Nono Sampono: Indonesia Harus Waspadai Perkembangan Strategi Kawasan Asia-Pasifik

18
Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono

Jakarta, BP–Wakil Ketua DPD RI, Nono Sampono mengingatkan, Indonesia harus mewaspadai perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia Pasifik yang berpengaruh terhadap pergeseran Geo Politik, Geo Ekonomi dan Geo Strategi.
“Yang bakal terpengaruh perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia Pasifik bukan hanya kita, tapi akan menimpa Negara Asean,” ujar Nono di Jakarta, Selasa (7/7).
Menurut Nono, sejak Mei 2018 sudah terjadi perubahan besar keamanan di Asia yang dinamakan Indo Pacifik Region. Dan paling diwasapadai bukan hanya sebatas kemanan perbatasan.
Tapi efek dari persaingan perdagangan global yang bakal masuk melalui jalur laut dan pemanfaatan pelabuhan Indonesia. “Kita harus akui, saat ini barang-barang dari China sudah kemana-mana, banyak Negara sudah ketergantungan dengan China, termasuk kita,”tuturnya.
Bisa kita bayangkan kata Nono, dari kita bangun tidur, mandi sampai berangkat kerja kita hampir menggunakan barang China. Perabotan dan asesoris rumah tangga juga dari China.
Sementara, negara pesaingnya seperti Amerika belum mampu bersaing dengan China. “Kalau Amerika saja belum mampu, apalagi kita. Dari segi Politik, saat ini kita hanya bisa mempertahankan segala macam keragaman sumber daya alam yang kita miliki,” Katanya.
Hingga saat ini lanjut Nono, Indonesia masih kalah agresif memperluas pasar maupun investasi di kawasan Asia Tenggara dibandingkan negara anggota Asean lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Sebagai negara terluas dan memiliki area penghubung sebagian besar negara di Asia Tenggara, Indonesia harus mengoptimalkan peluang strategis di kawasan tersebut tidak hanya ekspor produk barang maupun jasa, namun nvestasi. Investasi ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tapi memperkuat integrasi antar kawasan.
“Saat ini Indonesia hanya bertumpu pada kesepakatan perdagangan bebas Asean atau Asean Free Trade Agreement (AFTA) beserta kesepakatan Asean dengan negara mitra (Asean-China FTA/ACFTA, Asean-Korea FTA/AKFTA, Asean-Japan CEP/AJCEP, Asean-India FTA/AIFTA dan Asean Australia New Zealand FTA-AANZFTA), namun penetrasi pasar masih sangat minim, “tegasnya.
Dikatakan kondisi ini harus berubah jika Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tengah-tengah perang dagang AS-China. “Kita harus bisa menghadapi persaingan dalam perdagangan global yang saat ini mereka kuasai. Karena, 90 persen perdagangan dunia melalui laut dan melintasi Indonesia. Ini perlu kita manfaatkan. Jangan sampai kita hanya menjadi konsumen atau pasar saja. Kita harus bisa menjadi produsen,” tegasnya.
Untuk itu kata Nono, Kita tidak boleh terperovokasi dengan ancaman keamanan dari luar, yang bertujuan mengacaukan konsentrasi bangsa Indonesia untuk mengimbangi persaingan dagang negara kuat. “Ingat kita ini Poros Maritim Dunia Lho, jadi yang megang kendali kita,” tuturnya.
Untuk itu, Nono menawarkan berbagai hal dalam konteks Asean. Pertama kata Dia, Indonesia tidak bisa berfikir atau ingin maju sendiri, namun harus berfikir maju bersama dengan negara-negara Asean.
“Kemudian, kita harus menghindari konflik dan fokus menjaga arus pelayaran khususnya di kawasan laut China Selatan. Kemudian kita juga harus secepatnya melakukan diplomasi-diplomasi Maritim. Kenapa? Ya karena arus perdagangan akan lebih banyak melintasi laut,” urainya.
Terakhir, kata Nono, memperkuat militer. Untuk bersaing dan merebut perdagangan global, kita tidak bisa abaikan kekuatan militer. Jadi selain kekuatan ekonomi, pertahanan militer kita juga harus diperkuat.
“Indonesia memiliki keunggulan bukan hanya dari sumber daya alam (SDA) namun posisi geografis strategis di kawasan Asean. Posisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal baik untuk jalur perdagangan maupun logistik yang memungkinkan proses investasi berjalan lebih baik,”paparnya.#duk

Komentar Anda
Loading...