Oleh: Abd. Azim Amin (Ketua Yayasan Najahiyah)
Pendahuluan:
Setiap memasuki bulan ruwah / sya’ban yg saat ini terhitung tanggal 22 Februari hgg 21 Maret 2023/ 1444. Tradisi ruwahan diselenggarakan sebagai salah satu bentuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti juga mengadakan Halal Bihalal sesudah puasa ramadlon untuk saling memafkan.Nampak sebagian besar jamaah di beberapa masjid, langgar, kediamann tokoh agama/ ulama/ Kiyai/ Ustaz/ Mu’allim dan lainnya di beberapa kota besar hgg pedesaan mengamalkan ibadah khosshoh bathinah; ibadah seakan-akan individu muhsin/ muhsinat mampu merasakan Allah SWT dekat padanya. Beribadah dengan amalan-amalan mustahabbah (yg disukai Rasulullah Saw), diantaranya berpuasa sunnah setiap hari senin, bahkan juga kamis, bersedekah ruwahan dg menghadiahkan pahala bacaan surat al Fatihah, Yasin dan berdo
a bersama, dilaksanakan oleh anak almarhum. terutama pada malam jum’at, demikian juga berdo’a pada malam Nisfu/ pertengahan bulan, hingga menziarahi kubur para sahabat seperjuangan yg berjasa, termasuk kedua orang tua dan keluarga dekat hgg leluhurnya. Dalam mensyukuri tradisi baik ini, bukan mustahil beberapa anggota keluarga yg merantau jauh, menyempatkan dirinya pulang ke kampung halamannya. Tentu, sudah ada yg membahas tentang hal ini. Tulisan ini akan memaparkan menziarahi siapa, dan bagaimana adabnya.
Menziarahi Kubur Sahabat, Kerabat sebagai Syuhada` dan Penghubung ke Syurga;
Kata penghubung di atas, boleh jadi maksudnya para leluhur dan keturunan mereka atas izin Allah dapat menjadi pengumpul keturunanya kembali sebagaimana hidup di dunia. Namun di akhirat tentu lebih kekal dan abadi. Seperti tercantum pada surat at-Thur/ 052;21; “ orang2 jang beriman dan diikuti oleh anak tjutjunja (keturunanja) dengan keimanan pula, Kami perhubungkan (kumpulkan) anak tjutjunja itu kepada mereka, dan tiadalah Kami kurangkan pahala “amalan mereka itu sedikit djua. Tiap2 manusia itu tergadai (terikat) oleh usahanja masing2”. (Mahmud Junus, Tafsir QUR`AN KARIM, Pust.MJ, Djakarta, 1957/1336: 443)
Adapun kata Syuhada`, mereka yg luka hingga gugur sebagai mujahid/ mujahidah di jalan Allah saat di medan yg penuh tantangan untuk meluhurkan ajaran agama Islam. Mereka ini sesungguhnya tetap hidup di alam kuburnya. Hal ini seperti firman Allah pada surat al Baqoroh .002: 154 yg terjemahannya sbb: ”Janganlah kamu katakan mati orang-orang jang terbunuh pada sabilillah (djalan Allah) tetapi mereka hidup, tetapi kamu tiada ingat”. (1957/ 1335: 22); jalan Allah yang penuh rintangan dan medannya yang penuh tantangan untuk meluhurkan ajaran agama Islam. Kondisi demikian akan terus berlanjut sejalan dan seiring dengan timbulnya fitnah. Fitnah lebih kejam dp membunuh para pejuang peluhur Islam. Firman Allah, (Q.S. al-Baqarah/2: 193). Yg terjemahannya “perangilah mereka sampai tiada lagi (timbul) “fitnah” (wa qâtilμhum hattâ lâ takŭna fitnah). Sabda Nabi Muhammad SAW:”Orang beriman yang berperang karena hendak meluhurkan agama Islam, maka orang tersebut sebagai mujahid/ mujahidah di jalan Allah. Hadits riwayat Imam Bukhoey dan Muslim dr sahabat Abi Musa al Asy’ary.
Tafsir Ibnu Katsir.juz 1. Hal 227. Mesir. 1356/1937. Makna lain, Romli (2005) “ Berjihad” sebagai aksi, bukan saja karena menolak marabahaya dan kekacauan, melainkan juga untuk menegakkan kemakmuran dan kesejahteraan: sandang dan pangan (daf‘u dararin ma‘sŭmin min muslimin jâ ’i‘in aw ‘ârin wa nahwihimâ).” Romli (2005). Tim Penanggulangan Terorisme MUI (2007) telah membuat lima kesimpulan tentang jihad, sebagai berikut.
Pertama, jihad tidak selamanya berarti perang, karena di dalam Islam jihad dapat berbentuk haji mabrur, keberanian menyampaikan kebenaran terhadap penguasa yang zalim, berbakti kepada kedua orang tua, menuntut ilmu dan mengembangkan pendidikan, dan kepedulian sosial. Kedua, obyek jihad adalah orang kafir yang memusuhi Islam, orang munafiq, hawa nafsu, kezaliman, kemunkaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Ketiga, jihad adalah salah satu asas iman, amal utama dan puncak amaliah tertinggi. Keempat, termasuk jihad adalah semua upaya sungguh-sungguh memperbaiki dan kualitas kehidupan muslim baik kualitas iman maupun kesejahteraan. Kelima, Indonesia bukanlah wilayah dar al-harb melainkan negara damai dan negara dalam perjanjian karena umat Islam memiliki kesempatan dan kebebasan ntuk menjalankan ajaran agamanya. (Asep Saefullah, Agus Permana, Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi).
Jika dalam melaksanakan kegiatan sebagai amal saleh seperti tersebut diatas ini mengalami luka/ sakit hingga wafat, dapat dipahami sebagai syuhadapula. Rasulullahi SAW menganjurkan sahabat beliau menziarahi kubur, terutama para Syuhada
, “Kuntu Nahaitikum an ziyarotil qubur, fazuuruha, fainnaha tazkiratul maut: Aku pernah melarang kalian menziarahi kubur, sekarang, ziarahilah, karena dpt menginat akan mati.”. Bulan Ruwah/ sya
ban adalah termasuk bulan sejarah Islam, karna perubahan arah qiblat dr nasjidil Asho ke masjidil Haram terjadi pada bulan sya`ban. Bulan menjelang bulan suci Ramadlon, mohon diridloi Allah, dan orang tua/ guru/ leluhur kita, smg diampuni Alllah, dan derajatnya ditinggikanNya, dan kita yg masih hidup di dunia sapat berjasa pula seperti dalam kehidupan mareka, berharap amal ibadah kita lebih bermakna lagi.
Adab Menziarahi Kubur;
Tradisi menziarahi kubur dilandasi hadits Nabi Muhammad SAW: “ Kuntu Nahaitukum `an ziyarotil kubur, Fazuuruha- Aku pernah melarang kalian menziarahi kubur, sekarang ziarahilah” ( HR Imam Muslim).
Dan Sabda beliau ;” uzkuruu mahasina mautaakum, wa kuffuu an masaawi
ihim- Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Sebutlah kebaikan orang-orang yang telah wafat di antara kalian dan cegahlah untuk menyebut keburukan mereka” (HR Tirmidzi). Adapun adab (tata cara) menziarahinya, dianjurkan sesegera mungkin, dengan mengharapkan ridlo Allah semata, Dalam satu Hadits lainnya, bahwa ridlo Allah berada dalam ridlo kedua orang tua.
Hindari berjalan dengan melangkahi dan duduk diatas kubur. Lalu memberi salam kepada ahlil kubur, terutama yg sudah dikenal. Menghadiahkan bacaan al Qur`an dan mendo’akannya. Karena Allah mengajarkan setiap hambaNya yg beriman, terutama anak saleh untuk memohonkan ampun kepadaNya atas dosanya dan dosa kedua orang tuanya. Terutama menjelang bulan suci Ramadlon. Wallahu a’lam bis showab. Semoga bermanfaat utk saudaraku yg sepaham. Amin ya Robbal ‘aalamiin.#