Mengembalikan Kembali Kejayaan Palembang Melalui Kajian Naskah Melayu

45
Suasana diskusi rebuan studi Melayu pascasarjana dan lembaga kajian naskah Melayu yang kini rutin dilakukan setiap hari rabu di UIN Raden Fatah, Palembang beberapa waktu lalu

Palembang, BP—Ketika masih kecil Heinrich Schliemann, seorang Jerman, pernah diberi hadiah sebuah buku bacaan tentang kisah Perang Troya. Selama bertahun-tahun kisah dari masa Yunani purba itu terngiang-ngiang di telinganya. Menurut anggapannya, kisah Perang Troya bukanlah dongeng semata. Harus ada kenyataan di balik semua itu.

Mulailah dia mengumpulkan uang untuk membuktikan kebenaran pendapatnya. Terutama setelah dia menjadi bankir. Dibantu sejumlah keluarga dan temannya, dia kemudian berangkat ke Yunani, menuju tempat yang diperkirakan sebagai letak Kota Troya.

Di sana, bukit demi bukit dia gali. Akhirnya dari sebuah timbunan tanah, muncul sedikit demi sedikit batu-batu kuno. Itulah benteng Kota Troya. Schliemann menemukan letak kota itu pada 1870-an.

Dari kisah itu kiranya jelas bahwa naskah (manuskrip), dibantu tradisi lisan atau cerita rakyat, sebenarnya memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama di Indonesia dan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Kini di seluruh Indonesia terutama Sumsel terdapat belasan ribu hingga puluhan ribu naskah kuno. Namun disayangkan, kajian historiografi atas naskah-naskah kuno tersebut masih amat sedikit. Padahal. lewat hasil kajian filologi, naskah-naskah tersebut akan mampu merekonstruksi masa lampau masyarakat dalam berbagai aspeknya.

Baca Juga:  Biografi KH Mal An Abdullah Dilaunching dan Direview

Banyak naskah dipercaya mengandung data sejarah yang akurat. Karena itu, meskipun filologi dan arkeologi mempunyai jenis data utama yang berbeda, keduanya sering kali bertemu dalam suatu kepentingan. Sejumlah teks mampu memberikan gambaran mengenai peri kehidupan di zaman teks tersebut ditulis.

Suasana diskusi rebuan studi Melayu pascasarjana dan lembaga kajian naskah Melayu yang kini rutin dilakukan setiap hari rabu di UIN Raden Fatah, Palembang beberapa waktu lalu

Di Indonesia tradisi pernaskahan pernah hidup dalam berbagai suku bangsa. Masing-masing memiliki sistem aksara yang khas, termasuk media penulisannya. Dari ribuan naskah kuno yang sudah sampai ke tangan kita, masing-masing memiliki keunikan, yakni setiap daerah memiliki materi yang berlainan untuk menulis naskah termasuk Sumsel.

Guna menelusuri kembali khasanah akademik Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan menjadikan Palembang sebagai pusat kerajaan Melayu di dunia, apalagi kalau di kaitkan karena distingsi UIN Raden Fatah, Palembang sebagai pusat peradaban Melayu nusantara.

Karena selama ini sumber yang beredar kebanyakan sumber luar Palembang, apalagi naskah Palembang sangat banyak dan mulai ditemukan satu per satu.

Sejumlah akademisi UIN Raden Fatah Palembang membentuk diskusi rebuan studi Melayu pascasarjana dan lembaga kajian naskah Melayu yang kini rutin dilakukan setiap hari rabu di gedung Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, kini lembaga kajian tersebut telah berdiri sejak dua tahun lalu , sejak akhir 2016 dan tetap eksis hingga kini.

Baca Juga:  Fahum UIN Raden Fatah Ajak Bangkitkan Kembali “Palembang Sebagai Ulu Melayu”

Ketua lembaga naskah Melayu, UIN Raden Fatah Palembang Dr Muhammad Adil, MA mengatakan, yang menjadi nara sumber dalam kajian tersebut diantaranya Mal an Abdullah, Muhammad adil, Duski Ibrahim, Kms Ari Ari Panji, Masyhur, Umi Kalsum, Azim Amin, Ahmad Syukri, Muhammad Daud, Habiburahman, Saudi Burlian, Andi Syarifuddin.

“Kita juga mengkaji manuskrip lama Palembang, dibandingkan dengan sumber yang selama ini sdh beredar. Dicarikan titik temunya untuk analisis berikutnya,” katanya, Minggu (15/4).

Manuskrip yang sudah di kaji diantaranya silsilah raja-raja Palembang yang disalin oleh Nanang Mashri dan tarikhnya yang ditulis Raden haji Abdul Habib, naskah yang di tulis oleh Abdussomad AL-Palembani.

Suasana diskusi rebuan studi Melayu pascasarjana dan lembaga kajian naskah Melayu yang kini rutin dilakukan setiap hari rabu di UIN Raden Fatah, Palembang beberapa waktu lalu

“ Soal kapan akan dibukukan kajian kita ini , kita sedang urus penerbitannya. Kita bikin sendiri penerbitannya Palembani publishing House dan rencana kedepan akan meluaskan dengan pertemuan dengan negara-negara rumpun Melayu setelah data yang kita kumpulkan mantap,” katanya.

Baca Juga:  Investor Belgia Mulai Lirik KEK Pariwisata

Salah satu nara sumber lembaga kajian tersebut Kemas Ari Panji S Pd,  MSi menambahkan, awalnya kajian rebuan tersebut dilakukan di hari bukan hari rabu namun karena sering dilakukan hari rabu maka kajian tersebut dimantapkan menjadi hari rabu.

Apalagi saat itu UIN Raden Fatah Palembang telah memiliki  program studi sejarah kebudayaan  Islam dan sejarah  peradaban Islan, sehingga dari situ maka terbersit sejumlah akademisi UIN Raden Fatah membentuk lembaga kajian ini.

“Awalnya kalangan akademisi UIN Raden Fatah membentuk lembaga kajian ini dan terbatas kalangan UIN Raden Fatah, sekarang sudah meluas yang menjadi nara sumber bisa diluar kalangan UIN Raden Fatah sendiri dan diluar disiplin ilmu yang ada di UIN Raden Fatah juga juga untuk memberikan masukan bagi UIN Raden Fatah sendiri terutama lembaga kajian ini,” katanya.

Kemas Ari berharap lembaga kajian ini bisa menjadi besar dan bisa menjadikan UIN Raden Fatah sebagai pusat kajian melayu .

“Apalagi lembaga kajian ini sudah di notariskan atas pendiriannya tersebut,” katanya. #Dudy Oskandar

Komentar Anda
Loading...