Warga Pulau Rimau Terjebak di Yaman

10

 

warga yamanBanyuasin, BP

Demi keselamatan, Mustajab (25), waga Desa Pulau Rimau yang merupakan  santri Pesantren Sabilul Hasanah mesti merelakan beasiswa pendidikannya  di  negeri  Yaman. Namun sampai sekarang mahasiswa S2 jurusan syariah Universitas Al Ahgaf Kota Tahrim, Yaman  itu belum bisa kembali ke Indonesia  karena masih menunggu evakuasi dari KBRI di Yaman.

 

Kiai pesantren Sabilul Hasanah mengatakan, kabar terakhir beberapa hari lalu, kondisi Mustajab dalam keadaan biak.  Meski  konflik di Yaman semakin memanas dan kerap ditandai kontak senjata, santrinya yang mendapat beasiswa di Yaman itu aman karena tinggal cukup jauh dari daerah konflik.

 

“Untuk sementara ini masih aman, tapi dikhawatirkan konflik semakin meluas dan bisa saja sampai ke daerah Tahrim, tempat tinggalnya. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, KBRI di Yaman melakukan evakuasi dan memfasilitasi para mahasiwa Indonesia di sana. “Sekarang dia masih menunggu evakuasi KBRI untuk dipulangkan,” jelasnya.

 

Dia melanjutkan, selain Mustajab ada dua santri lainnya yang berhasil mendapat beasiswa pendidikan ke Yaman, yakni Holili (24) yang sudah menyelesaikan S1 dan telah dipulangkan ke Banyuasin,  Sementara satu santri lagi, Hasir (23) yang baru  mau berangkat ke Yaman bulan lalu, dibatalkan lantaran konflik tersebut. “Sebenarnya daerah tempat mereka kuliah masih sepuluh jam lagi dari Sana’ah dan Sad’ah yang sekarang sedang terjadi konflik. Namun dikhawatirkan peperangan itu meluas ke wilyah lain. Lebih baik mencari aman dulu,” jelasnya.

 

Selain Mustajab, kemungkinan masih ada mahasiwa Banyuasin yang terjebak di Yaman. Namun untuk tenaga kerja Indonesia (TKI), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyuasin memastikan tidak ada yang bekerja di Yaman. “Dari data yang ada di Disnakertrans Banyuasin dan Balai Latihan Kerja
Palembang, tidak ada satu pun warga Banyuasin yang bekerja baik sebagai
TKI maupun TKW,” tegas Kepala Disnakertrans Banyuasin Ir Yos Karimuddin.

Baca Juga:  Polda Sumsel Tangkap Pelaku Video Asusila

Disnaketrans Banyuasin sebelumnya mengkhawatirkan adanya tenaga kerja
Indonesia  yang  terjebak di negara yang saat ini dilanda kecamuk perang, sehingga  pihaknya langsung melakukan pendataan untuk
menyisir TKI asal Banyuasin.

“Data yang ada di Banyuasin dan di Palembang itu sudah kami
dapatkan, dan memang sejauh ini Banyuasin belum pernah
mendistribusikan tenaga kerja ke Yaman. Ditakutkan itu ada, untuk itu
kita data, jika memang ada tentunya kita meminta bantuan Kedutaan Besar
Indonesia yang ada di Yaman untuk difasilitasi dan dipulangkan ke
Indonesia,” katanya.

Saat ini pihak Kedutaan Besar sedang memulangkan warga
negara Indonesia (WNI) yang berada di Yaman untuk menghindari korban
jiwa akibat perang yang terjadi di negara Timur Tengah tersebut.

Hanya saja, sambung Yos, tidak menutup kemungkinan adanya warga
Banyuasin yang bekerja di Yaman tanpa menggunakan jalur penempatan
kerja dari Disnakertrans Banyuasin ataupun Provinsi Sumsel. “Bisa jadi
ada yang swasta dan di luar pengawasan kami. Nah untuk itu kami meminta
masyarakat yang ada anggota keluarganya bekerja di Yaman, untuk
melaporkannya kepada kami,” katanya.

Sejauh ini, kata Yos Karimudin, Malaysia menjadi tujaun utama tenaga
kerja asal Banyuasin untuk meraup rezeki. Dari data yang dimiliki
Disnakertrans Kabupaten Banyuasin, total ada 325 tenaga kerja asal
Banyuasin yang bekerja di  negeri jiran tersebut.

Baca Juga:  Ratusan Emak-Emak Tuntut Pengusutan Kecurangan Pemilu Serentak di Palembang  

Rata-rata warga Banyuasin bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
pabrik konveksi, hingga tenaga profesional. Lalu, terbanyak kedua
yakni Taiwan yang menjadi pilihan tenaga kerja Banyuasin untuk bekerja
di luar negeri. Ada 57 tenaga kerja yang berada di negara tersebut.

Untuk wiayah Timur Tengah, ada 37 tenaga kerja Banyuasin yang bekerja
di Arab Saudi, lalu disusul Singapura sebanyak 33 tenaga kerja,
Hongkong ada 25 tenaga kerja, dan Jepang terdata ada empat tenaga kerja.

 

 

Doa Bersama

 

Ratusan  siswa  Pesantren Ar Riyadh yang terletak di Jalan KH Azhari Kelurahan 13 Ulu Palembang, kemarin, menggelar pembacaan Surah Yasin dan doa bersama kepada warga negara Indonesia yang terjebak konflik di Yaman termasuk alumni Ponpes Ar Riyadh yang juga kini melanjutkan pendidikannya di Yaman.

 

Pembacaan Surah Yasin dan doa bersama dipimpin oleh Ustad H  Hamid Umar Al Habsyi sebagai pimpinan Ponpes Ar Riyadh  pusat. Menurut Ustad H  Hamid Umar Al Habsyi kalau pembacaan Surah Yasin dan doa bersama tujuannya agar warga negara Indonesia termasuk alumni Ponpes Ar Riyadh  yang menuntut ilmu selamat di Negeri Yaman yang kini mengalami konflik perang.

 

“Ya, yasinan dan doa bersama, agar semua warga Indonesia dan alumni kita yang sekolah di Yaman selatan selamat,” katanya, di sela-sela acara.

 

Menurut sebanyak 15 orang alumni SMA Ponpes Ar Riyadh  kini berkuliah di Universitas Al Ahkof di Aden, Yaman Selatan dan termasuk ada 8 orang alumninya melanjutkan pendidikan agama Islam di Ponpes, di antaranya Nur Mashad di Aden Yaman Selatan semuanya melanjutkan studi di Yaman karena mendapatkan beasiswa dari institusi pendidikan di Yaman setelah sebelumnya dilakukan test di Ponpes Ar Riyadh. “Dari semuanya dua perempuan yang lainnya laki-laki alumni kita kuliah di Yaman,” katanya tidak menyebutkan nama-nama alumni tersebut.

Baca Juga:  KMB Dukung Program TMMD ke-104 di Sungai Rengas

Mahasiswa Sumsel tersebut rata-rata menurutnya mengambil kuliah di Fakultas Tarbiyah, Pendidikan, Syariah. Dan kini sebagian mahasiswa Indonesia di Yaman termasuk dari Sumsel, bersiap-siap untuk menunggu evakuasi dari pemerintah Indonesia.

 

“Di Universitas Al Ahkof ada ribuan mahasiswanya dari seluruh Indonesia, termasuk Palembang, dan malam ini mereka siap-siap untuk dievakuasi dan perang itu tidak menjalar ke daerah tidak ada konflik. Aden masih aman dan kalau alumni pondok kita ini masih pendidikan namun tinggal semester akhir, termasuk keponakan saya tinggal satu semester lagi,” katanya.

 

Alumni Ponpes Ar Riyadh yang kuliah di Yaman  menurutnya sudah kuliah di Yaman Selatan sekitar lima tahun, “Malahan sudah masuk tahap akhir kuliahnya rencananya mau pulang mereka itu,” katanya.
Selain itu selama ini mereka selalu melakukan komunikasi dengan alumninya tersebut menanyakan kondisi di Yaman melalui BBM, telepon, SMS dan mereka selama ini tidak merasakan gangguan apapun namun karena media dan informasi yang membuat mereka khawatir yang membuat mereka bersiap untuk pulang namun hampir sebagian lagi bertahan karena mau ujian.#adk/osk

Komentar Anda
Loading...