Kertabayang, Mimpi Menjadi Kenyataan

Setelah bertahun-tahun menanti, masyarakat Desa Rantau Alay, Kabupaten Ogan Ilir, akhirnya bisa menikmati Jembatan Kertabayang. Jembatan yang menghubungkan 7 desa di Kecamatan Rantau Alay dan Kecamatan Kandis.
RASA syukur meluncur dari masyarakat Desa Kelampaian, Sukananti, Kertabayang, Tanjung Mas, Sanding Marga, Suka Marga, Suka Maju, kemudian Kecamatan Kandis, Desa Jambu ilir, Tanjung Lubuk, Muarabaru Kabupaten OKI.
Sebelum ada jembatan, masyarakat setiap hari menggunakan ketek untuk menyeberang dengan membayar Rp3.000-Rp5.000 sekali menyeberangi Sungai Ogan. Setelah itu berjalan sejauh 3-5 Km.
Ini bukan hal yang mudah untuk mendapatkan fasilitas apik guna kenyamanan masyarakat. Warga harus menunggu sekitar 8 tahun untuk mendapatkan jembatan yang cita-citakan menjadi kenyataan.
Warga Desa Rantau Alay Dian Novita mengaku sangat senang dengan diresmikannya Jembatan Kertabayang. Lantaran hadirnya infrastruktur transportasi mereka tak lagi susah menyeberang sungai.
“Biasanya buat bayar ketek saja bisa Rp20.000, karena anak sekolahnya nyeberang. Belum lagi saya sering ke sawah dan jualan es di seberang. Alhamdulillah akhirnya jembatan sudah bisa dilintasi. Masyarakat sangat bersyukur,” ujarnya ketika ditemui, Jumat (7/3).
Warga Desa Kertabayang Abdul Halim dan Linawati menambahkan, sebelum ada jembatan setidaknya ada 20 pemilik ketek. Kini mereka sudah beralih profesi menjadi tukang bentor, ojek, atau berjualan sembako.
Camat Rantau Alay Guntur YS mengungkapkan, sebagai rasa syukur ia bersama warga memotong dua ekor kerbau untuk dimakan bersama ribuan masyarakat. Satu kepala kerbau dikubur di Desa Rantau Alay satunya lagi di Desa Kertabayang.
“Bukan apa-apa agar selamat saja. Dipilih kerbau karena kerbau hewan yang berendam di air. Ini ibarat ritual adat saja, sejak adanya jembatan ratusan kendaraan melintas di sini,” kata Guntur.
Sedangkan Kadis PUBM OI H Muhsin Abdullah mengatakan, meski susah payah dan memakan waktu akhirnya jembatan terselesaikan dengan dana APBD OI Rp50 miliar dan bantuan Kementerian PU sebuah bentangan jembatan.
Jembatan terdiri dari 3 buah kelompok tiang, 4 bentangan, masing-masing 50 meter, sehingga panjangnya 200meter dan lebar 7meter. Sumber biaya didominasi APBD.
“Pembangunan jembatan sejak 2006 secara bertahap sempat terhenti karena dana dan bahan rangka baja Spanyol. Alhamdulillah bisa terwujud selama ini masyarakat naik perahu. Diharapkan transportasi jadi lancar ekonomi makin meningkat,” jelasnya.
Orang nomor satu OI H Mawardi Yahya mengungkapkan, Jembatan Kertabayang ibarat mimpi menjadi kenyataan. Apa yang didambakan masyarakat sejak Gubernur Hasan Basri menjadi kenyataan.
“Saya pribadi dan Pemkab OI mohon maaf atas hilangnya mata pencarian tukang ketek dengan adanya jembatan ini. Tukang ketek jangan putus asah dan terus berusaha untuk mengais rezeki. Kita ingin jembatan ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat demi kemajuan OI,” pungkasnya. henny primasari