Diskriminatif, SNMPTN Diprotes Kaum Difabel
Palembang, BP
Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) menuntut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, mencabut persyaratan SNMPTN 2014 yang dinilai diskriminatif kepada penyandang difabel. PPDI juga meminta M Nuh meminta maaf pada komunitas penyandang difabel Indonesia.
“PTN harusnya membuka kesempatan bagi kami. Di saat kita memperjuangkan hak, Diknas malah membatasi kami. Kami menuntut Diknas minta maaf pada komunitas penyandang disabilitas Indonesia,” ujar Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Ariani Sunggoro.
Ariani mengatakan itu usai Diskusi Publik Penerapan Prinsip-Prinsip Convention on the Right of Person with Disabilities (CPRD) dalam RUU Penyandang Disabilitas di Hotel JS Luwansa, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (11/3).
Penyandang tunanetra lulusan Antropolgi UGM ini turut meminta M Nuh untuk mencopot Rektor UNAIR dan UI. Alasannya, persyaratan yang dianggap mendiskriminasikan penyandang difabel di kedua universitas tersebut lebih banyak. Semisal, syarat untuk jurusan arsitektur, biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, dan lain sebagainya.
“Kami minta Mendikbud mencopot rektor Unair juga UI. Sebab, Unair dan UI yang mencantumkan beberapa jurusan yang tidak menerima tunanetra, low vision, buta dan sebagainya. Itu sangat menyakitkan hati kami,” tegas Ariani.
Rencananya, puluhan orang dari PDDI akan mendatangi Kemendikbud pada Rabu (12/3) pagi. Mereka memprotes persyaratan SNMPTN 2014 yang dianggap mendiskriminasi para difabel.
“Besok kami akan antar surat somasi oleh kawan-kawan disabilitas ke Kemendikbud langsung. Sekaligus kita akan mengadakan aksi memprotes aksi ini pukul 10.00 WIB,” ujar Ariani Sunggoro.
Ariani juga meminta Kemendikbud untuk mencabut persyaratan bagi calon mahasiswa difabel. “Kami minta dicabut dan kami minta sanksi terhadap pelanggaran tersebut kepada Mendikbud karena ini sudah termasuk pelanggaran luar biasa terhadap komunitas disabilitas Indonesia,” lanjutnya.
Ternyata Universitas Sriwijaya (Unsri) juga melarang para penyandang cacat fisik (difabel) atau disabilitas mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014.
Alasannya, selain tak ada dosen, beberapa Program Studi (Prodi) seperti Kedokteran memiliki persyaratan tersendiri. “Tergantung dari cacatnya seperti apa dulu. Sebab, kalau cacat fisik seperti tuna netra kita belum memiliki dosen yang bisa mengajar. Tapi tidak tahu kalau di PTN lain, sebab setiap PTN berbeda-beda,” ujar Ketua Panitia Lokal (Panlok) 23 SNMPTN 2014 Prof Dr Zulkifli Dahlan MSi DEA, Selasa (11/3).
Zulkifli menambahkan, Unsri juga belum mempunyai dosen khusus, seperti untuk mengajar mahasiswa tuna netra menggunakan huruf braile. Kemudian, Fakultas Kedokteran tidak boleh, pasalnya calon mahasiswa harus sehat. Tapi setiap prodi dan fakultas memiliki persyaratan khusus yang berbeda-beda.
Dikatakannya, mengenai persyaratan pendaftaran itu dapat diakses melalui website resmi SNMPTN 2014 di http://snmptn.ac.id. Saat ini peminat Unsri melalui SNMPTN sudah mencapai 15.258 orang. Angka ini dianggap masih cukup rendah, tahun lalu pendaftar mencapai 27 ribu lebih.
“Kami yakin memang belum banyak yang mendaftar. Jadi kita prediksi jauh lebih banyak dari tahun lalu, karena peserta UN tahun ini juga lebih banyak,” jelasnya.
Ia mengingatkan, siswa yang sudah memiliki NISN dan password dari kepala sekolah bisa mendaftar hingga 31 Maret mendatang. Mereka bisa login ke laman website SNMPTN, dengan mengisi biodata, pilihan PTN dan pilihan prodi serta mengunggah pas foto resmi terbaru.
“Untuk itu siswa harus membaca dan memahami seluruh ketentuan yang berlaku pada PTN yang akan mereka pilih,” tuturnya.
Klarifikasi
Sementara itu Panitia Nasional Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014 melakukan klarifikasi terhadap adanya penilaian diskriminatif dalam persyaratan pendaftaran SNMPTN 2014. Melalui surat elektronik yang dikirimkan ke Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Humas SNMPTN, Bambang Hermanto menjelaskan, penetapan syarat lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk menjamin keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan pada program studi yang diminatinya.
Dalam surat elektronik yang dilansir dari laman Kemendikbud Bambang menulis, sehubungan dengan penilaian bahwa SNMPTN 2014 diskriminatif, khususnya bagi penyandang disabilitas, Panitia Nasional SNMPTN 2014 menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas tanggapan, kritik, koreksi dan harapan yang disampaikan.
Tidak ada maksud melakukan diskriminasi melalui penerapan sejumlah syarat yang ditetapkan oleh masing-masing PTN untuk dapat memasuki berbagai program studi yang ditawarkan, termasuk syarat bebas dari ketunaan, kecuali demi keberhasilan mereka menempuh pendidikan sesuai program studinya masing-masing. Karena faktanya, mahasiswa dengan berbagai keterbatasan banyak dijumpai di PTN dan meraih prestasi baik.
Bambang juga menjelaskan, sejak Panitia Nasional SNMPTN 2014 pertama kali mendapat pertanyaan tentang hal itu, Ketua Umum SNMPTN 2014, Ganjar Kurnia, segera berkomunikasi dengan pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) dan meminta agar setiap PTN mengkaji kembali berbagai persyaratan dimaksud dan melaporkan hasilnya dalam kesempatan pertama.
Kemudian hingga Senin (10/3), Pokja Sekretariat telah menerima informasi bahwa masing-masing PTN telah membahasnya dengan pimpinan program studi/Dekan Fakultas bahkan Senat Universitas sesuai dengan ketentuan dan tradisi di masing-masing PTN dan hasilnya akan segera disampaikan kepada Panitia Nasional SNMPTN 2014 di laman Panitia. Bambang pun mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang diberikan oleh seluruh masyarakat, rekan media, dan pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Surat elektronik tersebut diterima PIH Kemdikbud pada Senin malam, (10/3). #rio/kmd/det