Palembang, BP- Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo berkampanye di Palembang, Jumat (2/2).
Kampanye ini dilakukan tepat dua hari menjelang Ganjar menghadapi debat Pilpres yang terakhir yang dijadwalkan pada Minggu (4/2) .
Di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II, Ganjar disambut Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar- Mahfud, Arsjad Rasjid, Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Provinsi Sumsel Yahya Maya Sakti, pimpinan parpol pengusung Ganjar- Mahfud Sumsel (PDIP, PPP, Hanura dan Perindo).
Ganjar juga akan disambut dengan prosesi adat dengan pemasangan Tanjak yang merupakan ikat kepala khas Sumatera Selatan.
Setelah itu, sekitar pukul 08.50 WIB, Ganjar berkeliling dan menyapa pedagang di Pasar Palimo, Kota Palembang.
Mengenakan jaket Top Gun, Ganjar Pranowo berdialog dengan para pedagang di sana.
Ganjar Pranowo juga terlihat membeli sayuran hijau.
“Ini sayur apa” tanya Ganjar Pranowo.
“Ini daun ubi karet” jawab pedagang sembari membungkus belanjaan Ganjar Pranowo.
Selain belanja sayuran, Ganjar Pranowo juga tampak membeli daging.
Di sana ia menanyakan soal stok daging yang dijual pedagang di Palembang ada atau tidak.
“Gimana barangnya ada? lancar nggak?” kata
Salah seorang pedagang daging di Pasar Palimo (KM 5) Heni sempat berbicara soal krisis global di hadapan Ganjar Pranowo.
Sebab saat ditanya balik oleh Ganjar apa itu krisis global, Heni malah mengaku tidak tahu.
Heni mulannya mengeluhkan penjualan daging sapi lokal sepi dikarenakan harga yang mereka jual tinggi.
Heni yang mengaku ada hubungan dengan krisis global untuk penjualannya, saat menanyakan ketersediaan harga daging selama ini
“Karena krisis global, apaan itu krisis global” tanya Ganjar.
“Tidak tahu pak, ” jawab Heni.
“Kenapa tadi bilang krisis global, ” kata Ganjar sambil menepuk bahu Heni karena lucu.
“Jadi sehari berapa kilo bisa jual” tanya Ganjar dan dijawab Heni “250 kg sama tulang pak, “.katanya.
Selain itu Heni mengungkapkan penyebab lainnya dagangannya sepi karena ada impor daging dari negara luar yang harganya lebih murah.
“Harapannya biar harga nanti stabil dan turun, sehingga bisa banyak pembeli, kalau harganya tinggi pembelinya berkurang ” kata Heni.
Heni mengaku sehari ia bisa menjual sebanyak 250 kg daging sapi lokal, dengan harga Rp 135 ribu per kg.
Namun karena banyaknya daging impor yang dijual Rp 95 ribu per kg, membuat ia kesulitan bersaing menjual daging sapi lokal.
“Pastinya kalau bisa impor jangan banyak , kita tidak lancar jualan karena masyarakat pasti ingin yang murah, ” katanya.
Kepada wartawan Ganjar mengatakan, ternyata blusukan dirinya dari pasar kepasar melihat harga beras ternyata masih sama.
“Harga beras masih sama mahal. Tetap saja diangka Rp 14 ribu dan angka Rp 18 ribu. Kebutuhan pokok yang sudah berbulan bulan harus stabil. Kalaupun masyarakat tercukupi, rasa rasanya siapapun yang hari ini punya tanggung jawab untuk menstabilkan harga segera lakukan,” jelasnya.
Kamis kemarin (1/2), menurut Ganjar dirinya bertemu dengan para peternak ayam.
“Ini jagung sangat mahal sampai dengan Rp 9 ribu perkilogramnya. Harga telur mereka jual Rp 28 ribu tidak bisa. Maka peternak merasa agak merasakan sulit. Tapi sekarang para peternak merasa agak lebih tertolong. Jadi hulunya padi, jagung memang harus stabil. Kalau tidak ternak kita bisa hancur,. Yang.jelas sekarang harga beras dan gula masih menjadi polemik,” katanya.
Sementara itu, usai melaksanakan blusukan dipasar Palimo “KM.5” Ganjar langsung ke pasar 16 ilir. Ganjar juga sempat melakukan interaksi dengan beberpa penumpang ketek dan serang.
Bahkan Ganjar sempat makan pempek di dekat Pasar 16 Ilir.
“Tadi saya sempat ngobrol dengan sopir ketek, mereka mengeluhkan BBM yang susah didapatkan. Dengan pendapatan kecil mereka juga tidak bisa merawat ketek/perahu nya,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, para sopir bercerita pendapatan mereka paling tinggi Rp 125 ribu, rata-rata Rp 100 ribu. Para sopir berharap bisa dapat pinjaman, maka ini jadi hal yang menarik kalau bisa didata hanya dengan KTP saja, maka program KTP Sakti bisa masuk.
Masih kata Ganjar, pada tingkat itu mereka butuh penyaluran kredit maka bisa dilakukan di tempat, sehingga bisa diberikan bantuan ke mereka.
Tadi saya sampaikan pada para sopir perahu ketek, buatlah koperasi supaya bisa dapat pendamping dan bantuan dari pemerintah. Dapat kredit khusus usaha-usaha kecil,” katanya.
Selain itu Koperasi diharapkan bisa menyediakan solar dan menyediakan kredit dengan bunga rendah. Dengan begitu para sopir ketek bisa mendapatkan jaminan untuk solar, perbaikan ketek dan lain-lain.
Sementara itu Ganjar juga sempat melakukan tanya jawab dengan ibu-ibu yang hadir seperti berapa harga beras? Ibu-ibu menjawab Rp 15 ribu per kg. Harga gula berapa? Dijawab ibu-ibu Rp 18 ribu. .
Itu contoh bagaimana kebutuhan pokok di masyarakat, bahwa problem ini cukup serius maka perlu diselesaikan.
“Ketika berdebat kita tidak bisa bicara konsep tanpa melihat di lapangan. Misal bicara harga tinggi yok kita turunkan, permasalahannya bisa ketemu kok,” katanya.
Misal untuk peternakan ayam, kendalanya pada pakan berupa jagung yang naik. Harga dari Rp 5 ribu jadi Rp 9 ribu itu sudah tidak layak. Telur tidak bisa naik, maka rugilah di peternakan.#udi