Palembang, BP- Bertepatan dengan 1 Muharram 2023/1445 H , Komunitas Pecinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS) menggelar ziarah bulanan Makam Nyi Gedeh Ing Pembayun yang terletak di Jalan Segaran , Rt 7, Rw 02, Kelurahan 15 Ilir Palembang, Lr Buyut Gede Pembayun, Rabu (19/7) pagi.
Hadir Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin IV RM Fauwaz Diraja SH Mkn beserta seluruh Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam, Ketua DPP KOPZIPS , Muhamad Setiawan, S.H., M.H, Pemerhati Sejarah Palembang, – Dr. (C). Rd. Muhammad Ihsan, S.H., M.H, Ketua DPP Cakrawala Perjuangan Indonesia, Kgs. M. Ilham Akbar, S.H dan pengurus KOPZIPS.
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin IV RM Fauwaz Diraja SH Mkn bersyukur karena masih banyak orang Palembang yang mencintai leluhurnya dimana Nyi Gedeh Ing Pembayun merupakan ibu daripada keturunan orang Palembang yang harus tetap lestarikan makamnya dan banggakan.
“ Kita berharap masyarakat Palembang lainnya akan melakukan kegiatan yang sama seperti ini dan kegiatan ini rencananya akan menjadi agenda bulanan supaya setiap beberapa bulan sekali kita bisa mengunjungi makam ini dan memperkuat keberadaan para leluhur kita,” katanya.
Mengenai adanya usulan peserta ziarah tentang ekskavasi makam Nyi Gedeh Ing Pembayun dengan mengecek keberadaan dibawah makamnya seperti apa , tujuannya untuk mengetahui susunan-susunan bata disini seperti apa pada masa itu.
“ Saya setuju asal sesuai dengan prinsip cagar budaya dan arkeologi, asal tidak menganggu makam inti,”katanya.
Ketua DPP KOPZIPS , Muhamad Setiawan, S.H., M.H mengatakan, kegiatan ini dia sinergikan dengan berbagai pihak diantaranya seperti kerabat Kesultanan Palembang Darussalam, Pujakesuma, Cakrawala Perjuangan Indonesia.
“ Kedepan kegiatan ziarah ini rutin kita laksanakan kedepan,” katanya.
Dan dalam waktu dekat pihaknya akan berziarah ke makam raja Palembang Madi Alit di samping RS Charitas Palembang dimana sebelumnya pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk pemilik lahan sendiri.
Pemerhati Sejarah Palembang, – Dr. (C). Rd. Muhammad Ihsan, S.H., M.H mengajak masyarakat Palembang untuk menjaga makam Nyi Gedeh Ing Pembayun.
“ Kita jangan sampai , kita ziarah kemana-mana tapi buyut kita sendiri lupo , dibelakang rumah kita sendiri, kalau berjalan mundur sampai juga kesini , karena rumahnya memang di 15 Ilir inilah dan memang Nyi Gedeh Ing Pembayun namanya hebat, yang pakai nama Pembayun itu tidak banyak dan bukan orang sembarangan ,” katanya.
Ketua DPP Cakrawala Perjuangan Indonesia, Kgs. M. Ilham Akbar, S.H mengajak masyarakat Palembang untuk bersatu untuk menjaga dan melestarikan makam-makam bersejarah di Palembang.
“Kita ajak para generasi muda untuk ikut berziarah, karena generasi inilah yang akan meneruskan kegiatan ziarah kita ini, kalau tidak ada generasi muda yang sejak kecil mengikuti kegiatan ziarah seperti ini , bukan karena mereka ikut paham lain tapi memang mereka tidak ada peduli dengan makam-makam bersejarah ini,” katanya.
Sebelumnya keberadaannya makam Nyi Gedeh Ing Pembayun nyaris tak terdengar dan berada di tengah kawasan padat penduduk. Padahal didalam catatan sejarah, Ratu Palembang ini merupakan sosok perempuan hebat dan tangguh yang melahirkan raja-raja dan Sultan-Sultan Palembang.
Ayahnya, Kemas Anom bergelar Ki Gede Ing Suro Mudo, adalah peletak dasar2 kedaulatan Kerajaan Islam Palembang yg menjadi penguasa Palembang dalam tahun 1573-1590. Ki Kede Ing Suro mendirikan istana keraton Kuto Gawang dan Masjid Candi Laras serta komplek pemakaman di Palembang Lama, 1 ilir, di tepian Sungai Musi (kini menjadi komplek PT Pusri).
Nyi Gedeh Ing Pembayun merupakan anak pertama dari 8 bersaudara, mereka masing-masing: Nyai Geding Pembayun, Ratu Mas Adipati di Jambi, Kemas Adipati (memerintah: 1590-1595), Pangeran Madi Angsoko (1597-1629), Pangeran Madi Alit (1629-1630), Pangeran Siding Puro (1630-1639), Kemas Kembar, dan Nyimas Kembar.
Selama hayatnya, Nyi Gedeh Ing Pembayun sempat menikah dua kali. Suami pertamanya ialah Kemas Tengah bin Kiai Arya Selempar bin Sang Aji Kidul bin Kiai Gede Siding Lautan priyai Demak, memperoleh seorang putri Nyimas Pengulu. Setelah suaminya ini wafat, ia lantas menikah dengan Pangeran Tumenggung Manca Negara Cirebon bin Pangeran Adipati Sumedang bin Pangeran Wiro Kusumo Cirebon bin Sunan Giri. Dari pernikahannya dg Pangeran Tumenggung Manca Negara ia dikaruniai 4 putra-putri sbb:
- Pangeran Ratu Mangkurat Sedo Ing Pesarean (memerintah: 1651-1652).
- Ratu Sinuhun Sabokingking, yg menyusun kitab adat Undang-Undang Simbur Cahaya, bersuamikan Pangeran Sido Ing Kenayan (1639-1650).
- Raden Arya Jayangsari.
- Masayu Antasari. #udi