Kol.Muhammad Nuh Sang Penentu Terpilihnya PB. Jendral Soedirman

135

Oleh : MS. Tjik.NG

Apa yang datang dari hati akan sampai ke hati. Walau itu terjadi ketika ia sudah mati” ( Van Gogh )

 

TENTARA  Nasional Indonesia (TNI ) dibentuk atas perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda yang ingin berkuasa, menjajah kembali.

Proses terbentuknya TNI melalui jalan berliku dan panjang hingga pada 3 Juni tahun 1947 Presiden Soekarno mengesahkan TNI secara resmi.

Bukan oleh Penguasa atau keputusan politik tapi datang dari bawah ( bottom up ) Itulah sebabnya sering terdengar bahwa “TNI milik rakyat”, TNI dan Rakyat bagaikan ikan dan air, demikian fakta sejarah. Pada Era Jend. M.Yusuf sebagai Menhankam/Pangab, TNI merasa perlu untuk meluncurkan konsep TMMD, TNI Manunggal Membangun Desa yang dulu dikenal ABRI Masuk Desa ( AMD ) gagasan cerdas ini menjadikan TNI semakin dicintai oleh rakyat.

Bicara TNI tidak lepas dari sosok kharismatis dan sederhana yaitu Panglima Besar Jend. Soedirman. TNI dan Pak Dirman ibarat dua sisi mata uang, populeritas nya menembus lintas generasi, Pak Dirman memang legend .

Populeritas serta kesuksesan yang diperoleh seseorang pastinya tidak lepas dari faktor manusia lainnya. Artinya keberhasilan seseorang bergantung banyak pada orang lain, misalkan seorang yang menjadi Presiden tentu dia dibantu dan didukung oleh ratusan juta orang.

Begitu pun dengan Pak Dirman terpilihnya beliau sebagai Panglima Besar TNI ada sosok lain yang rela membantu untuk menyukseskan misinya.

Jika kita menonton Film Biopik Jendral Soedirman yang menceritakan tentang memimpin perang grilya, dirilis tahun 2015, disutradarai oleh Viva Westi dibintangi oleh Adipati Dolken dkk.

Baca Juga:  Lomba Roket Air Di SMANTA

Pada Babak pertama terdapat adegan dialog pembuka pada saat pemilihan Panglima Besar TNI, tiba-tiba berdiri di tengah forum hebat itu seorang Laki-Laki berperawakan sedang dengan gagah, tegas dan ikhlas mengatakan bahwa “Saya utusan, mewakili 6 Divisi Se-Sumatera, sebagai Kepala Staf Komandemen Sumatera telah mengantongi 6 ( enam suara ), suara diamanatkan untuk diberikan semuanya kepada Kolonel Soedirman”. Sayangnya pada adegan Dialog pembuka itu Sutradara tidak menyebutkan “nama” seorang utusan yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam arena Pemilihan Panglima Besar TKR itu, tapi sangat diyakini bahwa itu Kol. Muhammad Nuh.

Berbekal mandat penunjukkan dari DR.AK.Gani Koordinator Organisator Tentara Seluruh Sumatera menunjuk Muhammad Nuh sebagai Kepala Staf Komandemen Sumatera, Salahsatu tugas penting adalah Menghadiri pada Konfrensi Besar TKR, tanggal 12 November 1945 diselenggarakan di Yogyakarta, dengan agenda tunggal untuk memilih Panglima Besar TKR ( Tentara Keamanan Rakyat ) , Muhammad Nuh adalah satu-satunya utusan yang mewakili Tentara dari Sumatera memberikan 6 enam suara atas nama 6 Divisi Sumatera untuk Panglima Divisi V Banyumas-Kedu Kolonel Soerdirman, Inilah puncak dari pada hajatan Konfrensi Besar dengan diberikan 6 suara tsb kepada Kol. Soedirman maka dengan demikian Kol. Soedirman akhirnya terpilih sebagai Panglima Besar TKR dengan mengantongi perolehan 22 suara. Sementara Pak Oerip Soemohardjo mendapat 21 suara, selisih 1 satu suara saja. Maka otomatis Pak Dirman yang terpilih sebagi Panglima Besar TKR sekarang TNI.

Baca Juga:  UIN Sediakan Kuota 4.000 Maba 2019

Jika saja terjadi abstein, atau 6 suara tersebut diberikan kepada Pak Oerip Soemoharjo tentu warna, sejarah TNI akan menjadi lain dan tidak seperti sekarang ini ( Letjen TNI Purn. Himawan Soetanto, MM.M.Hum ) .

Sang Penentu, tokoh dibalik kemenangan Kol.Soedirman pada Konfrensi Besar di Yogyakarta, tidak lain beliau adalah Kolonel Muhammad Nuh lahir pada tgl. 19 Agustus 1916 di dusun Merapi, Lahat Sumatera Selatan.

Nama beliau nyaris tak terdengar dan tidak pula sepopuler Panglima Besar Jend. Soedirman, beruntung Sdra Noor Johan Nuh sebagai anak kandung almarhum bertekad untuk menggali lebih jauh dengan bersusah payah mengumpulkan data melakukan wawancara, penelitian seputar jejak rekam Ayahnya, Johan diliputi keraguan dan kegalauan apakah betul Sang Bapak yg telah menorehkan sejarah TNI dengan tinta emas itu seorang “Tentara” karena menurut Pak Johan , Almarhum Muhmmad Nuh hampir tak pernah memakai baju militer berseragam tentara layaknya serdadu, tampilan lebih menonjol sebagi seorang sipil bahkan mendekati gaya (style) seorang Ustadz.

Dengan tidak mengenal putus asa Sdra Johan dengan gigihnya berusaha hingga pada akhirnya terbitlah Buku Biografi Muhammad Nuh buah karya dari seorang anak yang kagum dan penasaran pada sepak terjang perjuangan Ayahnya untuk sebuah tugas kemerdekaan tanah air.

Pada usia 17 tahun Muhammad Nuh terpilih sebagai Pasirah Kepala Marga Merapi menggantikan kakeknya Pangeran Bachtiar. Muhammad Nuh adalah Pasirah termuda di Sumatera .

Tahun 1950 Kolonel Muhamnad Nuh resmi mengundurkan diri dari dinas militer. Pasca pengunduran diri dari dinas kemiliteran hingga thn 1955 menjadi anggota Parlemen sebagi utusan dari Negara Sumatera Selatan setelah Republik Indoneia Serikat ( RIS ) menjadi NKRI pada bulan Agustus tahun 1950.

Baca Juga:  SKK Migas dan ExxonMobil Indonesia Lakukan Kerjasama Kegiatan Eksplorasi di Area Terbuka Indonesia

Kol. Muhammad Nuh yang fenomenal tanpa pamrih dalam berjuang utk bangsa dan negara itu kini sudah tiada beliau wafat pada tanggal 17 Oktober 1970 di RS Hasan Sadikin Bandung.

Beliau boleh pergi tapi semangat, keteladanan, kelembutan, ketegasan dan keberanian sebagai pariot sejati tetap hidup dan dikenang hingga akhir zaman.

Karena Aktualisasi Sejarah mustahil dipungkiri, dia laksana air terus mengalir dan akan menemukan jalannya sendiri.

Sejarah “bagaikan jembatan yang akan mengkoneksikan masa lalu ke masa kini dan masa yang akan datang” jejak rekam sejarah mustahil dinafikan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai mengapresiasi para pejuang, pahlawan kusuma bangsa. Sebaliknya bangsa yang kerdil adalah bangsa yang tak tahu diri dan tak pandai berterimakasih terhadap para tokoh-tokoh yang telah berjasa, rela dan ikhlas berkorban demi untuk menjaga eksistensi, jatidiri sebuah negara dan bangsa yg hidup tumbuh sejajar dengan negara dan bangsa lain di dunia.

Para pejuang, mujahid orang-orang yang ikhlas utk membela harkat martabat kemanusiaan, negara dan bangsa dari para penjarah dan penjajah asing sangat pantas dan layak untuk diteladani .*

Wallahu A’lam Bisshawab.
C110723, Tabik 🙏🙏

Catatan :

~Biografi Muhammad Nuh, 6 suara untuk Pak Dirman, Noor Johan Nuh
~Sejarah TNI…
~Soedirman-Wikipedia
~Film Biopik “Jendral Soedirman.

Komentar Anda
Loading...