APTISI: Digital Disruption Tantangan Bagi PTS
Palembang, BP– Ketatnya persaingan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) belakangan ini membuat otoritas kampus harus berlomba mengemas sistem Tri Dharma Perguruan Tinggi yang tepat sasaran dan modernitas hingga diminati calon mahasiswa.
Terlebih, akselerasi era Digital Disruption belakangan secara tak langsung memaksa Perguruan Yinggi harus menyesuaikan diri dengan mengntisipasi adanya pengaruh teknologi digital.
Demikian mengemuka dalam rapat pengurus pusat pleno (RPPP) ke-4 Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTTSI) di Hotel Aryaduta Palembang, Jum’at (9/2).
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah II A Sumbagsel, Drs Muhamad Helmi MS mengatakan bahwa efek dari Digital Disruption menimbulkan isu global yang menuntut perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kapasistas SDM.
“Hal inilah yang menjadi fokus utama Aptisi se-Indonesia dalam seminar nasional dimana kita sebagai tuan rumah,” tutur Helmi disela-sela acara.
Menurutnya semua pihak pemerhati pendidikan harus benar-benar konsen terhadap era disruption. Termasuk perguruan tinggi yang mau tetap eksis mau tak mau harus memperhatikan semua infrstuktur. “Tentunya harus mengarah terhadap perkembangan teknologi yang menunjang perguruan tinggi tersebut.
Makanya dalam kegiatan ini selain menampilkan narasumber yang kompoten, juga menghadirkan dua gubernur dari provinsi Sumsel dan Sumatera Barat. “Kita juga melakukan MoU teknologi industri anatara Swedia dan Aptisi. Tak lupa Dubes Swedia turut hadir gyna menyaksikn MoU ini,” terangnya.
Dalam rapat APTISI ini juga dihadiri narasumber Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri. Hanif memaparkan tentang peluang dan tantangan ketenaga kerjaan Indonesia yang saat ini berada di peringkat 16 ekonomi terbesar di Dunia target tahun 2030 menjadi peringkat 7 di Dunia.
“Terkait revolusi digital di Indonesia, dan teknologi yang menjadi penggerak perubahan pada dunia industri, semua perguruan tinggi swasta untuk siap bersaing di era revolusi industri 4.0 yang saat ini tengah berlangsung,” jelasnya.
Berangkat dari hal tersebut Perguruan Tinggi harus berubah terus meningkatkan pengembangan pengelolaan pendidikan. Menurutnya, sebelumnya revolusi industri pertama dimulai sejak ditemukannya mesin uap.
“Kemudian kedua ada listrik, dan ketiga pemanfaatan robot pengganti tenaga manusia di industri,” pungkasnya.
Hal ini menurut Hanif penting dicermati sebagaimana apa yang disampaikan Presiden kepada para Menteri bahwa perkembangan dunia saat ini tiap bulan, tiap hari hingga tiap jam berubah sehingga jika tak siap dengan perubahan maka bersiap untuk tertinggal. #sug