Perhatikan Kawasan Rawa Di Seberang Ulu

22
Pengamat sejarah perkotaan dan juga Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) ) Raden Fatah Palembang Dr. Nor Huda, M.Ag, MA

Palembang, BP
Pengamat sejarah perkotaan dan juga Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) ) Raden Fatah Palembang Dr. Nor Huda, M.Ag, MA menilai soal perkembangan infrastruktur di kawasan Seberang Ulu kota Palembang yang kini pesat dinilainya bagus. Menurutnya, kalau pembangunan di paksakan dilakukan di kawasan Palembang Ilir justru akan menghancurkan nilai-nilai warisan sejarah kota Palembang Ilir itu sendiri yang justru membahayakan.
“Apalagi kalau Palembang Ilir harus dijadikan kota wisata sejarah, itu perlu di bangun , bangunan tua peninggalan Belanda bisa di revitalisasi tapi jangan di bongkar , “ katanya, Kamis (4/1).
Untuk pengembangan kota baru seperti kawasan Seberang Ulu, menurutnya, Palembang harus belajar harus belajar dari masa lalu.
“Kota yang baru di Jakabaring itu khan ada rawa juga harus diperhatikan untuk kolam retensi, kita bisa berkaca dari pembangunan perumahan lama di kawasan Talang Semut, bagaimana fungsi Kambang Iwak sebagai tempat penampungan air, itu jadi contoh, kita bisa melihat kondisi geografis juga , meskipun dibangun tetapi dengan perencanaan yang matang dengan tetap memperhatikan hal-hal seperti itu, karena kawasan Seberang Ulu adalah rawa harus ada lokasi atau ruang untuk air, jadi kita belajar dari pembangunan Palembang Ilir zaman dulu, bagaimana banjir teratasi,” katanya.
Diakuinya, kalau Kawasan Seberang Ulu memang layak di kembangkan karena tuntutan zaman tapi dalam membangun kota harus memperhatikan hak rawa-rawa dan jangan main timbun.
“Artinya pembangunan yang dilakukan nanti harus selektif dan kita bisa belajar dari sejarah, sejarah itu khan cerminan masa lalu untuk masa sekarang , selama ini kita salah dalam memahami modernitas, , seolah-olah timbul bangunan-bangunan mewah, tidak seperti itu, orang datang ke Palembang mencari apa yang tidak ada didaerahnya , mencari keunikan dan kekhasan dan itu di hilangkan Palembang dengan alasan modernisasi kota ,” katanya.

Baca Juga:  Pasca Idul Fitri, Wacana Pembentukan Palembang Ulu Kembali di Gulirkan Melalui Sarasehan

Selain itu, pembangunan yang dilakukan harus selektif terutama di kawasan Palembang Ilir dan Ulu.
“Sekarang fungsi museum teksil itu apa, itu bisa digunakan atau tetap museum tapi di pelihara dan diisi, jadi kita banyak warisan kolonial dan sejarah yang tidak terurus, kita membangun dengan menghancurkan bangunan lama, tidak seperti itu, saya khawatir dengan begitu Palembang tidak memiliki identitas diri, apa yang dibanggakan dari Palembang dan perlu penantaan ulang itu dan saya kira Bapeda kota Palembang harus belajar dari sejarah, selama ini mereka ahli tehnik tapi ilmu-ilmu sosial humaniora perlu jadi pertimbangan dalam membangun, itu dekat dengan manusia, selama ini ilmu sosial humaniora dianggap tidak memiliki peran akhirnya menganggap pemeliharaan bangunan lama dianggap membutuhkan biaya,” katanya.
Tapi belajar dari Yogyakarta dan Solo atau Belanda banguna lama bisa jadi bisa menjadi objek wisata sendiri dan bisa mendatangkan income.
“Memang kalau di katakan terlambat iya tapi khan perlu segera dimulai, saya kira , kenapa kita banjir tidak selesai itu karena kita tidak bekajar sejarah, kalau kita belajarsejarah tahu bagaimana Belanda mengatasi banjir dulu, itu bisa diteruskan, tapi kita tidak mau belajar dari masa lalu, dan pembangunan kita cenderung vulgar,” katanya.
Karena ketidaktahuan membangun dan sejarah masa lalu menurutnya, akhirnya pembangunan di Palembang main bongkar dan menghancurkan cagar budaya.
“ Pendataan-pendataan cagar budaya saya kira harus dilanjutkan , agar nanti ketika membangun perencanaan kota akan meminta data ini, mana yang harus dilestarikan dan dikembangkan,” katanya.
Untuk itu, dia mengajak masyarakat Palembang peduli dengan penyelamatan cagar budaya sebagai penyeimbang dari kebijakan pemerintah.
“Pemerintah kadang tidak tahu tentang kebutuhan masyarakat di bawah, ya memang advokasi masyarakat perlu, dari kelompok yang peduli dan ahli tentang itu perlu diangkat dan memang harus ada keterlibatan akademisi dalam pembangunan itu,” katanya.#osk

Komentar Anda
Loading...