Semarak Ogoh-ogoh Jelang Perayaan Nyepi
Sehari sebelum perayaan Nyepi, umat Hindu di Kota Palembang menyemarakkan upacara Macaru atau Taur Kasanga di Benteng Kuto Besak (BKB), Juma (20/3). Acara ini berlangsung lebih semarak, setelah Ogoh-ogoh diarak.
Sekretaris Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Sumatera Selatan Made Toya mengatakan, sebenarnya ogoh-ogoh bukan merupakan persyaratan dari pelaksaan upacara dan tidak menjadi keharusan.
Namun ini dibenarkan dalam perwujudan kreasi seni yang tinggi sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan upacara pokok atau ini. “Ini untuk menetralkan aura negatif, ogog-ogoh ini dibakar sehingga berubah menjadi aura positif,” katanya.
Dari segi bentuk, diwujudkan berupa makhluk tinggi besar dengan penampilan badan dan muka yang sangat menyeramkan yang merupakan wujud Bhutakala. Biasanya berupa raksasa atau makhluk lain yang sejenis.
Disebut Ogoh-ogoh karena saat diusung dan berkeliling selalu begerak dan bergoyong-goyang sehingga terlihat miring ke kiri, kanan, depan, dan tegak kembali. Gerakan ini terus berulang-ulang sampai akhir kegiatan. Setalah itu Ogoh-ogoh dibakar dengan tertib di tempat pelaksanaan Macru.
Kemudian dilakukan dengan kegiatan bersembahyang bersama di Pura dan di tempat sembahyang masing-masing, untuk memohon anugerah berupa perlindungan dan tuntunan agar pelaksanaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepian.
“Besok kegiatan dilakukan dengan hening tanpa gangguan atau rintangan. Keadaan ini dibutuhkan dalam rangka menciptakan suasana tenang, damai, dan tentram,” katanya. Oren