sekarang ini adalah terkait karhutla dan efisiensi anggaran. Akan tetapi dengan adanya kemitraan dan bukti keberhasilan implementasi di lapangan semuanya secara perlahan dapat diatasi,” tegasnya.
Sementara itu, Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim Najib Asmani mengatakan, masyarakat Sumsel patut berbangga kepada Alex yang diminta untuk menyampaikan pembelajaran dari pengalaman tentang implementasi restorasi lanskap Sumsel dalam waktu singkat.
“Tentunya, negara-negara mitra global telah memonitor dan memetakan bahwa Alex Noerdin adalah Gubernur yang mempunyai visi, leadership, dan terobosan tentang perubahan iklim,” ujarnya.
Hal ini terbukti bahwa pada akhir Agustus dan September, Alex diundang sebagai pembicara pada Annual Meeting di Jalisco Mexico, International Conference IUCN di Honolulu Hawai dan Climate Action and Sustainability di New York.
Lalu pada November 2016 diagendakan berbicara pada Europe Energy Forum di Kopenhagen dan Cop 22 di Marakess, Maroko.
Sebelumnya, pada berbagai forum dunia lainnya Alex tampil sebagai pembicara di Forum Pemimpin Dunia Cop 21 Paris, Desember 2015 serta berkesempatan diwawancarai khusus oleh Leonardo diCaprio.
Lawatan terakhir di Norwegia, Belanda dan Denmark Juni 2016 lalu membuahkan hasil dimana Jakabaring Sport City (JSC) akan menjadi showcase kendaraan berbasis bahan bakar hidrogen. Dari NICFI Norwegia dan IDH Belanda membantu penyususan Grand Strategy dan Business Development Plan Green Growth landscape Sumsel yang dikerjakan ICRAF.
Sebagai informasi, The Bonn Challenge atau tantangan Bonn adalah inisiatif dan ide besar dari pemimpin-pemimpin dunia yang peduli dan perubahan iklim untuk melakukan restorasi lanskap hutan yang kritis.
Organisasi ini diluncurkan pertama kali pada September 2011 dalam suatu acara Kementerian Lingkungan Hidup Pemerintah Jerman dan IUCN serta didukung oleh organisasi Kemitraan Global untuk pemulihan landskap hutan The Global Partnership on Forest landscape Restoration (GPFLR).
Targetnya hingga 2020 melakukan merestorasi 150 juta hektar tanah kritis atau rusak dan gundul, lalu ditingkatkan menjadi sebesar 200 juta hektar pada tahun 2030 sesuai Deklarasi New York tentang Hutan Tahun 2014. #idz
