Kejar Gelar Profesor Termuda

68

Palembang, BP

Dr Yuliani, SE, MM
Dr Yuliani, SE, MM

Muda, cerdas dan berpendidikan, adalah tiga kata untuk menggambarkan sosok Dr Yuliani, SE, MM. Lahir di Kuba, Lahat, 25 Agustus 1976, ibu dua anak ini sudah mampu merengkuh gelar Doktor pada usia 39 tahun. Dia menamatkan pendidikan Strata Tiga (S3) di Universitas Brawijaya, Malang dengan predikat Cum Laude (dengan pujian-red) dalam waktu sekitar 2,5 tahun, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97.

Sebelumnya, dia juga mendapat gelar Cum Laude saat mengambil Starata Dua (S2) di Magister Manajemen (MM) Universitas Sriwijaya (Unsri) dengan IPK 3,94. Sementara Strata Satu (S1) juga dilalui bersama Fakultas Ekonomi Unsri dengan IPK 3,52. Artinya, selangkah lagi istri dari Syafril Junaidi, SP ini, akan mendapatkan gelar Profesor. Meski begitu, Yuli-sapaan akrabnya belum memiliki target untuk meraih gelar tertinggi itu mengingat tidak mudah mendapat embel-embel Profesor. Selain harus melakukan banyak penelitian, dia juga harus bisa mengontrol diri menjadi lebih baik lagi.

Baca Juga:  Disdik Sumsel Tak Kebagian Anggaran APBN Tiap Tahun

“Saat ini masih fokus pada penelitian dan persiapan kelahiran anak ketiga. Saat ini, usia kandungan saya memasuki bulan ketujuh,” kata Yuliani, Selasa (12/5).

Meski sibuk sebagai wanita karier, tidak lantas membuat Yuliani melupakan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dosen Pasca Sarjana Unsri ini, tetap menjadikan keluarga sebagai prioritas utama.

“Walaupun saya sibuk, bagi saya keluarga khususnya anak-anak itu merupakan segalanya. Sesibuk apa pun, saya pasti sempatkan berkumpul dengan mereka walaupun sekadar belajar dan makan bersama di rumah. Kalau ada waktu senggang mengajak anak jalan-jalan,” ungkap ibu dari Prilly Putri Syafril (9) dan Safira Al-Qariah (5).

Menjadi seorang tenaga pengajar dan ibu dua anak, jelas sangat menyita waktu. Untuk itu, dia harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Oleh karena itu, agar perhatian seimbang, sebelum beraktivitas dia selalu menyempatkan diri untuk mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan anak-anak. Bukan itu saja, setiap pulang kerja dia menyisihkan waktu untuk mengoreksi hasil belajar hingga memantau jika ada pekerjaan rumah (PR).

Baca Juga:  Perlukah Dinas Kebudayaan Kabupaten Lahat Berdiri Sendiri ?

“Saya melakukan selayaknya ibu rumah tangga yang memberikan waktu kepada anak-anak. Kebetulan kedua anak saya mengerti dengan semua pekerjaan ibunya. Alhamdulillah, mereka tidak banyak menuntut. Sebab, saat anak-anak butuh, saya akan selalu berusaha untuk menemani mereka,” tukasnya.

Kata dia, saat memasuki usia kandungan tujuh bulan dia lebih sering berada di rumah. Kebiasaan di rumah dimanfaatkan untuk belajar bersama, baik itu sekadar membaca jurnal dan kegiatan yang bersifat ringan.

“Walaupun saya tidak mengajar mahasiswa, tetapi di rumah juga kebiasaan mengajar itu masih melekat. Oleh sebab itu, saya berusaha menciptakan suasana akademik bersama-sama anak-anak. Dengan cara belajar bersama anak-anak, membaca koran maupun membuat jurnal,” ungkapnya.

Baca Juga:  PGRI Kota Palembang Turun ke Jalan Bagikan Takjil

Walaupun terkadang sibuk dan bahkan keluarga sering ditinggal ketika harus mengajar, sampai saat ini anak-anak dan sang suami bisa menerima kewajiban yang harus dijalani. Mereka intinya mendukung semua aktivitas yang selama ini dilalui.

“Saya sengaja menciptakan suasana akademik di rumah agar anak-anak mengetahui kesibukan ibunya, bahkan mereka terkadang mengikuti kesibukan yang sering saya tunjukkan. Seperti belajar bersama sambil bermain, buka buku bersama, buka laptop dan mengerjakan pekerjaan rumah anak sulungnya,” bebernya.

“Dengan kondisi hamil tujuh bulan, saya memilih mengurangi aktivitas pekerjaan di luar rumah. Selain itu, menjaga pola istirahat yang cukup, makan, banyak minum air putih dan tidak boleh terlalu stres,” pungkasnya.

#adk

Komentar Anda
Loading...