Bangun PLTS 1,6 MW di Jakabaring
Pengerjaan Hanya 9 Bulan
Palembang, BP
Sharp Corporation akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 1,6 Megawatt di Jakabaring Sport City (JSC). Pembangunan ini untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Sumsel yang akan menjadikan JSC sebagai green sport city.
Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengatakan, proyek pembangunan PLTS ini merupakan percontohan untuk penerapan PLTS di suatu kawasan. Oleh karena itu, kapasitas energi yang diproduksi pun tidak terlalu besar.
“Karena percontohan, jadi ini hanya sebuah showcase dan investasinya pun tidak terlalu besar. Ini merupakan program bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang bagi Sumsel. Sharp dipilih karena perusahaan tersebut merupakan pembuat solar cell terbaik dari Jepang,” tuturnya usai audiensi bersama Sharp Corporation di Kantor Gubernur Sumsel, Selasa (26/7).
Alex menuturkan, PLTS ini akan bisa dioperasikan untuk mendukung kesuksesan gelaran Asian Games 2018. Ia menargetkan PLTS ini bisa selesai sebelum Asian Games dimulai. Lokasinya akan berdekatan dengan Lapangan Tembak dengan luasan 1,6×2 hektar.
“Pengerjaannya hanya membutuhkan waktu sembilan bulan. Jadi pembangunannya pun disesuaikan, asalkan bisa selesai sebelum Asian Games,” ujar Alex.
Sebelumnya pada 13 Januari lalu, Staf Bidang Pengembangan PD PDE Aryo Wilman Nur Ibrahim mengatakan, sebagian dana pembangunan PLTS berasal dari kredit karbon amortisasi program bantuan Pemerintah Jepang. Sisanya, diharapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membantu membiayai pembangunan ini.
Januari lalu, direncanakan PLTS ini akan berkapasitas 2 Megawatt dan membutuhkan biaya sebesar 3 juta dolar AS dari Sharp, investor dari Jepang sebagai pihak ketiga. Selain menambah daya dan kelistrikan di Palembang ke depannya, pembangkit ini tidak mengeluarkan emisi karena menggunakan tenaga sinar matahari.
“PLTS ini mendukung program eco green. Dengan pembangunan ini diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida hingga 1.200 ton per tahunnya. Sehingga dapat bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang,” tambahnya.
Terkait teknis pelaksanaan, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang digunakan merupakan AMDAL Kawasan sementara DED langsung dari kontraktor, yakni PT Sharp Jepang, termasuk urusan teknologi dan teknis. Sementara kepemilikan nantinya oleh perusahaan daerah.
Dia menjelaskan, dana yang dibutuhkan sebesar 3 juta USD tersebut dengan rincian 1 MW didanai 1,5 Juta USD dari PT Infiitare Kementerian ESDM dan 1 MW lagi didanai 1,5 Juta USD dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.
“Memang pembangunannya tidak murah dan bisa dibilang teknologinya mahal. Namun biasanya pembangunan PLTS difokuskan di daerah terpencil, dan Sumsel mendapat proyek ini karena untuk men-support kesiapan Asian Games sehingga cukup tepat bantuan itu dalam pengembangan kawasan hijau,” jelasnya.
Untuk biaya operasional per KWH menggunakan energi fosil atau batubara sebesar 4 sen dolar AS per KWH, sementara menggunakan energi surya (PlTS) mencapai 15 sen USD atau sampai empat kali lipat biaya operasionalnya per KWH. Untuk sisi pembangunan awal relatif sama yakni sekitar 1,5 Juta dolar AS.
Aryo menambahkan, pasca Asian Games, listrik yang dihasilkan oleh PLTS ini akan dijual ke PT PLN untuk kebutuhan kelistrikan kawasan Jakabaring. “Kita gunakan jaringan PLN sehingga PLTS yang dibangun akan terhubung dengan PLN. Dalam artian, akan dihubungkan PLTS dengan gardu hubung terdekat di GOR. Selebihnya terintegrasi dengan PLN. Jadi penghubung kita bangun sendiri,” katanya.#idz